Kupang, seputar-ntt.com – BWA kembali membuktikan komitmennya dalam membantu mengatasi masalah krisis air bersih di beberapa wilayah di Indonesia. Kali ini kegiatan peresmian wakaf sarana air bersih dilakukan di Kampung Tuniun, Desa Bileon, Kecamatan Fautmolo, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur.
Ini merupakan lokasi peresmian projek wakaf sarana air bersih BWA yang ke 50. Kegiatan dilaksanakan selama 3 hari sejak selasa 6 Juni hingga Kamis 8 Juni 2023.
Selain acara ceremonial peresmian, diadakan juga kegiatan khitanan massal ceria yang didukung oleh K2S (Kontak kerukunan Sosial) yang diikuti oleh 81 peserta anak-anak dan dewasa, selain itu juga diadakan makan besar dan pembagian 300 paket sembako bantuan dari Galena Logistic, IOF Kupang (Indonesia Offroad Federation) dan IMI (Ikatan Motor Indonesia) Cabang NTT.
Proses pengerjaan projek wakaf sarana air bersih di Kampung Tuniun ini memakan waktu selama 5 bulan dengan menggunakan pipa HDPE dengan total sepanjang 8,8 km. Pembuatan bak tangkap konstruksi beton di sumber air Oetfo sebanyak 2 unit, bak tampung konstruksi beton di jalur pipa sebanyak 6 unit dan tugu kran pengambilan air umum sebanyak 30 unit. Untuk instalasi pipa keseluruhan menggunakan pipa HDPE yang dapat bertahan lebih dari 25 tahun.
Projek wakaf sarana air bersih ini memanfaatkan 2 lokasi sumber mata air yaitu sumber mata air Oetfo di kecamatan Fautmolo dan Sumber mata air Oe Petu di kecamatan Kie. Total ada 400 kepala keluarga yang berada di 3 dusun, 5 desa dan 2 kecamatan yang ikut merasakan manfaat air sarana bersih ini. Selain itu termasuk juga 3 masjid dan 2 gereja yang memperoleh manfaat air bersih ini.
Acara peresmian ini dihadiri langsung oleh CEO BWA Ustadz Ichsan Salam dan penyerahan projek wakaf kepada Ustadz Awaludin Issu selaku nadzir wakaf. Turut hadir dalam acara ini yaitu para kepala desa, danramil, ketua IMI NTT.
“Semoga fasilitas wakaf sarana air bersih ini dapat membawa manfaat bagi semua tanpa memandang suku dan agama” kata Ichsan Salam dalam sambutannya. “Kami harapkan juga warga Kampung Tuniun dan sekitarnya dapat sama-sama memelihara dan menjaga sarana air bersih ini.” tambahnya.
Pada kesempatan yang berbeda ustadz Awaludin menceritakan bahwa selama bertahun-tahun warga kampung Tuniun sangat kesulitan memperoleh air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk memperoleh air bersih, setiap hari warga biasa mengambil air dari lubang-lubang galian sedalam 30 centimeter yang mereka gali sendiri di pinggir-pinggir sungai.
Anak-anak mereka biasa membawa jerigen saat berangkat ke sekolah dan mengambil air di lubang-lubang tersebut sepulang sekolah. Dengan sarana air bersih yang telah selesai dibangun, warga kampung Tuniun dan sekitarnya sekarang lebih mudah mengambil air dari tugu keran yang telah dibangun.(*jrg)