Rayakan HUT RI, Julie Laiskodat Toast Tuak Manis Dengan Penyadap Lontar

  • Whatsapp

Kupang, seputar-ntt.com – Ada saja hal humanis dan menjadi inspirasi yang dilakukan oleh Julie Soetrisno Laiskodat dalam tugas dan pelayanannya sebagai Ketua TP PKK dan Ketua Dekranasda NTT. Dikala sorak merdeka sedang menggema diseantero negeri, Julie Laiskodat mengambil waktu untuk melakukan toast kenegaraan dengan tuak manis langsung dengan penyadap nira di kompleks Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Daerah (BPSDMD) Provinsi NTT pada Rabu, (17/8/2022).

Kedatangan Anggota DPR RI dari Fraksi Nasdem itu disambut dengan riang gembira oleh para pegawai pada Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Daerah (BPSDMD) Provinsi NTT dibawah komando Henderina Laiskodat. Bunda Julie demikian sapaan akrab untuk Julie Laiskodat disambut dengan tarian Ofalangga dari Rote Ndao. Bunda Julie juga diberi julukan ina bo’i suek atau mama sayang dalam bahasa Rote Ndao. Bunda Julie datang tidak sendirian. Ia ditemani 3 putra tercintanya dengan Viktor Laiskodat. Mereka baru saja selesai upacara peringatan HUT RU ke-73 di Halaman Rumah Jabatan Gubernur NTT.

Dibawah rindangnya pohon lontar di halaman
Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Daerah (BPSDMD) Provinsi NTT, sudah siap seorang yang telah puluhan tahun menekuni pekerjaannya sebagai penyadap nira. Dia adalah Marthinus Rondo. Pria paruh baya yang berusia 53 tahun itu telah memulai pekerjaan sebagai penyadap nira sejak usia 13 tahun. 40 tahun sudah pahit getir sebagai penyadap Lontar dilakoni Marthinus Rondo. Dihadapan Bunda Julie Laiskodat, Marthinus lalu mendemonstrasikan bagimana cara menyadap Nira. Mulai dari perlengkapan hingga dirinya memanjat pohon kehidupan bagi orang Rote dan Sabu itu.

Nira lontar atau tuak yang diambil oleh Marthinus Rondo itu diambil oleh Bunda Julie, diberikan kepada putra-putranya. Kepada sejumlah pejabat dan ASN di tempat itu kemudian melakukan toast kenegaraan. Dengan tuak manis yang baru disadap dari pohon. Rasa yang manis dan segar membuat Bunda Julie menambah nira dalam haik kecil di tangannya. “Manis sekali rasanya,” kata Bunda Julie sambil menawarkan kepada yang lain.

Julie Laiskodat mengatakan, dia diajak oleh Kepala <span;>BPSDMD Provinsi NTT, Henderina Laiskodat untuk menyaksikan aksi sadap nira atau iris tuak. Bunda Julie berpikir, jika ada pohon lontar untuk dipanjat dan dinikmati niranya yang manis lalu untuk apa harus dilakukan lomba panjat pinang setiap kali perayaan HUT RI. Lontar atau pohon tuak adalah ciri chas NTT dan menjadi sumber pangan bagi beberapa wilayah di bumi Flobamora.

“Saya memiliki mimpi, agar kedepan itu jangan ada lagi orang panjat pinang tapi harus panjat pohon lontar secara masal di hari kemerdekaan Indonesia nanti. Saya juga akan minta kepada Pak Gubernur agar dalam toast kenegaraan kita pakai saja tuak manis. Minumnya langsung dari haik. Itu ciri chas kita. Itu potensi daerah kita yang harus kita maksimalkan di saat dunia sedang krisis pangan,” kata Julie Laiskodat.

