Kupang, seputar-ntt.com – Waktu masih kecil, cita-citanya sangat sederhana. Hanya ingin melihat Kota Kupang dan pulang ke So’e untuk menceritakan kepada teman sebaya, bagaimana nikmatnya perjalanan dengan bis dan keindahan Kota Kupang yang selalu menjadi kisah kebanggaan setiap anak dari kampung. Cita-cita yang terlampau sederhana itu rupanya telah membawa seorang Simon Petrus Kamlasi pada kenyataan hari ini. Dia adalah Calon Gubernur yang jika Tuhan berkenan dan rakyat memberi restu, dia akan duduk di tahkta tertinggi di NTT sebagai Gubernur yang kantornya berada di jantung Kota Kupang. Kenyataan telah membawa dia pada pengalaman hidup yang kemudian membentuknya untuk menjadi makluk yang iklhas. Apapun dia berikan jika untuk kepentingan rakyat.
“Kota Kupang adalah salah satu tempat yang sangat dominan membentuk hidup saya. Ketika hendak mengikuti tes SMA Nusantara, saya datang ke Kota ini dan tinggal di Tingkat I. Dulu cita-cita saya di So’e tidak besar-besar. Bagaimana caranya bisa pesiar di Kupang. Pesiar tagantong oto karena dulu belum ada travel. Tagantong oto Sinar Timor, San Dominggo, nanti kita pulang, cerita satu minggu belum habis itu. Nanti kita cerita bagimana oto bok mati dan bok tidur” kenang SPK, sapaan akrab Simon Petrus Kamlasi yang disambut tepuk tangan meriah dari warga, saat tatap muka di kelurahan Sikumana, Kota Kupang pada Kamis, (3/10/2024).
Simon Petrus Kamlasi ingat benar saat dia datang ke Kupang untuk tes masuk SMA Taruna Nusantara. Dalam bis, dia sudah berhayal bagaimana nanti kalau lulus tes SMA Taruna Nusantara maka bisa melihat gedung-gedung tinggi di Pulau Jawa. Dia datang ke Kota Kupang kala itu, sudah membawa beras dan babi untuk syukuran jika nanti lulus tes. Rupaya impian anak yang selalu juara kelas itu terwujud. Pada tahun 1990 dia lulus SMA Taruna Nusantara dan harus meninggalkan Pulau Timor untuk meraih masa depan.
“Saya tinggal di belakang kios Himalaya milik Ama Kudji. Waktu itu saya sudah bawa babi dan beras untuk syukuran dan ternyata saya lulus tes. Kota Kupang adalah batu loncatan yang telah melambungkan saya dari cita-cita yang sederhana. Saat ini, saya kembali ke kota ini, untuk mengurus rakyat yang saya cintai. Jika ada lagu yang syairnya anak Timor main Sasando maka saya mau bilang biarkan anak Timor duduk di gedung Sasando untuk mengurus rakyat NTT,” ujar Simon Petrus Kamlasi.
Masuk SMA Taruna Nusantara telah membentuk seorang Simon Petrus Kamlasi menjadi pribadi yang peka terhadap penderitaan rakyat. Disana mereka digembleng menjadi calon pemimpin masa depan. Mereka juga diajarkan oleh para petinggi negeri dan pemimpin bangsa. Sebagai anak yang datang dari kampung, rasa ingin tahunya yang besar telah mengantarkan dia untuk bertemu bahkan menginap di rumah Leonardus Benyamin Moerdani atau L.B.Moerdani yang akrab disapa Benny Moerdani. Sosok yang sangat disegani di TNI dan menjadi panutan bagi anak bangsa. Benny Moerdani adalah salah satu tokoh militer Indonesia paling berpengaruh pada era Orde Baru. Benny Moerdani dikenal sebagai perwira TNI yang banyak berkecimpung di dunia intelijen, sehingga sosoknya banyak dianggap misterius. Selain itu, Ia juga memiliki julukan yang merupakan antitesis dari Soeharto yaitu “Unsmiling General”. Jenderal tanpa senyum.
