Garam Nataga Lenyap Dilindas Kapal Api dan Mutiara

  • Whatsapp

Kupang, seputar-ntt.com – Garam Nataga yang diproduksi di Kabupaten Sabu Raijua kini lenyap dipasaran. Para pegadang di pulau sejuta lontar itu kini hanya menjual garam cap kapal api dan mutiara. Padahal garam nataga sudah menjadi branding bagi Kabupaten Sabu Raijua.

Hilangnya garam Nataga disesalkan oleh  pedagang di Sabu Raijua yang selama ini merasa untung dengan menjual garam yang sempat menjadi kebanggaan masyarakat Sabu Raijua. Mereka mengakui, secara kualitas garam Nataga tidak kalah dengan  garam yang ada dipasaran.

“Sekarang kami hanya jual garam Kapal Api dan mutiara. Kami sebagai pedagang merasa menyesal kenapa garam yang menjadi ikon Sabu Raijua tidak ada lagi. Apakah sudah tidak produksi lagi, kami tidak tahu,” kata Ignatius Dimu Rihi salah satu pemilik kios samping Kelurahan Mebba di Seba, Senin, (20/5/2019).

Secara ekonomi sebut dia, menjual garam nataga lumayan untung karna pedagang di Sabu Raijua tidak perlu lagi mengeluarkan biaya atau ongkos pengangkutan maupun pengiriman. Jika dibandingkan dengan harga garam dari luar Kupang, garam Nataga jauh lebih murah.

“Garam Nataga hanya 70 ribu per dos sementara kapal api 155 ribu dan mutiara 115 ribu. Sudah begitu kita tidak perlu lagi ongkos kirim atau biaya angkut. Sebagai pedagang kamu sangat menyesal kenapa produksi garam nataga ini tidaj dilanjutkan lagi,” sesal Ignatius.

Dia juga menyesali pemerintahan yang sekarang dimana tidak melanjutkan apa yang sudah dirintis oleh Bupati Marthen Dira Tome. “Yang kita sesali kenapa garam yang sudah dirintis oleh bupati Dira Tome tidak dilanjutkan. Tidak hanya itu, di sabu inu sudah seperti daerah yang mati dan tidak ada lagi yang dibanggakan,”pungkas ignatius yang mengaku berasal dari Desa Raemude ini.

Hal yang sama juga dikeluhkan oleh Tersia Riwu, salah satu pedagang di pasar Hede, Seba. Dia mengaku, sampai saat ini masih banyak orang yang datang tanya garam nataga untuk beli. Namun apa daya, garam tersebut sudah tak ada lagi. Tinggal garam kapal api dan Mutiara yang sedang merajai pasaran di Sabu Raijua.

“Bannyak yang datang tanya karna mereka bilang garam naraga itu enak. Kita mau bulang apa lagi. Kita hanya menitip harap agar garam nataga itu bisa diproduksi lagi. Itu kebanggan kita seharusnya tetap dipertahankan,” pinta Tersia.

Menanggapi lenyapnya garam nataga di Sabu Raijua, salah orang muda di Sabu Raijua Erwin Lobo Mone secara ketus mengatakan bahwa pemerintahan yang sekarang tidak becus mengurus sesuatu yang bisa menghasilkan PAD bagi daerah dan memberi keuntungan bagi masyarakat secara umum.

“Saya nilai pemerintahan yang sekarang itu tidak becus. Walaupun ada tambak garam yang bermasalah tapi yang tidak bermasalah dan sudah berproduksi harusnya terus dilanjutkan. Apa dosanya melanjutkan sesuatu yang baik yang telah ditinggalkan Marthen Dira Tome. Disisi lain mungkin kami berseberangan tapi pada sisi yang lain saya harus memberi apresiasi terhadap hal-hal yang positif yang dilaksanakan oleh Matade. Sekali lagi saya tegaskan pemerintahan sekarang tidak becus,” ketus Erwin. (jrg)

Komentar Anda?

Related posts