Takem Radja Pono Akan Kembangkan Nigarin di Sabu Raijua

  • Whatsapp
Takem Radja Pono sedang berdiskusi dengan warga Desa Depe Kecamatan Sabu Barat

Seba, seputar-ntt.com – Udara laut yang berhembus cukup kencang di Pantai Lobo Bali, Desa, Bodae, Kecamatan Sabu Timur pada Rabu, (22/5/2019) malam, tak menyurutkan semangat diskusi antara Takem Radja Pono (TRP) dengan beberapa petani tambak garam diwilayah tersebut. Sebagai sosok yang sudah menyatakan diri akan maju di Pilkada Sabu Raijua pada 2020 nanti, Takem Radja Pono sedang gencar turun lapangan untuk mendengar aspirasi serta mendengar dengan cermat apa kesulitan dan kesusahan yang dialami warga.

Karna tempat diskusinya di tambak garam dengan para pekerja garam pula, maka topik diskusi lebih banyak berkutat  seputar garam. Baik soal jumlah produksi hingga kendala-kendala yang dihadapi oleh para pekerja tambak garam. Awal diskusi TRP lebih banyak mendengar apa saja keluhan para petani. Mereka juga mengeluh tentang permintaan alat untuk memperbaiki tambak yang rusak, sering tak direspon dengan cepat oleh pemerintah sebagai pemilik tambak garam. Dulu kata mereka, apa saja yang mereka minta akan segera direspon dengan cepat.

“Dulu waktu bapak Matade masih ada, kami minta apa saja langsung cepat mereka kirim. Misalnya ada motor yang macet, biar malam-malam juga pasti mereka datang perbaiki. Sekarang, kami minta paku saja untuk memperbaiki papan di tambak sampai sekarang mereka tidak kasih. Kalau tidak segera diperbaiki, kerusakan di tambak akan lebih besar lagi dan bisa rusak total. Kami sebagai pekerja hanya menunggu saja. Intinya ada perbedaan yang sangat mencolok ketika bapak Matade dan setelah beliau tidak ada,” ungkap Jola Lado, salah satu pekerja tambak yang juga tokoh masyarakat setempat.

Mendengar berbagai keluhan dari para pekerja tambak garam, TRP lalu memberi motivasi kepada mereka. Menurut dia, apa yang dilakukan oleh pemerintah lewat pengembangan garam sudah sangat baik. “Saya pikir apa yang dilakukan oleh pemerintah yang terdahulu merupakan hal yang luar biasa. Ini adalah pohon uang yang harusnya dijaga dan ditingkatkan. Bahwa jika ada persoalan atau kendala hukum misalnya, itu harus segera dibenahi supaya kedepan tidak menjadi penghambat dalam mengembangkan garam di Sabu Raijua. Harus diakui bahwa sebelum daerah lain kerja garam, Sabu Raijua sudah lebih dahulu kerja. Mirisnya, saat ini daerah lain sedang getol-getolnya membuka lahan garam, di Sabu Raijua malah melempem dan menurun. Kalau bapa mama percaya saya pimpin daerah ini maka kita akan melakukan hal yang lebih dari itu,” kata TRP.

Hal baru yang dia akan lakukan kata TRP adalah mengembangkan Nigarin atau Sari Air Laut (SAL). Nigarin sedang dikembangkan di Madura satu tahun terkahir ini. Nigarin, jelas TRP adalah  ekstrak air laut yang mengandung mineral mikro yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. I a memiliki kandungan lebih dari 80 jenis mineral, termasuk Magnesium, Kalium, Besi, Kalsium, Boron, Selenium, dan Zinc. Nigarin merupakan cairan isotonis yang dapat membantu menjaga keseimbangan reaksi metabolisme di dalam tubuh. Khasiatnya banyak sekali, antara lain melangsingkan badan, detoksifikasi  atau mengeluarkan racun tubuh, merawat kulit, mencegah osteoporosis,mengatasi diabetes, dan memblokir serta membakar lemak. Di Jepang,  nigarin bahkan dikenal sebagai minuman pelangsing no 1.

“Kalau di Jepang Sari Air Laut itu disebut Nigari, lalu di Indonesia di Sebut Nigarin. Dalam bahasa ingris disebut Bittern. Kalau kita di Sabu mungkin lebih mengenal dengan sebutan Ai Ad’du” atau air pahit. Nah kedepan kita akan kembangkan ini. Harganya cukup tinggi. Sekarang produk Nigarin ini banyak orang yang menjual secara online atau lewat internet. Masyarakat Jepang sangat beruntung karena mereka sudah terbiasa minum nigari sebagai sumber magnesium. Sebenarnya Nigarin ini sudah digunakan oleh masyarakat Jepang maupun Cina dan Korea sejak ribuan tahun silam. Namun di Indonesia, Nigari ini baru diketahui dan dikembangkan. Nah Sabu Raijua sebagai wilayah dengan panas yang cukup baik untuk produksi garam maupun Nigarin tidak boleh diam. Sekali lagi kedepan saya akan lakukan itu jika rakyat Sabu Raijua memberikan kepercayaan kepada saya untuk mengurus daerah ini,” kata TRP.

Di negeri Matahari Terbit lanjut TRP, nigari yang pahit memang sangat terkenal. Anak-anak hingga orang tua terbiasa mengkonsumsinya dalam kehidupan sehari-hari. Meski budaya memproduksi garam sudah sangat tua di Indonesia, tetapi nigari baru diperkenalkan setahun terakhir. Dr. Nelson Sembiring periset pada Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Jawa Timur yang memperkenalkannya. Nelson mengetahui khasiat nigari saat belajar di Jepang.

“Dari sisi ekonomi, Nigarin ini cukup mahal, sehingga selain kita mengelola garam, kita juga kelola nigarin ini. Harga di pasaran saat ini satu liter nigarin sekitar 30 hingga 40 ribu rupiah. Cukup menjanjikan sehingga saya yakin ketika kita mulai mengolah Nigarin di sabu raijua maka ada dua sumber uang yang kita punya yaitu uang jual garam dan uang jual nigarin. ” papar TRP.

Para petani tambak garam begitu antusias dan mengaku baru pernah mendengar apa yang di sampaikan TRP kepada mereka. Mereka berharap agar pemimpin yang akan datang adalah orang yang sanggup melakukan inovasi-inovasi, terutama dalam upaya meningkatkan pendapatan daerah serta mampu memberi manfaat bagi kesejahteraan  banyak orang. “Kami baru dengar tentang ini dan kami siap bekerja jika bapak jadi bupati nanti. Dulu ketika pemerintah mau buka lahan tambak garam, kami sempat ragu tapi karna bapak bupati MDT selalu datang diskusi dan meyakinkan kami maka kami dukung dan hasilnya kami sudah rasakan sekarang,” kata Jola Lado.

Diskusi malam antara TRP dan para pekerja tambak di lobo bali harus berakhir karna malam semakin larut. Rembulan yang mengintip dari balik awan menjadi saksi bagaimana pertautan hati dan harapan menyatu dalam deburan ombak dan gemuruh angin timur. siapa yang nanti akan menjadi the Next Ratu Kolo Moto, hanya waktu yang akan menjawab. (JRG)

Komentar Anda?

Related posts