Kalabahi, seputar-ntt.com – Isu pariwisata, lingkungan dan pangan menjadi konsep utama pada perayaan Hari Pers Nasional (HPN) yang dilaksanakan Perhimpunan Jurnalis Alor di Desa Alor Besar, Selasa, 27/2/2023 pagi.
Aspek pariwisata dan lingkungan dilakukan kegiatan penenggelaman 10 unit sepeda motor ke dasar laut untuk rumah ikan sekaligus terumbu karang buatan. Sementara aspek pangan yakni pembagian makanan kepada warga dan nelayan serta pasar murah berupa penjualan paket sembako.
Kegiatan ini juga merupakan hasil kolaborasi dengan Polres Alor, Kantor Cabang Dinas (KCD) Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT Wilayah Kabupaten Alor, Bulog Kalabahi, Pemkab Alor, serta Pemdes Alor Besar.
Mengusung tema “Mengawal Transisi Kepemimpinan Nasional Dan Menjaga Keutuhan Bangsa” perayaan HPN ini dihadiri Penjabat Bupati Alor, DR. Drs. Zeth Soni Libing, M.Si, Kapolres Alor AKBP Supriadi Rahman, S.I.K, MM, Kasdim 1622/Alor, Mayor Cab. Made Gede Swela, Dan Pos TNI AL Wilayah Alor, Kapten Laut (Pelaut) Sriyono, Danki Brimob Alor IPTU Nardi Irawan, Kepala Kantor Cabang Bulog Kalabahi, Deni Prasetyawan, Kades Alor Besar Sirajudin Ali, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, tokoh pemuda dan masyarakat setempat.
Ketua Perhimpunan Jurnalis Alor, Linus Kia mengatakan di tahun politik yang penuh dinamika ini, peran pers sangatlah penting dalam menjaga keutuhan bangsa dan negara.
“Ini butuh kerjasama juga dari semua stakeholder sehingga Kamtibmas selama transisi kepemimpinan ini bisa terjaga dengan baik,” ujar Linus.
Terkait konsep perayaannya, kata Kia, ini merupakan bukti kalau pers sangat peduli dengan pengembangan pariwisata di Alor.
“Tugas kita sekarang adalah menjaga dan merawat laut kita untuk anak cucu kita kedepan. Sementara untuk pasar murah ini bisa membantu masyarakat sekitar jelang bulan ramadhan,” harap Pemred Alor Pos ini.
Ditempat yang sama PJ Bupati Alor, Dr. Drs. Zeth Soni Libing, M.Si dalam sambutannya menyampaikan, pers merupakan penghubung antara pemerintah dan masyarakat.
“Kita ini mitra dan pers punya peran penting sebagai fungsi kontrol dalam penyelenggaraan pemerintahan,” tegas Libing.
Dikatakannya, konsep perayaan HPN yang dilakukan ini merupakan sesuatu yang kreatif, sebab pers bukan sejedar menulis saja tetapi bisa berbuat sesuatu yang berdampak besar bagi masyarakat.
“Penenggelaman 10 rangka motor ini bukan saja menjadi rumah ikan, tetapi menjadi spot diving baru yang akan mendukung titik usaha dalam meningkatkan ekonomi masyarakat dan nelayan sekitar,” ungkapnya.
Untuk itu Libing meminta masyarakat untuk menjaga spot ini dengan tidak melakukan penangkapan ikan secara ilegal seperti dengan pengeboman.
“Bom akan merusak terumbu karang dan rumah ikan. Dan itu akan berdampak pada ekonomi dan lingkungan. Apa yang mau kita harapkan lagi kalau hal ini kita biarkan terjadi,” tambah mantan PJ Bupati Manggar ini.
Sementara Kepala Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Wilayah Kabupaten Alor, Provinsi NTT Muhammad Saleh Goro mengatakan, penenggelaman rangka motor ini sebagai pengembangan coral garden di situs diving.
“Penenggelaman rangka motor dijadikan sebagai Rockpile untuk pengembangan Coral Garden pada situs diving Taman Nangalala Karabou Kotong, Desa Alor Besar. Situs Diving ini merupakan 1 dari 79 Situs Diving yang telah ditetapkan dengan Keputusan Gubernur NTT nomor 344/KEP/HK/2023 Tentang Nama-Nama Situs Selam di Kawasan Konservasi di Perairan di Wilayah Kepulauan Alor Provinsi NTT,” jelas Goro.
Kepala Desa Alor Besar, Sirahudin Alor juga dalam penyampaiannya memberikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah hadir pada perayaan HUT HPN di Alor Besar.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada pers yang telah melaksanakan kegiatan ini di Desa Alor Besar. Tentunya spot diving ini akan menjadi daya tarik tersendiri di kampung kami, dan bisa memberikan nilai ekonomi bagi nelayan serta warga Desa Alor Besar,” tandas Sirahudin.
Untuk diketahui bersama, Sebelum dilakukan penenggelaman rangka motor, terlebih dahulu dilakukan ritual adat ada di rumah adat Karabou Kotong sebagai bentuk penghormatan dan izin kepada pemilik kehidupan laut.
Setelah ritual dilakukan, dua unit rangka motor dipikul sejumlah pemuda berbusana adat menuju pantai untuk dilakukan proses penenggelaman.
Tiba di pantai dan sebelum motor dinaikkan keatas perahu, seorang tokoh adat kembali melakukan ritual adat dibibir pantai, kemudian dilanjutkan dengan proses penenggelaman di titik koordinat yang telah ditentukan. (Pepenk)