Julie Laiskodat mengatakan, proses menyadap nira bisa dijadikan sebagai atraksi wisata. Bagaimana nira dihasilkan hingga diproses menjadi Gula. Para wisatawan baik lokal maupun mancanegara bisa menyaksikan secara langsung orang menyadap nira sekaligus mereka bisa merasakan segar dan manisnya tuak atau nira yang baru disadap. Jika peluang itu ditangkap dan diolah secara baik sebagai potensi wisata, maka beberapa wilayah di NTT seperti Sabu, Rote, dan Timor yang memiliki jumlah lontar yang sangat banyak, maka akan tercipta spot-spot wisata baru dari proses menyadap nira.

“Kedepan kita bisa melakukan festival sadap lontar atau iris tuak. Selama ini kita belum optimalkan potensi lontar. Padahal bahan baku untuk membuat sophia, moke dan sopi adalah nira lontar atau tuak ini. Kita juga sudah harus memikirkan bagimana supaya pohon lontar ini tidak punah dan kita lakukan penanaman supaya lontar produksi itu tetap ada. Kita butuh waktu sekitar 15 hingga 20 tahun untuk lontar bisa berproduksi,” ujar Julie Laiskodat.

Julie Laiskodat optimis jika lontar ini dikelola secara maksimal akan medatangkan keuntungan ekonomi secara langsung kepada penyadap dan juga bagi daerah jika itu dikembangkan menjadi potensi wisata. Untuk itu dia mengajak semua masyarakat NTT terutama yang menggantungkan hidupnya kepada pohon lontar untuk tetap menjaga kelestarian pohon yang niranya disadap pagi dan sore tersebut.

Bangga, Tuaknya Diminum Istri Gubernur

Rasa bangga sekaligus haru, terpancar dari wajar Marthinus Rondo. Dia tidak pernah menyangka bahwa tuak hasil sadapannya diminum oleh istri Gubernur. Dia merasa bersyukur di hari Kemerdekaan Indonesia, ada orang besar yang menikmati jerih lelahnya sebagai petani lontar.

“Saya sudah 40 tahun menjadi tukang iris tuak. Ini hari bersejarah dalam hidup saya ketika ibu gubernur minum saya punya tuak. Saya sangat gembira dan terharu sebab orang besar itu jarang minum tuak. Terimakasih untuk Bunda Julie Laiskodat,” ujar Marthinus.

Dia mengatakan selama ini nira yang dia sadap akan dijual keliling kota Kupang. Jika ada yang sisa dia akan masak menjadi gula air. Sebagai orang yang menggantungkan hidup pada pohon lontar, Marthinus tidak pernah patah semangat. Dia bisa menghidupi keluarganya dari hasil sadap lontar yang dia lakoni sejak remaja.

“Tuak ini saya jual keliling di Kota Kupang. Pendepatannya tidak menentu. Kadang 50 ribu kadang lebih. Tuak yang sisa saya masak jadi gula. Inilah yang menjadi sumber penghasilan saya dalam menghidupi keluarga,” tutup Marthinus.

Sementara Kepala <span;>BPSDMD Provinsi NTT, Hederina Laiskodat mengatakan, sejak dirinya ditunjuk sebagai PLT Kepala BPSDMD oleh gubernur, dirinya sudah melihat lontar sebagai sebagai potensi untuk agro wisata. Oleh sebab itu dia mengajak Ketua TP PKK dan Ketua Dekranasda NTT, Julie Laiskodat untuk melihat proses menyadap lontar yang ada di komplek kantornya. Dia juga menyajikanya dalam bentuk atraksi wisata sebagai sebuah daya tarik untuk wisatawan yang berjunjung.

“Kenapa saya mengajak Bunda Julie ke sini, sebab beliau sebagai Anggota DPR RI yang ada di Senayan dan kita butuh dukungan dari pusat untuk mengembangkan potensi lontar itu sebagai agro wisata. Kita optimis, jika ini dikemqs dengan baik akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan,” pungkas Henderina Laiskodat. (joey rihi ga)

Komentar Anda?

Related posts