Jeriko dan Tangisan dari Gubuk Derita

  • Whatsapp
Wali Kota Kupang, Jefri Riwu Kore

Kupang, seputar-ntt.com – Wajah Yosina Kase Talaen nampak sembab menahan tangis. Warga RW 3 Kelurahan Penkase itu tak mampu menyembunyikan rasa haru ketika Wali Kota Kupang, Jefri Riwu Kore datang menyerahkan kunci rumah yang baru dibedah untuk dirinya pada Selasa Petang, 15 Februari 2020. Dia tak pernah bermimpi bahwa gubuk derita yang selama ini dia huni akan diubah menjadi rumah tembok yang layak oleh Jefri Riwu Kore. Sebagai seorang janda, dia tak tahu harus lari kemana, sebab rumah yang dia tempati sudah hampir ambruk. Berteman dingin malam sudah menjadi hal biasa bagi Yosina. Hingga akhirnya, program bedah rumah yang dijalankan Pemerintah Kota Kupang menyentuh dirinya. Rumah Yosina kini telah selesai dibedah dan siap untuk ditempati.

Kedatangan Jefri Riwu Kore bersama Istri didampingi para Lurah se-kecamatan Alak ke rumah Yosina, memberi penghargaan tersendiri baginya. Jeriko disambut dengan natoni oleh tokoh adat di Penkase. Warga sekitar tumpah ruah di jalan. Mereka juga turut bahagia menyaksikan tetangga dan saudara mereka bisa mendapatkan rumah baru. Lengkap dengan perabot dan sembako. Fisik rumah dibedah oleh Pemkot Kupang sementara Sembako dan Perabot rumah seperti kusri dan Tempat tidur adalah sumbangan pribadi dari Hilda manafe, Anggota DPD RI yang juga istri Wali Kota Kupang. Hilda Manafe senantiasa setia mendampingi suaminya saat berkunjung ke rumah warga. Sebagai seorang ibu, dia tak tinggal diam. Dia berbagi dengan apa yang bisa dia berikan untuk warga Kota Kupang.

Yoksan Banobe yang mewakili Yosina dan warga setempat dalam sambutannya mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah Kota Kupang dan Jefri Riwu Kore sebagai Wali Kota. Dia mengatakan, ini baru pertama kali terjadi di Kota Kupang, ada warga yang mendapatkan rumah baru. Tak sungkan-sungkan, Yoksan mewakili keluarga langsung menyatakan dukungan kepada Jefri Riwu Kore untuk maju kembali di Pilwalkot 2024 mendatang. “Jika ada yang menutup jalan bapa Jeriko, kami sudah siap bangun setapak. Jika ada yang beruapaya menutup pintu, kami siap dengan pintu lain. Sebagai pemegang kedaulatan, kami rakyat sudah bisa melihat siapa pemimpin yang memiliki hati dan mana yang tidak,” kata Yoksan.

Apa yang terjadi di Penkase, juga terjadi di berbagai tempat saat Wali Kota datang menyerahkan kunci rumah bagi warga. Dukungan serupa juga disampaikan oleh Warga Kelurahan Nunbaun Delha dan Nunbaun Sabu sebelum Jefri Riwu Kore menuju Penkase. Pada hari yang sama, Jefri menyerahkan tiga kunci rumah untuk warga. Mereka yang menerima kunci rumah selalu dengan air mata haru dan bahagia. Bahkan dibeberapa tempat, mereka menangis histeris dalam pelukan Jeriko. Warga seperti bertemu seorang bapak yang begitu peduli dengan keadaan mereka. Pada setiap kesempatan ia selalu meminta warga untuk bersabar sebab dana bedah rumah disesuaikan dengan keuangan daerah.

Tak bisa dipungkiri bahwa di kota Kupang, masih terlalu banyak masyarakat yang kurang beruntung yang tinggal dalam rumah yang tidak layak huni. Pemimpin berganti pemimpin, masa berganti masa, tapi tangisan mereka dari lubang dinding yang menganga dalam kedinginan tak pernah sampai di telinga para penguasa. Rakyat jelata memang sudah berkarib dengan susah dan derita. Diterpa rasa dingin tak kala musim hujan. Disiksa rasa gerah tak kala musim panas. Tak ada pilihan selain bertahan dalam gubuk derita yang menjadi kebanggaan keluarga.

Sebagai anak yang lahir di Kota Kupang, Wali Kota yang akrab disapa Jeriko ini sadar benar bahwa mereka harus ditolong. Tak akan cukup jika menggunakan uang pribadi.  Hanya kuasa yang bisa merubah nasib mereka dan mampu menggenapi setiap mimpi yang mereka tenun dari setiap keringat dan air mata kesulitan. Tak ada yang menyangka bahwa akan ada satu Wali Kota yang berpikir untuk merubah gubuk derita menjadi rumah layak huni. Yang bisa menyelimuti dari rasa dingin dan menaungi dari hawa panas. Jeriko adalah doa para jelata yang dijawab Tuhan untuk menolong mereka. Merubuhkan gubuk derita dan membangun rumah layak huni.

