Ibadah Harus Berdampak Pada Perubahan Sosial

  • Whatsapp

Kupang, seputar-ntt.com – Nabi Mika mengingatkan tentang hakikat ibadah yang sesungguhnya dimana tidak memfokuskan pada rutinitas ibadah-ibadah formal tetapi yang tidak berdampak pada perubahan sosial, perubahan perilaku sehari-hari.

Inti refleksi khotbah dari dua bacaan, pertama Mika 6:6-8 dan bacaan kedua Hakim Hakim 4;1-10 disampaikan Pdt. Drs. Maria RA Pada pada kebaktian Pembukaan Musyawarah Pelayanan (Muspel) Perempuan Sinode GMIT Tahun 2024 di Jemaat GMIT Paulus, Senin (29/7). “Kita punya berbagai jenis ibadah dan mungkin tidak pernah alpa dalam semua ibadat dan persekutuan. Bahkan kalau boleh kita perbanyak ibadah-ibadah kita. Kita tingkatkan semangat memberi persembahan kita,” ujarnya sembari menambahkan pertanyaannya, apakah semua berdampak bagi kehidupan kita sesuungguhnya dimana kita saling memperhatikan satu dengan yang lain, berbelas kasih kepada sesame dan hidup rendah hati di hadapan Tuhan.

Menurut Pdt. Maria, ataukah cenderung hidup untuk melayani kepentingan diri sendiri bahkan tak jarang saling menindas dan mungkin merugikan seorang akan yang lain. “Kita juga bisa saja tergoda menggunakan kuasa dan kewenangan yang ada pada kita untuk mengambil keputusan atau bertindak semena-mena yang merugikan sesame,” ujarnya.

Dari bacaan kedua lanjutnya, figure seorang perempuan Debora yang menjadi sumber inspirasi. Debora adalah pemimpin perempuan dalam konteks patriarkhal yang mampu menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip yang diungkapkan Nabi Mika dapat diwujudkannya dalam Tindakan kepemimpinan.

Kisah Debora tambahnya menunjukka Tuhan menghargai peran perempuan dalam sejarah keselamatan umatNya. Perempuan dapat memegang peranan penting sebagai pemimpin dan membawa perubahan positif dalam masyarakat.

Ditegaskannya Tuhan dapat memilih siapa saja untuk memimpin umatNya termasuk perempuan. Kepemimpinan tidak mengenal batas jenis kelamin. Ini berarti Tuhan juga berkenan memakai kaum perempuan peserta Muspel menjadi alat di tanganNya untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik seperti Debora.

Dituturkannya, Debora dalam Bahasa Ibrani artinya lebah adalah seorang perempuan yang sangat terkenal pada zamannya. Ia adalah hakim keempat dari 14 hakim yang disebutkan dan salah satu dari dari tidak banyak perempuan yang dianggap kuat dan mandiri dalam Alkitab.

Ketika itu, kata dia, hakim memiliki tugas-tugas hukum, administrative dan juga menjadi pemimpin militer yang berkharisma, pemimpin spiritual dan hakim yang memberikan keadilan.

Lebih lanjut dikemukakan pada zaman Debora, umumnya perempuan tidak memegang posisi kekuasaan atau kepemimpinan public. Namun Debora menonjol sebagai pemimpin yang diakui sebagai nabiah dan hakim.

Menurut dia, seperti Nabi Mika, Debora menuntut keadilan melalui Tindakan nyata dalam kepmimpinan. Sebagai pemimpin perempuan yang berani, ia memastikan rakyatnya diperlakukan dengan adil.

Ditambahkan Debora berada dalam periode yang penuh tantangan dan ketidakpastian tetapi melalui kepemimpinannya yang bijaksana dan kepercayaan penuh kepada Tuhan, ia berhasil membawa bangsanya Israel kepada pembebasan dan keadilan. Ia menunjukkan bagaimana seorang pemimpin dapat berperan aktif untuk menegakkan keadilan dan memberikan arahan moral yang kaut.

Lebih lanjut disebutakannya Ketika Israel ditindas oleh Yabin, raja Kanaan, Debora memimpin menuju keadilan dengan memerintahkan Barak mengumpulkan pasukan dan melawan penindasan.

Debora ujarnya adalah sosok yang mencintai kesetiaan/belas kasihan. Inidibuktikan kepeduliannya terhadap bangsanya yang menderita di bawah penindasan. Ia berani melibatkan diri dalam peperangan.

Liturgos ibadah ini Pdt. Silvana A. Messakh Manafe, tema Muspel lakukan keadilan, cintai kesetiaan dan hidup rendah hati di hadapan Tuhan (Band Mikha 6:8), sub tema : Tuhan memampukan perempuan bertumbuh dalam iman teguh, kecerdasan serta mandiri dana untuk merangkul sesame dan alam.

Paduan Suara (PS) Perempuan GMIT Paulus Kupang, PS Perempuan GMIT Ebenhezer Oeba dan PS BP dan Tim Kerja Muspel Perempuan mengisi pujian mempermuliakan nama Tuhan.

Hadir pada kesempatan tersebut Ketua MS GMIT. Pdt. Samuel Pandie, STh, Asisten I Setda NTT, Dra. Bernadeta Meriani Usboko, MSi, Perempuan lintas Agama, Ketua WKRI NTT, Yoseifina Seran-Gheta, Thersia Krowin, mantan Ketua MS GMIT, Pdt. Dr. Mery Kolimon, Ketua Perempuan GMIT Sinode GMIT, Ekoningsih Lema, MSi dan peserta Muspel VIII para utusan dari seluruh klasis dalam wilayah Pelayanan GMIT.

Liturgi yang apik membuat ibadah hikmah dan berjalan lancar. Usai acara pembukaan dilanjutkan dengan diskusi.(non)

Komentar Anda?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *