Plus Minus Hubungan Cinta Guru dan Murid

  • Whatsapp

Cinta itu seperti ilalang liar. Tidak peduli berapa kali ia dicabut tapi akan terus tumbuh. Dibasmi pakai herbisida sekalipun, dia akan tumbuh lagi. Ia juga seperti ujung kuku hitam yang selalu dipotong. Semakin dipotong dia semakin tumbuh.

Cinta juga seperti kumis yang hitam, tidak peduli berapa kali ia dicukur ia akan terus tumbuh. Ada juga yang bilang ia seperti gatal-gatal di dalam hati, semakin digaruk justru semakin gatal.

Tetapi untuk menarasikan cinta, tak cukup hanya seperti itu saja. Lebih dari itu, cinta juga butuh isi dompet. Kalau pameo klasik untuk hidup sehat bahwa di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, maka pameo modern untuk menarasikan apa itu cinta di jaman now bisa berbunyi seperti ini : ‘di dalam dompet yang sehat terdapat cinta yang kuat’. Maaf yang satu ini sekedar guyon. Hehehe.

Kurang lebih seperti itu jika cinta dinarasikan. Sesuatu yang datang dari hati yang menegaskan rasa benar-benar sayang, suka sekali, terpikat (antara laki-laki dan perempuan), ingin sekali, dan sebagainya. Biar diredupkan, dia akan terus hidup. Biar dibasmi, dia akan terus tumbuh.

Anak-anak sekolah, pada usia pubertas sudah mulai tertarik dengan lawan jenis. Tak jarang dari mereka yang sudah mulai mengenal cinta di masa itu. Mereka sudah mulai berpacaran. Penyanyi legendaris Indonesia, Obbie Messakh, mengangkat fenomen ini dalam lagunya Kisah Kasih di Sekolah. Kisah cinta antara sesama siswa di sekolah diungkap Obbie melalui lagu yang hits di tahun 1980-an dan masih sering dinyanyikan hingga saat ini.

Jika kita menelisik dari pengalaman empiris, cinta itu tak mengenal usia, dan tidak mengenal status. Dia bukan hanya melibatkan sesama siswa. Tetapi dia juga melibatkan guru dan murid. Beberapa pemberitaan media online mengafirmasi kisah cinta guru murid yang berujung ke pelaminan. Silahkan digoogling dan telusuri kisah cinta guru murid yang ada di jejak digital.

Lantas, boleh guru berpacaran dan mencintai muridnya? Jawaban yang sederhana dari pertanyaan ini adalah : boleh. Seperti yang diutarakan di atas, cinta tak mengenal status, tak mengenal beda usia, ia akan terus tumbuh seperti ujung kuku yang selalu dipotong, seperti kumis yang selalu dicukur dan akan tumbuh kembali, seperti ilalang liar yang selalu dicabut dan akan tumbuh kembali. Bahkan seorang pencipta lagu menulis, kalau cinta sudah melekat tahi kucing pun dirasa cokelat.

Di usia SMP dan SMA, murid-murid kita sudah mulai jatuh cinta pada lawan jenis. Bahkan bisa saja mereka jatuh cinta pada gurunya. Demikian sebaliknya, guru pun jatuh cinta pada muridnya. Usia mereka pada kisaran 13-18 tahun, tidak terpaut jauh dengan guru-guru yang baru selesai kuliah dan menjadi guru pada kisaran usia 22-23 tahun.

Saat seorang guru lelaki ganteng, masih muda, sudah memiliki pekerjaan, mulai ‘tebar pesona’ pada cewek-cewek yang nota bene adalah muridnya sendiri, bukan tidak mungkin mereka akan terpikat dan jatuh cinta. Atau pun sebaliknya, ketika seorang gadis muda nan cantik berdiri di depan kelas, bukan tidak mungkin para lelaki remaja yang adalah murid-muridnya bisa jatuh cinta. Ingatlah, ketika ada dua insan berlainan jenis mulai berdekatan, itu karena berawal dari rasa ketertarikan. Sebagai manusia yang normal, hal ini adalah wajar. Yang tidak wajar adalah apabila guru yang sudah menikah, berstatus suami atau isteri lantas jatuh cinta lagi dan berpacaran dengan muridnya. Secara psikologis, tipikal guru seperti ini mungkin termasuk kategori guru dalam kelainan psikis.

Fenomena hubungan cinta guru dan murid jika ditilik dari perpektif psikologis, bisa jadi beranjak dari konsep ‘figur’. Guru yang dia suka dianggap sebagai figur yang tepat yang membuatnya merasa nyaman. Ini dengan sendirinya membuat murid merasa nyaman, merasa suka, merasa lebih enjoy dengan semua hal yang ia dapatkan dari guru idolanya. Ia mungkin akan membandingkan dengan sosok lain misal teman kelas yang juga mengutarakan isi hati kepadanya, manakala ‘figur’ guru idola tersebut lebih kuat, maka benih-benih cinta yang berawal dari rasa tertarik dan rasa suka itu akan tumbuh dengan sendirinya.

Lalu bagaimana guru harus bersikap jika diperhadapkan pada kondisi demikian? Katakan cinta jika anda juga mencintainya. Mungkin dia adalah anugerah Tuhan untuk mendampingimu dalam suka maupun duka hingga maut memisahkan, mungkin dia adalah tulang rusukmu yang hilang itu dan menjadi ibu dari anak-anakmu kelak.

Hanya saja, usia anak-anak kita masih relatif muda untuk dinikahi. Ya kan? Mungkin saja orang tua mereka akan menolak kalau diajak ke jenjang pernikahan. Yah, pernikahan dini, tentunya ditolak.

Oleh karena itu, katakan kepada murid yang anda cinta itu, bahwa untuk saat – saat ini alangkah baiknya jika dia lebih fokus ke pendidikannya hingga ke jenjang pendidikan tinggi. Dia mesti belajar sungguh-sungguh untuk meraihnya cita-citanya kelak. Jika kelak setelah selesai kuliah dan berjodoh, maka pelaminan akan menanti dua insan yang pernah menjadi guru dan murid ini. Sanggupkah sang guru menanti hingga muridnya itu selesai mengejar cita?
Kalau cinta sudah melekat, pasti ia akan menunggu. Fakta sosiologisnya pernah mengungkap demikian. Seperti satu kisah cinta guru dan murid yang saya temukan di jejak digital. Erwin dan Vinda. Kisah cinta mereka berawal sejak 2011. Saat itu, Erwin merupakan guru dan Vinda yang ketika itu adalah muridnya. Meski rentang usia mereka beda jauh, namun keduanya setia berpacaran sampai akhirnya menikah setelah tujuh tahun menjalin hubungan kasih. Kisah yang menarik bisa dibaca di link ini https://makassar.tribunnews.com/2018/11/14/cerita-guru-smp-nikahi-mantan-murid-begini-awal-erwin-dan-vinda-saling-jatuh-cinta-foto-pernikahan

Tak hanya itu, baru – baru ini viral seorang ibu guru menikahi mantan muridnya. Putri Dariani (26) dan mantan muridnya, Aldi Saputra Prasetiawan (21). Putri yang mengenal Aldi sejak 2017 mengungkapkan alasan mau menikahi Aldi yang adalah mantan muridnya. Menurut Putri, Aldi gigih berusaha dan meyakinkannya untuk menikah. Pasangan guru vs mantan murid ini menikah pada 3 Maret 2023 yang lalu. Kisah ini bisa dibaca di link https://www.detik.com/jateng/berita/d-6624082/kisah-cinta-bu-guru-menikahi-mantan-murid

Namun kisah cinta guru dan murid ini tentu ada plus dan minus. Ada kelebihan dan kekurangannya. Berikut ini beberapa hal yang ditengarai menjadi kelebihan dan kekurangan hubungan cinta guru dan murid.
Hal-hal yang menjadi kelebihan dari hubungan cinta guru dan murid, antara lain :
1. Guru akan memiliki semangat yang kuat untuk melaksanakan pembelajaran terutama di kelas yang ditempati murid dia sukai/cintai. Bahkan bisa saja ia akan mengerahkan seluruh kemampuannya untuk mengemas dan melaksanakan pembelajaran. Ia akan membuat pembelajaran menjadi lebih menarik.
2. Murid yang dia cinta itu, bahkan teman-teman sekelasnya pun akan lebih bersemangat dalam pembelajaran. Alih-alih sang pacar yang mengajar, mereka akan selalu antusias mengikuti pembelajaran.
3. Tumbuhnya kedekatan antarpersonal guru dan murid yang menjadi pacar bahkan teman-teman karibnya hingga teman sekelasnya. Hal ini akan membawa dampak pada hubungan yang menyenangkan antara guru dan murid.
Hal-hal yang menjadi kelemahan/kekurangan dari hubungan cinta guru dan murid, antara lain :
1. Terkadang saat melaksanakan pembelajaran di kelas, sang guru lebih memfokuskan perhatiannya pada murid yang ia cintai. Sementara murid lain cenderung ia abaikan.
2. Objektivitas penilaian cenderung tak lagi menjadi perhatian. Yang ada justru penilaian diberikan karena unsur subjektivitas terutama pada murid yang menjadi pacarnya. Ini tentu membuat siswa lain iri dan kecewa.
Itulah beberapa hal yang menjadi plus minus hubungan cinta guru dan murid.

Oleh Yohanes Peu, S. Pd

Guru UPTD SDI Bertingkat Kelapa Lima 3

Komentar Anda?

Related posts