Ibadah Sejati Dimulai Dari Kehidupan Sehari-hari

  • Whatsapp

Kupang, seputar-ntt.com, Ibadah yang sejati dimulai dari kehidupan sehari-hari dan kesalahan sejati tidak hanya tidak hanya ditunjukkan melalui pelaksanaan ritual. “Ibadah yang sejati tidak hanya dirayakan melalui hubungan vertikal kita dengan Tuhan‎, namun juga diwujudkan melalui hubungan horizontal dengan sesama, ” tegas Pdt. Petrus Tameno,MTh dalam refleksi khotbah pada kebaktian Minggu, 2 Juni 2024, di Jemaat Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Agape, Kupang, Perhadapan Satuan Pelayanan (Satpel), Tim Pelayanan (Timpel) BPPS dan Unit Pebantu Pelayanan (UPP) Majelis Sinode (MS) GMIT Periode 2024-2027.

Mendasari khotbahnya dari Mikha 6;1-16 dengan tema hidup yang berkenan kepada Allah, Pdt. Petrus mengemukakan Nabi Mikha mengingatkan bahwa kehidupan ritual keagamaan harus berjalan seiring dengan tanggung jawab etis. Menurut dia, Tuhan memanggil Mikha untuk menjalankan tugas kenabiannya di tengah buruknya kondisi praktek keagamaan dan praktek politik di Yerusalem dan Samaria.

Kondisi buruk yang terjadi jauh dari apa yang Tuhan mau misalnya para pemimpin menjadi predator, para raja membengkokan keadilan, nabi yang menyampaikan nubuat berdasarkan pesan sponsor, orang beribadah karena bayaran dan masih banyak masalah yang mencerminkan kehidupan mereka yang tidak berkenan kepada Allah dan jauh dari kehendak Tuhan. Dia mengemukakan pemberitaan Nabi Mikha menggarisbawahi pentingnya keadilan sosial. Mikha menekankan Allah menginginkan keadilan, belas kasih dan kerendahan hati, bukan korban upacara atau tindakan keagamaan semata.

Lebih lanjut dikotbahkan Nabi Mikha menekankan pentingnya hidup berkenan kepada Allah. Yang harus dilakukan umat kepada Allah yakni berlaku adil, mencintai kesetiaan dan berjalan dengan rendah hati. Yang dimaksud berlaku adil mengutip teolog pembebasan Amerika Latin, Gustavo Guteres yang mengatakan mengenal Tuhan berarti melakukan keadilan. Keadilan yang ditekankan Guteres adalah keadilan sosial. Keadilan sosial itu membantu masyarakat miskin dan tertindas untuk memiliki akses yang lebih besar terhadap kebutuhan hidup, bebas dari eksploitasi para penguasa dan pemilik modal (kapitalis).

Ditegaskannya, keadilan tidak hanya bersifat menghukum, namun juga menciptakan suatu sistem dimana setiap orang diperlakukan secara adil, hak-hak setiap orang terutama yang lemah dijunjung tinggI. Norma-norma dan hukum-hukum masyarakat diterapkan secara tidak memihak. Berlaku adil tambahnya berkaitan dengan memperlakukan orang lain dengan rasa hormat, penuh integritas dan kesetaraan. Pdt. Petrus menegaskan fokus keadilan tidak hanya menghukum pelaku kesalahan, tetapi juga merawat korban perlakuan tidak adil. Di sini terlihat ada unsur pastoralnya.

“Kepada Israel dan kita orang percaya dituntut menjadi teladan dalam hal berlaku adil, jauhi yang jahat dan lakukan yang benar,” ujarnya.

Lebih lanjut Pdt. Petrus menguraikan mencintai kesetiaan berarti memandang sesama mereka yang lemah dan rentan dengan kaca-mata kasih Tuhan. Sebab kasih Tuhan adalah penuh belas kasihan. Mencintai kesetiaan berarti berbagi kasih dengan sesama, bukan sekedar apa yang layak mereka dapatkan tetapi apa yang mereka butuhkan. Selanjutnya disebutkan Tuhan harus jadi satu-satunya Tuhan yang disembah, jangan yang lain sebab Allah itu Allah yang cemburu. Menghargai kasih setia Tuhan berarti menjadikan Tuhan skala prioritas dalam hidup. Jalani hidup dengan setia beribadah. Kesetiaan kepada Allah juga harus dinyatakan dalam hubungan dengan sesama.

