Kupang, seputar-ntt.com – Wali Kota Kupang, Christian Widodo berkesempatan menjadi keynote speaker dalam kegiatan Seminar Nasional Sainstek VII. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana (Undana), Kamis (18/8) bertempat di aula Rektorat Undana.
Mengawali pemaparannya, Christian Widodo menekankan bahwa pengelolaan sampah bukan sekadar urusan kebersihan, tapi juga memiliki nilai ekonomi.
“Selama ini, kita hanya memindahkan sampah dari titik A ke titik B tanpa pengolahan yang tepat. Karena itu, kami merumuskan sebuah roadmap pengelolaan sampah terpadu yang bisa diwariskan kepada pemimpin Kota Kupang berikutnya,” kata Wali Kota Kupang.
Menurutnya, sistem pengelolaan sampah terpadu dimulai dari rumah tangga. Setiap RT akan disediakan tempat sampah terpilah dengan tiga kategori: hijau (organik), kuning (non-organik) dan merah (berbahaya). Sampah dari tingkat RT kemudian diangkut ke TPS di kelurahan, lalu ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di tingkat kecamatan.
“Targetnya, 85 persen sampah bisa diolah di TPST kecamatan, sementara hanya 15 persen residu yang dibawa ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA),” jelasnya.
Di TPST, sampah akan diproses dengan teknologi sederhana, antara lain mesin pencacah plastik, pencetak batako, hingga budidaya maggot untuk mengolah sampah organik menjadi pakan ternak bernilai tinggi. Selain itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Kupang juga mendapat dukungan dari pemerintah pusat berupa pembangunan fasilitas pengolahan sampah modern dengan teknologi pirolisis untuk mengubah plastik menjadi bahan bakar.
Wali Kota Kupang mengaku bahwa kendala utama dalam program ini adalah keterbatasan anggaran. Namun, berkat dukungan CSR dari berbagai pihak, baik swasta, perbankan, organisasi masyarakat, hingga perguruan tinggi, Kota Kupang kini sudah memiliki ratusan unit tempat sampah terpilah.
“Awalnya saya ragu, tapi ternyata semangat gotong royong masyarakat luar biasa. Hingga saat ini sudah ada lebih dari 800 unit tempat sampah yang terdistribusi,” ungkapnya.
Selain memaparkan program, Wali Kota juga menyampaikan pesan motivasi kepada mahasiswa agar materi tidak terlalu teknis semata. Ia menekankan tiga prinsip yang selalu ia pegang dalam setiap lini kehidupan, baik pekerjaan, keluarga, maupun bisnis yaitu fokus, adaptasi dan konsistensi.
“Dulu waktu mau masuk fakultas kedokteran, saya hanya menulis satu pilihan tanpa cadangan. Itu membuat saya belajar mati-matian sampai akhirnya lulus. Artinya, ketika kita terlalu banyak rencana cadangan, kadang kita jadi tidak fokus,” kisahnya.
Prinsip kedua adalah adaptasi. Menurutnya, dalam dunia yang terus berubah, seseorang harus menyesuaikan diri seperti kapal yang merubah arah layar mengikuti arah angin.
“Dulu orang bisnis dari pintu ke pintu, sekarang cukup dari rumah lewat internet. Jadi kita harus adaptif dengan teknologi, termasuk dalam pengelolaan sampah dengan GPS dan CCTV,” jelasnya.
Prinsip terakhir adalah konsistensi. “Komitmen itu penting, tapi hanya ada di awal. Tanpa konsistensi, komitmen tidak berarti. Without commitment, you never start. And without consistency, you never finish,” tegasnya.
Menutup paparannya, Christian menegaskan bahwa langkah awal pengelolaan sampah terpadu ini, meski sederhana, namun menjadi pijakan penting untuk membangun sistem berkelanjutan yang dapat digunakan siapa pun pemimpin Kota Kupang di masa depan.
Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Undana, Dr. Siprianus Suban Garak dalam sambutannya menegaskan bahwa isu ekonomi hijau dan ekonomi biru sebenarnya bukan hal baru bagi civitas akademika Undana.
“Sejak beberapa tahun lalu mahasiswa Undana sudah sering mengikuti seminar, bahkan ada yang mewakili Indonesia sampai ke lima negara dalam kegiatan terkait ekonomi hijau dan biru. Ada juga mahasiswa yang meraih juara nasional,” jelasnya.
Dr. Siprianus menambahkan bahwa Undana juga pernah melaksanakan berbagai program berbasis lingkungan, termasuk bio usaha mahasiswa yang mengolah sampah menjadi produk bermanfaat, seperti paving block dan pot bunga dari sampah plastik.
“Mahasiswa kita sudah pernah melakukan aksi nyata ini sebelum pandemi. Mereka tidak hanya bicara teori, tapi juga mempraktikkan pengolahan sampah untuk mendukung ekonomi hijau,” ujarnya.
Ia berharap agar seminar ini dapat memperluas wawasan mahasiswa sekaligus melahirkan inovasi teknologi yang bisa diakses masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan. (joey rihi ga / Advetorial)

Follow



