“Di SMA Taruna Nusantara, kita diberi ceramah oleh para pemimpin bangsa ini. Ada Gus Dus, Amin Rais, Tri Soetrisno, L.B. Moerdani. Sebagai anak dari NTT, saya ingin terkenal dan orang bisa tahu tentang NTT. Mereka tahu NTT hanya bisa menyanyi. Pada saat L.B. Moerdani beri ceramah, saya lalu bertanya. Tidak ada yang berani bertanya pada L.B. Moerdani karena tatapannya saja kita sudah takut. Akibat dari pertanyaan saya itu beliau menanyakan kepada saya, kamu kalau libur pulang kampung atau tidak. Kalau bisa kamu nginap dulu di rumah satu minggu baru nanti lanjut libur di Kampung. Saya tidur satu minggu di rumah bapak L.B. Moerdani dan saya mendapatkan banyak hal dari beliau. Saya belajar hal-hal yang mungkin tidak diketahui banyak orang. Dulu libur naik kelas itu satu bulan. Kita naik kapal Dobonsolo atau Dorolonda waktu itu. Jadi saya satu minggu menginap di rumah bapak L.B.Moerdani,” kenang Simon Petrus Kamlasi.
Simon Petrus Kamlasi mengisahkan, banyak hal yang dibicarakan oleh L.B. Moedani kepada dirinya. Mulai dari peristiwa yang nanti akan terjadi di Indonesia hingga hal-hal yang sedang berlangsung. Saat itu L.B. Moerdani kata SPK, bercerita banyak hal dan juga mengajarkan bagaimana menjadi seorang pemimpin di kemudian hari. Sepertinya waktu satu minggu di rumah L.B. Moerdani digunakan untuk mengajarkan banyak hal terkait bangsa dan negara dan bagaimana menjadi pemimpin di masa depan.
“Saya waktu itu kelas 2 SMA. Diberi begitu banyak pelajaran oleh beliau. Saya tanya, kenapa bapak mengajarkan banyak mengajarkan hal yang berat pada seorang anak SMA? Dengan tegas L.B. Moerdani mengatakan, saya melihat aura kepemimpinan ada dalam diri kamu dan saya yakin kedepan kamu akan jadi pemimpin. Semoga apa yang saya ajarkan dan sampaikan kepadamu akan berguna di kemudian hari,” ujar SPK menirukan kata-kata L.B Moerdani saat itu.
Tak hanya tidur sepekan di rumah L.B.Moerdani, tapi perjalanan seorang Simon Petrus Kamlasi selalu bersinggungan dengan para tokoh bangsa. Saat mengenyam pendidikan di Akademi Militer, rupanya Simon Petrus Kamlasi menempati tempat tidur bekas Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang kemudian menjadi Presiden Indonesia. Apa yang dialaminya selama pendidikan hingga ladang pengabdian seperti bintang fajar yang menjadi pedoman dalam sebuah perjalanan seorang musfair dalam kegelapan.
“Waktu pendidikan di Akademi Militer, saya tidur di bekas kamar dan tempat tidur pak SBY yakni di Paviliun 5A. Saat ini , kamar Paviliun 5A sudah jadi museum, karena menjadi sejarah pernah menjadi tempat tidur dari Presiden SBY. Ada yang bilang gampang mendatangkan anggaran karena didukung oleh partainya bapak Prabowo. Tadi saya sudah cerita bahwa kami berasal dari rahim yang sama yakni Akedemi Militer. Kami memiliki jiwa Korsa yang tidak pernah padam. Kalo ada yang bilang dekat, saya mau bilang bahwa saya bisa Video Call dengan pak Prabowo. Beliau adalah senior saya di Akmil dan kami memiliki hubungan yang sangat dekat. Beliau sangat mencintai NTT karena memiliki hubungan emosional dimana Pak Prabowo pernah bertugas di Timor-Timur,” ungkap Simon Petrus Kamlasi. (joey rihi ga)