“Kesetiaan pada Allah dan sesama adalah ciri hidup kita sebagai orang percaya kepada Allah kepada Allah. Tanpa kesetiaan kepada Allah dan sesama, semua bentuk ibadah, pujian dan perdebatan kita tidak akan diterima Allah,” ujarnya.

Menurut Pdt. Petrus, rendah hati adalah sikap hidup berjalan dengan sadar diri bersama Allah, mengandalkan Tuhan setiap saat. Bergantung mutlak kepada Tuhan, hidup tidak semata andaikan kekuatan diri, pengetahuan, pengalaman, jabatan, harta dan kuasa. Sebaliknya kata dia lawan dari rendah hati adalah tinggi hati, congkak, angkut. Orang yang tinggi hati sulit untuk bersikap taat dan setia kepada Allah, sebabnya orang yang tinggi hati akan selalu bersandar pada pengertiannya sendiri. Tetapi orang yang rendah hati hidup dalam ketaatan dan kesetiaan kepada Allah. Rendah hati di hadapan Tuhan tambahnya jujur mengakui tanpa Tuhan hidup ini tak akan berarti, sia-sia adanya.

” Semua keberhasilan yang diraih bukan karena kuat dan hebatnya diri kita tetapi semata mata karena kelurahan Tuhan,” tandasnya.

Dengan demikian menurut dia, firman Tuhan menegaskan kehidupan beragama tidak boleh terpisah dari kehidupan sosial, kesetiaan terhadap Allah dan kerendahan hati, karena itulah yang diharapkan oleh Allah dan umat-Nya. Ditegaskannya dalam konteks yang lebih luas pesan ini relevan bagi semua zaman dan masyarakat. Teks ini menekankan bahwa iman yang sungguh mempengaruhi tindakan dan sikap terhadap sesama.

“Selain itu, pesan ini juga mengingatkan kita untuk memprioritaskan keadilan dan kebaikan dalam berinteraksi dengan orang lain serta menjaga kesetiaan dan kerendahan hati dalam hubungan kita dengan Tuhan,”ungkapnya.

Pada kebaktian ini diperhadapkan sebanyak 300-an warga GMIT potensial, profesional dari berbagai mata jemaat di wilayah pelayanan GMIT baik yang ada di Kota Kupang, Kabupaten Kupang, TTS, Rote Ndao dan Alor menjadi Satuan Pelayanan BPPS dan Unit Pembantu Pelayanan MS GMIT Periode 2024 . Hal itu sejalan dengan Suara Gembala MS GMIT yang disampaikan Ketua MS GMIT, Pdt. Semuel B. Pandie, STh menegaskan GMIT itu bukan di kantor Sinode. GMIT itu di Sabu Raijua, GMIT itu di Flores, di TTU, Belu, Malaka, Rote Ndao, Kabupaten Kupang, Alor dan kita semua. Sebelum diperhadapkan Sekretaris MS GMIT, Pdt. Lay Abdi. K Wenyi, MSI membacakan Surat Keputusan nomor 592/SK/MS-GMIT/P/2024 tentang Pengangkatan Satpel BPPS dan UPPS MS GMIT Periode 2024-2027. Jabatan dan nama ditampilkan di layar monitor. Setelah Itu, pelayan mengkuhkan diawali dengan meminta warga jemaat yang akan dikukuhkan menjawab dua pertanyaan. Setelah menjawab ya, kami percaya dan berjanji dengan segenap hati pelayan mengukuhkan dan berdoa. Setelah itu pelayanan meminta Satpel dan. UPP yang dikukuhkan menghadap ke jemaat. Setelah jemaat menyampaikan kami menerima, menghormati dan mendukung mereka dengan sukacita pelayan meminta mereka menghadap kembali ke mimbar. Setelah Itu, mereka yang sudah diperhadapkan membawa persembahan khusus diringi lagu Kidung Jemaat 365c. (non)

Komentar Anda?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *