Oelamasi, Seputar NTT.com – Pencuri cinta atau para pegawai negeri sipil lingkup Pemkab Kupang yang gemar berselingkuh layak untuk tidak diberikan jabatan oleh Bupati dan Sekda Kabupaten Kupang. Hal ini karena selingkuh bertentangan dengan norma-norma social dan aturan yang ada sehingga peselingkuh tidak layak menjadi pimpinan di suatu instansi.
Hal ini dikatakan Ketua Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Kupang, Surti Mahlupi Paut saat dimintai tanggapannya terkait adanya “pencuri cinta”di lingkup Pemkab Kupang.“Saya setuju kalau mereka tidak diberikan jabatan,” kata Ny. Surti.
Menurut istri Sekda Kabupaten Kupang ini, pihaknya telah memberikan bekal kepada para istri yang aktif dalam organisasi Dharma Wanita yang dipimpinnya namun hal tersebut belum mampu membendung para “pencuri cinta” ini.
“Kami sudah sampaikan kepada para ibu agar kalau di rumah itu dapat berpenampilan yang seksi sehingga tetap menarik di mata para suami tetapi namanya juga laki-laki, walaupun istrinya sudah berpenampilan menarik tapi tetap saja mereka ada yang masih saja cari diluar,” ungkapnya.
Karena itu, dirinya mengaku amat mendukung sikap Pemkab Kupang yang tidak memberikan jabatan kepada para PNS “pencuri cinta” di Kabupaten Kupang. Alasannya, kelakuan para “pencuri cinta” tidak dapat dijadikan panutan oleh anak buahnya dalam suatu instansi.
Bupati Kupang, Drs. Ayub TituEki sebelumnya saat memimpin Apel Kesadaran yang diikuti para pimpinan SKPD dan staf Lingkup Pemkab Kupang di Civic Center Oelamasi mengatakan, untuk mewujudkan pembangunan yang berhasil tidak cukup dengan mengharapkan dana Pemerintah dan dukungan investor saja, namun perlu ditambahkan dengan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat yang perlu dimulai dari diri aparatur Pemerintah.
Namun bagaimana mau membangun kalau kualitas atau karakater pegawai tidak terpuji dan melakukan perbuatan yang tidak baik seperti mencuri waktu, mencuri uang dan bahkan ada yang mencuri cinta istri orang lain.
“Sudah punya istri tapi masih selingkuh dengan istri orang lain. Itu namanya pencuri cinta. Ini merupakan sikap mental yang perlu didisiplinkan. Bagaimana kita sebagai aparat mau membangun pola pikir masyarakat, kalau kita sendiri belum berubah,” katanya
Dikatakan, sejak awal kepemimpinan dirinya sudah menekankan pentingnya para pejabat dan pegawai untuk dapat berkerja dengan baik dan penuh kedisiplinan. (sho)