Apa yang dilakukan oleh Jeriko untuk membedah rumah warga yang miskin bukan tanpa rintangan. Pasalnya untuk membangun satu unit rumah saja membutuhkan uang mencapai 50 juta rupiah. Jumlah yang cukup besar dan dinilai menghabiskan uang semata. Jeriko tak patah arang. Saat anggota DPRD Kota Kupang tak menyetujui anggaran bedah rumah, Jeriko pasang badan. Dia mati-matian membela masyarakat. Dia tak peduli apa kata orang. Bagi jeriko, jika para janda, duda dan yatim piatu di Kota ini bisa tidur di rumah yang layak, maka dia bisa tenang dan nyenyak mengantar malam. Bagi jeriko, seorang pemimpin harus bisa memastikan rakyatnya tidur dengan tenang tanpa diganggu rasa dingin tengah malam.

Untuk mendapatkan program bedah rumah, Jeriko memasang Kriteria yang cukup ketat. Dia tidak mau, anggaran yang dikeluarkan akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Setiap mereka yang rumahnya dibedah, harus menunjukkan sertifikat kepemilikan atau surat persetujuan orang yang punya tanah supaya tidak ada yang mengusir mereka kelak, ketika rumah sudah berubah wujud.  Mereka juga adalah janda atau duda atau Yatim Piatu atau mereka yang benar-benar tidak sanggup sacara ekonomi untuk membangun rumah. Ada sejumlah kriteria yang harus dipenuhi. Tidak hanya itu, rumah yang disusulkan untuk dibedah harus disurvei. Ada beberapa pertanyaan yang akan ditanyakan, baik kepada calon penerima maupun kepada tetangga mereka. Semua itu dilakukan untuk menghindari hal-hal yang negatif di kemudian hari.

Di beberapa kejadian ketika wali kota mendengar atau membaca lewat media  bahwa warganya ada yang mengalami kesulitan, Jeriko sudah langsung bertandang kesana. Sebut saja Oma Siti Abdulah, Janda di Kelurahan Penfui yang tinggal di rumah sangat tidak layak, Jeriko langsung kesana. Setelah tiba di lokasi ternyata bukan hanya rumah Oma Siti Abdula yang harus dibedah, ada juga rumah seorang duda bernama Opa Benyamin Yasin yang tidak layak huni dan harus di bedah. Dan sebagai seorang pemimpin Wali Kota langsung memerintahkan stafnya untuk segera mengeksekusi apa yang dia perintahkan yakni membedah rumah warga yang dia temui.

Begitu juga saat dengar kisah seorang janda lansia bernama Oma Ane Djara di Fontein yang sakit dan tidur di rumah yang tidak layak huni eriko juga menyambangi secara langsung. Bahkan Walikota meminta supaya Oma yang sakit itu tinggal sementara di rumah jabatan sambil rumahnya dibedah oleh Pemkot Kupang. Jefri bahkan kepada media mengakui bahwa masih banyak warga kota yang hidup dalam kesulitan namun dia terbatas karna tidak memiliki data maupun informasi. Itulah saat-saat pertama, bedah rumah mulai berjalan di kota Kupang.

Jumlah rumah yang dibedah saat ini, semakin banyak. Awalnya, hanya beberapa rumah, karena disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah. Menyadari uang daerah tidak cukup, Jeriko lantas membangun lobi ke pemerintah pusat untuk mendapatkan dana bedah rumah. Sebagai orang yang malang melintang di Senayan, Jeriko mampu meyakinkan pemerintah pusat sehingga Kota Kupang dibantu dana untuk bedah rumah. Pada tahun 2022 ini ada ratusan rumah yang akan dibedah. Ada yang murni bantuan pusat, adapula yang Kerjasama Kota Kupang dengan pemerintah pusat seperti dana subsidi dalam membangun rumah bagi warga.

Jefri Riwu Kore telah bekerja langsung di rumah warga Kota Kupang. Mereka yang merasakan manfaat bedah rumah, benar-benar bersyukur akan kehadiran seorang pemimpin yang secara langsung melihat penderitaan rakyatnya. Wali Kota yang akrab disapa Jeriko itu telah meninggalkan sentuhan hati yang akan selalu membekas untuk dikenang warganya. Jeriko tidak sempurna, tapi dia memiliki kasih untuk menutupi setiap kekurangannya sebagai seorang manusia. Bagi Jeriko, doa dan dukungan dari warga Kota Kupang adalah anugerah terbesar dalam hidupnya. (Joey Rihi Ga)

Komentar Anda?

Related posts