Nilai Budaya NTT Semakin Tergerus Modernisasi

  • Whatsapp

Kupang, Seputar NTT.com – Sadar atau tidak, namun nilai-nilai budaya yang ada di NTT semakin tergerus oleh arus modernisasi sehingga semua pihak harus merasa bertanggungjawab untuk tetap menjada nilai budaya yang ada termasuk insan pers lewat karya tangannya.

Hal ini dikatakan Gubernur NTT, Frans Lebu Raya dalam acara peluncuran buku serpihan budaya NTT karya wartawan Kompas Frans Sarong di Hotel T-more Kupang, Sabtu (3/7). “Kita harus memiliki tanggungjawab untuk tetap memeliharan nilai-nilai budaya yang ada di daerah ini,”katanya.

Read More

Diakuinya, Budaya NTT adalah budaya tutur dan budaya ini semakin ditinggalkan oleh generasi penerus seiring perkembangan ilmu dan teknologi. Untuk menjada nilai-nilai budaya tetap terpelihara maka tidak ada salahnya untuk beralih pada budaya tulis sehingga bisa tersiman dan terdata secara baik untuk generasi selanjutnya seperti yang telah dilakukan dalam buku serpihan budaya NTT.

“Budaya kita ini adalah budaya tutur dan diyakini oleh para orang tua bahwa pada saatnya akan muncul orang baru yang bisa melanjutkan budaya tutur ini. Mengapa kita tidak masuk ke budaya tulis saja,” kata Frans Lebu Raya pada saat peluncuran buku tersebut.

Ia mengaku menangkap kegelisahan dari pemerhati budaya jangan sampai budaya tutur tersebut akan sirna. Akan tetapi munculnya buku serpihan budaya NTT ini diharapkan menggugah penulis muda untuk membukukan budaya dari berbagai daerah di NTT, termasuk dari kalangan wartawan.

Menurutnya, tanda-tanda hilangnya budaya satu kelompok masyarakat tertentu di NTT seperti di berbagai desa yang dahulunya menggelar ritual di rumah adat, kini tidak dilakukan lagi. Di antaranya ritual mengenai memilih benih atau ritual membangun rumah baru. Namun di sejumlah kampung kata Dia, masih mempertahankan budaya mereka yang diwariskan turun-temurun.

Buku berjudul ‘Serpihan Budaya NTT’ yang bercerita berbagai hal mengenai penyebab memudarnya budaya dan adat istiadat NTT. Acara peluncuran dilakukan oleh Gubernur NTT Frans Lebu Raya dirangkai dengan bedah buku dan dialog budaya yang menghadirkan enam narasumber antara lain Rm Valens Doy, Pr, Pdt Dr Merry Kolimon, dan Drs Leo Nahak.

Buku setebal 311 halaman tersebut terdiri dari lima bab yang merupakan kumpulan ficer karya Frans sarong, di Harian Kompas tentang artefak, atraksi tradsional, kampung tua, dan denyut kehidupan masyarakat budaya di NTT yang diterbitkan oleh penerbit Ledalero, Maumere. (Joey)

Komentar Anda?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *