Kalabahi, seputar-ntt.com – Hidayat Kay, Bos Container di Jakarta Utara asal Kecamatan Pantar Timur Kabupaten Alor itu pulang kampung untuk mengadakan khitanan anak lelaki bungsunya serta acara aqiqah secara adat di tanah kelahirannya di Desa Nule, Minggu, 9/10/2022.
Tak tanggung-tanggung, hajatan itu mengundang keluarga besar mulai dari Nule, Toang, Tereweng, Kolijahi, Tuabang, Bakalang.
Pantauan media ini, Hidayat Kay didampingi istri dan tiga anaknya bersama rombongan keluarga besar Kalabahi berangkat dengan perahu motor carteran dari Pelabuhan Kalabahi pukul 09.00 wita.
Rombongan pun tiba di Pelabuhan Nule sekitar pukul 12.00 wita, dijemput dengan tari-tarian berpakaian adat lengkap diiringi musik pukulan gong dan tambur, serta orasi penyambutan yang dimulai dari pelabuhan hingga sampai pada gerbang masuk rumah miliknya di kampung Nule.
Tampak ratusan orang memadati jalan-jalan, terlebih rumah kediaman orang tua Hidayat yang menjadi pusat hajatan agama bersendikan adat tersebut.
Hadir pula Tokoh adat, orang-orang tua, Ketua Jemaat Majelis Gereja Silo Sergang dan Imam Masjid Nuhawala, Keluarga Besar dari Pulau Ternate, Keluarga Besar dari Pulau Pura Doluwala dan rumpun keluarga Blagar serta sanak kerabat yang datang dari Kalabahi.
Acara pun diambil alih oleh mc adat, Sinsigus Kay yang mulai mengutarakan isi hati serta latar belakang kegiatan suci ini dibuat.
“Bapak ibu, sudah satu bulan kita menunggu dan akhirnya acara ini bisa berjalan. Anak, cucu, ponaan kita ini 30 tahun yang lalu tinggalkan orang tua dan keluarga keluar dari kampung Nuhawala, merantau ke tanah jauh di Jakarta sana. Alhamdulillah, Puji Tuhan, disana dia mendapat berkat dan anugerah dari Tuhan. Hari ini dia kembali lagi ke kampung halaman untuk melihat kita. Mari kita syukuri semua keluarga terkhusus pohon pelepas yang ada di Pulau Ternate dan yang ada di Pulau Pura Doluwala telah melepas di tanah yang subur,” kata Sinsigus.
Sementara wakil ketua panitia kegiatan, Agus Bolang yang juga sebagai Ketua BPD Desa Nule menyampaikan, Gomeleka-Boli Serang, Upang Mera-Upang Jara, Nuhawala-Silo Sergang adalah ikatan leluhur yang sudah terjadi ratusan tahun yang lalu.
“Di Nule tidak pernah terdengar ada selisih pendapat atau konflik antara keluarga Islam dan Kristen. Sehingga tolong pelihara persaudaraan Ismail dan Ishak dengan baik,” tuturnya.
Oleh karena itu, kata Agus, dalam kepanitiaan hajatan ini ada sekitar 148 orang dan sekitar 50-an orang adalah jemaat gereja yang semuanya dilengkapi dengan seragam dalam melayani tamu undangan.
“Tahun lalu kami 4 desa kena bencana seroja sehingga masih dalam trauma duka mendalam sehingga bagi kami acara ini merupakan hiburan buat kami karena bisa lihat cucu kami jauh-jauh dari Jakarta,” ujar Bolang.
Acara pun dilanjutkan pada malam hari berupa hikmah khitanan dan Aqiqah oleh Ustadz Umar yang mengulas tentang filosofi dan sejarah khitan baik secara teologi maupun kesehatan serta bagaimana mendidik anak dengan baik sehingga kelak dapat berbakti pada kedua orang tua, keluarga, agama, bangsa dan negara.
Sementara acara khitan dan aqiqah sendiri berlangsung pada Minggu, 9/10/2022 pagi setelah keluarga besar dari umat Kristen menyelesaikan ibadah minggu sebagai bentuk dari toleransi antar umat beragama.
Pada puncak prosesi ini, acara terlebih dahulu diisi dengan syair-syair barsanji oleh bapak-bapak takmir masjid dan orang tua kampung.
Terlihat keluarga dari umat Kristiani termasuk pendeta mulai berdatangan satu per satu memenuhi tenda acara. Para penari yang diambil dari siswa SMP Satap Nusa mulai melakukan atraksi menghibur para tamu undangan. Beberapa menit kemudian, undangan dikejutkan oleh tarian Jontera atau tari perang yang mengiringi para mantri/moding yang bersiap melakukan prosesi khitan.
Prosesi khitan pun dilakukan dengan penuh hikmat diiringi shalawatan secara berjamaah hingga selesai pukul 12.09 wita.
Acara pun dilanjutkan dengam hiburan gambus dari suku Gomulaka dengan syair persatuan Umat Islam dan Kristen kemudian tuturan adat lagi oleh Sinsigus Kay tentang sejarah hubungan kekerabatan Islam-Kristen, Pantai-Gunung, Ismail-Ishak dan hubungan suku-suku di dalamnya termasuk hubungan kawin mawin.
Kegiatan agama terintegrasi adat budaya ini diakhiri dengan lingkaran tarian lego-lego yang diikuti oleh seluruh tamu undangan dengan penuh kebahagiaan.
Di akhir acara, Hidayat Kay lalu bertemu khusus para penari untuk menyampaikan ucapan terima kasih serta memberikan nasehat kepada para siswa agar terus belajar dan sekolah dengan baik sehingga sukses di kemudian hari.
Perlu diketahui, anak yang dikhitan berjumlah 5 orang laki-laki dan 4 orang perempuan.
Pesan dari acara agama yang disinkron dengan adat ini agar generasi muda dapat melestarikan budaya adat istiadat di kampung, tidak mudah terpengaruh oleh budaya asing. Selain itu dalam rangka membangun ukhwah silaturahim atau toleransi serta kerukunan antara umat Islam dan Kristen di Suku Blagar secara keseluruhan khususnya di Desa Nule ini.
Dari Acara ini juga diharapkan mampu memberikan pendidikan kearifan lokal yang baik bagi generasi Desa Nule dan Blagar secara keseluruhan agar tidak mudah tercerabut dari jati dirinya sebagai anak kampung, anak Nule, anak Blagar dan anak Alor. (*Pepenk)