Fredy Wahon : Rakyat Cari Pemimpin, Parpol Mau Yang Berduit

  • Whatsapp

Lewoleba, seputar-ntt.com – Mekanisme Partai politik (Parpol) dalam menyaring calon pemimpin menyongsong pemilihan kepala daerah (Pilkada) dianggap banyak pihak masih berbudaya mamon. Bagaimana tidak, isu mahar politik 3 Milliard rupiah yang diminta salah satu parpol kepada seorang balon Bupati Lembata begitu santer terdengar. Hal ini mendapat sorotan tajam dari berbagai pihak.

Pengamat Politik Lembata, Frederikus Wilhelmus Wahon, alias Fredy Wahon ketika dimintai tanggapannya, Kamis (12/05/16) mengatakan, parpol saat ini memang demikian, mengaku terbuka tetapi bayar dimuka, bukan membuka ruang tetapi memburu uang. Menurut Fredy, jangankan mahar politik, kontribusi pendaftaran yang dipatok Parpol kepada bakal calon saja sudah sangat memberatkan dan bertentangan dengan semangat untuk mencari pemimpin.

Parpol menurut mantan Guru Demokrasi ini, harusnya mencermati figur-figur ke publik  yang dianggap layak baik yang tidak berpartai atau ke partai lain dengan cara survey atau apapun. Menurut mantan Pemred Harian Radar Timor ini, Bakal calon seharusnya bukan disuruh mendaftar, karena dengan mematok kontribusi saat mendaftar, maka tertutuplah peluang untuk pemimpin yang lahir dari masyarakat walau memiliki elektabilitas baik.

“Niat kita mau cari pemimpin, tetapi apakah Partai sediri mencari pemimpin atau mencari orang berduit untuk memimpin? Ini cara pandang kapitalis. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang tidak mendaftar tapi memiliki elektabilitas baik?. Lalu bagaimana mendapat pemimpin yang ideal dari cara melamar?”, gugat Fredy.

Budaya Mahar atau kontribusi menurut mantan anggota DPRD Lembata ini berakibat pada perilaku pemimpin, sebab dikuatirkan jangan sampai kontribusi atau mahar tersebut diperoleh calon dengan hutang. Karena jika demikian, partai sendiri membuka ruang kepada pemimpin untuk menutup hutang  dengan melakukan korupsi. Sedangkan jika calonnya kalah, maka ada dua resiko yakni calon yang diusung akan hidup melarat karena menjual semua kekayaannya untuk menutup hutang atau calon tersebut akhirnya mengalami gangguan mental alias gila.

Memang setiap partai memiliki mekanisme, namun sebagai orang yang pro perubahan, Fredy berharap dengan munculnya Ahok di DKI mestinya memberi jalan pikiran dan menjadi refleksi bagi parpol untuk melakukan perubahan. Namun faktanya menurut Dia belum memberi pengaruh perubahan sedikitpun kepada parpol, mulai dari pusat hingga daerah.

Lalu yang lebih celaka ujar Fredy, semua partai justru menyiapkan calon wakil sementara yang dibuka ruang untuk mendaftar justru calon Bupati. Parpol di Lembata justru ramai-ramai menyiapkan calon wakil untuk disuruh belajar menjadi pemimpin dengan mendampingi Bupati selama 1 periode.

Oleh karena itu, Fredi menganggap Pilkada Lembata kali ini, belum ada sesuatu yang baru karena pemainnya masih orang-orang lama. Dia berharap parpol harus lebih berani, parpol harus benar-benar terbuka agar mendapatkan pemimpin yang kredibel. Jika tidak maka Dirinya kuatir ada mutiara yang terbuang dalam Pilkada Lembata 2017 mendatang. (Broin Tolok)

Komentar Anda?

Related posts