Kupang, seutar-ntt.com – Dari 94 ribu guru yang ada di Provinsi NTT, 85 persen atau 75.758 orang memenuhi syarat untuk ikut Uji Kompetensi Guru (UKG), mulai dari guru Taman Kanak-Kanak (TK) sampai SMA/SMK, termasuk Kepala Sekolah (Kepsek) dan Pengawas.
Kepala Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi NTT, Minhajul Ngabidin mengakui itu, ketika ditemui di ruang kerjanya, Sabtu (7/11/2015).
Dia menjelaskan guru-guru yang tidak memenuhi syarat untuk UKG, karena statusnya bukan guru tetap atau guru honor sekolah yang dibiayai dengan dana Komite Sekolah atau dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
“Setelah diverifikasi sesuai data yang ada, dari jumlah guru yang ada di Provinsi NTT sebanyak 94 ribu guru, yang memenuhi syarat ikut UKG jumlahnya sebanyak 75.758 orang atau 85 persen dari jumlah guru yang ada,” kata Minhajul Ngabidin.
Sesuai rencana, lanjut Minhajul Ngabidin, pelaksanaan UKG dilakukan secara serentak mulai tanggal 9-27 November 2015 ini, dimana pelaksanaan UKG ini sebenarnya hajatan Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan pada Kementrian Dikbud, penanggung jawab program adalah Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Tehnik Informatika (P4TK-BMTI) Bandung.
Sedangkan unsur-unsur yang terlibat dari pelaksanaan itu sendiri adalah guru, kepsek dan pengawas, tambah Minhajul Ngabidin, dan unsur yang terlibat menyukseskan UKG di daerah leadernya LPMP bersama Dinas Dikbud Provinsi dan kabupaten/kota.
“Tempat pelaksanaan Uji Kompetensi (TPUK) kita sudah siapkan sedemikian rupa, kita sudah lakukan survey dan uji cob. Pelaksanaannya di masing-msaing kabupaten, pada sekolah yang memang memiliki perangkat computer yang cukup, ada dukungan teknis listrik dan jaringan internet. Jadi guru-guru yang dari daerah jauh mereka memobilisasi diri ke TPUK tersebut,” terangnya.
Pihaknya mencontohkan, di Kota Kupang diselenggarakan di SMA Negeri 1 Kupang, SMK Negeri 3 Kupang dan SMA Negeri 3 Kupang. Sedangkan di Kabupaten TTS di SMA Negeri 1 SoE dan SMA Negeri 2 SoE.
Mengingat jumlah guru di Provinsi NTT cukup banyak, sedangkan fasilitasnya sedikit, lanjut Minhajul Ngabidin, maka dalam satu hari dibagi tiga gelombang, yakni mulai pukul 08.00-10.00 Wita, lalu pukul 10.30-12.30 Wita dan disambung pukul 14.00-16.00 Wita.
“Jadi kita sudah berkoordinasi dan menyiapkan bersama-sama berbagi tugas. Tugas kabupaten/kota diantaranya menyiapkan lokasi, dan sejauh ini kita sudah melakukan survey dan uji coba,” lanjutnya.
Pihaknya mengemukakan akan ada kendala yang dihadapi pada saat hari ‘H’, baik kendala teknis maupun kendala dari peserta itu sendiri. Hal tersebut sudah diantisipasi sebelumnya.
“Kendala teknis mungkin listrik dan internet. Untuk listrik di masing-masing daerah sudah bersurat ke PLN, kalau koneksitas internet kita sudah minta Telkom untuk dijaga kestabilannya,” papar Minhajul Ngabidin.
Sedangkan kendala peserta, tegasnya, kemungkinan kendala transportasi atau kondisi kesehatannya. “Jadi ketika nanti pada saatnya ada guru yang gagal karena teknis maupun kondisional, kita sudah antisipasi dengan memberi kesempatan ikut susulan,” tambahnya lagi. (*kursor)