DPRD Berang, Bupati Sabu Raijua Dinilai Biarkan Aset Daerah Rusak

  • Whatsapp
Kondisi Pabrik AMDK Oasa di Sabu Timur dan Kondisi Garam yang dibiarkan rusak

Kupang, seputar-ntt.com –  Anggota Komisi II DPRD Sabu Raijua melakukan Kunjungan Kerja ke Pabrik Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Oasa di Kelurahan Limaggu, Kecamatan Sabu Timur, pada Rabu, (19/6/2019). Mereka merasa kesal karena mendapati pabrik yang menelan anggaran puluhan miliar itu ternyata tidak berproduksi sehingga mesin maupun bahan baku diduga telah rusak karna tidak pernah digunakan. Mereka juga menilai ada kesan bahwa Bupati Sabu Raijua, Nikodemus Rihi Heke senagaja membiarkan asset mubasir dan rusak.

“Saat kami berkunjung ke Pabrik AMDK,kami dapati gedung pabrik yang berdiri megah dengan mesin dan peralatan yang memenuhi semua ruangan. Ternyata pabrik AMDK tersebut sudah lama tidak berproduksi atau tidak beroperasi lagi. Padahal pabrik ini sudah melakukan uji coba produksi dan menghasilkan air kemasan yang sama dengan Aqua kualitasnya. Hasil produksi tersebut sudah dalam kemasan baik yang botol sedang maupun yang gelas dan hingga saat ini masih tersusun rapih di sebuah ruangan besar namun tidak bisa digunakan untuk minum karena sudah kadaluarsa. Kami kesal dan ada kesan bahwa Pemerintah dalam hal ini Bupati sengaja membiarkan aset daerah ini rusak,” kesal Wakil Ketua DPRD Sabu Raijua. Selain Ruben Kale Dipa, Anggota Komisi II  yang mengikuti Kunjungan Kerja tersebut masing-masing, Mezak Dida, Don Nara Lulu dan Eduard Lukas.

Untuk itu jelas Ruben Kale Dipa, Pihaknya akan segera menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Pemerintah Kabupaten Sabu Raijua untuk mencari tahu persoalan yang sebenarnya kenapa Pabrik AMDK Oasa tidak beroperasi. “Ini asset Pemda yang bernilai Puluhan miliar sehingga jika dibiarkan mubasir dan rusak maka ini sangat keterlaluan. Kami juga mendapat informasi dari petugas yang jaga di pabrik bahwa sudah beberapa bulan terakhir mesin-mesin tidak pernah dihidupkan lagi,padahal waktu RDP dulu menurut Plt Kadis Perindutrian dan Perdagangan,mesin-mesin selalu dihidupkan. Bayangkan,  jika  dilakukan pembiaran  seperti ini justru semua mesin bisa rusak total dan pasti akan mendatangkan kerugian yang besar bagi masyarakat Sabu Raijua. Pertanyaannya apakah ada unsur kesengajaan untuk menghancurkan pabrik AMDK yang menelan anggaran puluhan miliar ? Atau ada niat apa dari Pemda atau Bupati saat ini sehingga pasif dan tidak mau serius mengurus semua yang sudah dibangun dengan uang rakyat yang tidak sedikit, aneh kalau ini sengaja dibiarkan. Bila saya bandingkan dengan Bupati yang dahulu yakni pak Marthen Luther Dira Tome, sangat beda karena Beliau setiap hari berada di lapangan kalau tidak bertugas keluar daerah,” Kata Kale Dipa.

Dari Pabrik AMDk lanjut Kale Dipa, Komisi II kemaudian menuju tambak garam di Kolo Uju Kecamatan Sabu Barat. Disana mereka mendapati bahwa ada sekitar 800 ton garam yang dibiarkan di dalam gudang dan tidak dijual. Selain itu para pekerja tambak garam juga belum dibayar honornya oleh Pemda. Dari Kolo Uju Komisi II kemudian mengunjungi Pabrik Garam Beryodium Nataga. Disana diketahui bahwa sudah tiga bulan, pabrik garam tidak lagi berproduksi karena kehabisan kemasan. “Jadi di Tambak garam itu banyak persoalan yang dikeluhakan oleh para pekerja disana, demikian juga ketika kami ke Pabrik Garam Nataga beryodium. Kami pikir hal ini harus segera kita RDP dengan pemerintah sebab kami lihat sekarang dibawah kendali Bupati Nikodemus Rihi Heke,semuanya terkesan dibiarkan dan tidak diurus padahal ini adalah pohon uang dan menjadi sumber Pendapatan Asli Sendiri atau PADS untuk Sabu Raijua. Akibat karena tidak beroperasinya pabrik Oasa demikian juga pabrik garam Nataga  menyebabkan kerugian daerah puluhan milyar rupiah. Kami sangat prihatin dengan kondisi Sabu Raijua saat ini” sesal mantan Ketua DPRD Sabu Raijua ini.

=Kondisi garam di Sabu Raijua. Penutup dan kemasan sudah robek.=

Ruben Kale Dipa menambahkan, khusus untuk tambak garam, sesuai laporan dari berbagai lokasi baik yang di daratan pulau Sabu maupun di Pulau Raijua justru saat ini garam sedang menumpuk di gudang-gudang. Malah di kecamatan Liae dan Mehara ditumpuk diluar gudang dan hanya ditutup menggunakan terpal. Saat ini terpal penutup serta  karung kemasan sudah robek dan karena diguyur hujan maupun akibat panas matahari. “Untuk garam Nataga beryodium, akibat ketiadaan plastik kemasan dan pabrik tidak berproduksi saat ini maka garam kapal api dan mutiara mulai merajai pasar di Sabu. Tentu ini sangat merugikan masyarakat Sabu Raijua baik sebagai pedagang maupun sebagai konsumen,” pungkas Rukadi, sapaan akrab Ruben Kale Dipa. (jrg)

Komentar Anda?

Related posts