Anak Timor Dalam Ritual Ata Ende

  • Whatsapp

Ende, seputar-ntt.com – Hari belum terlalu siang saat Simon Petrus Kamlasi memasuki kampung adat di desa Nduaria, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende pada Senin, (14/1024). Jenderal bintang satu itu memasuki wilayah dengan julukan Ende Sare Pawe ini dalam rangka safari politik pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur NTT. Bagi Simon Petrus Kamlasi, Ende memiliki keistimewaan karena disanalah lahir Pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia.

 

Rupanya di Desa Nduaria, masyarakat sedang memasuki masa ritual Pire yang puncaknya akan terjadi pada hari Rabu, (16/10/24). Ritual ini menekankan tentang kebersamaan dan kekeluargaan sebagai masyarakat adat yang hidup bergantung pada musim bertani dan berladang. Tradisi ini terus diwarisi setiap tahun sebagai bentuk syukuran dan permohonan kepada leluhur sebelum membuka lahan baru.

 

Ritual Pire atau secara harafiah disebut pantangan ini bertujuan agar para penggarap kebun dan ladang mentaati setiap wejangan Mosalaki atau kepala suku sebagai bentuk penghargaan terhadap warisan tradisi para leluhur juga saat menyiapkan segala peralatan berladang. Pantangan itu berupa tidak boleh sentuh dan petik daun, tidak boleh beraktivitas di kebun, tidak diperkenankan menjemur pakaian di luar rumah, menyapu halaman rumah serta memasak atau membakar di luar rumah.

 

Memasuki kampung adat di Nduaria, Simon Petrus Kamlasi disambut oleh Mosalaki Pu’u, Bonivesius Kaki Ndopo. Mereka diterima dengan gembira sambil diselimuti kain tenun yang menjadi karya intelektual para penenun Nduaria. Rupanya anak asli dari Pulau Timor itu diundang khusus untuk mengikuti ritual Pire di Nduaria. Mereka sudah mendengar kabar baik tentang apa yang akan dilakukan oleh Simon Petrus Kamlasi dibidang pertanian jika nanti menjadi Gubernur NTT. Ritual adat yang bersinggungan erat dengan pertanian itu dianggap penting untuk diketahui oleh pemimpin NTT. Lulusan akademi Militer yang mendapat julukan jenderal air itu, rupanya lebih menarik bagi Mosalaki di Nduaria untuk mengenal budaya luhur nenek moyang yang tetap lestari di Ende.

 

“Satu-satunya Calon Gubernur NTT yang kami undang khusus untuk mengikuti ritual adat Pire ini adalah Pak Simon Petrus Kamlasi. Kami membaca bagaimana dia menyelesaikan persoalan air bagi para petani yang ada di pelosok NTT. Untuk itu maka dalam ritual adat yang memiliki keterkaitan dengan pertanian itu kami ingin beliau hadir disini sehingga mengetahui dengan baik warisan budaya yang ada di Ende yang tetap dipelihara dengan baik,” ungkap Mosalaki Pu’u, Bonivesius Kaki Ndopo.

 

Bonivasius Kaki Ndopo sebagai Mosalaki Pu’u atau kepala suku di Nduaria secara rinci menjelaskan bahwa ritual Pire itu dilaksanakan sekali setahun pada bulan tertentu yakni bulan Oktober. Ritual ini dilakukan menjelang masa tanam di ladang dan kebun. Tidak semua orang memiliki ijin untuk bisa memasuki rumah adat. Hanya mereka yang mendapat restu dan doa yang bisa menapakkan kaki dan menari di tengah kampung adat.

 

“Tidak semua orang bisa masuk ke Rumah adat Sao Ria, Sao Benga Desa Nduaria tanpa seijin dari Mosalaki. Tak ijin dan doa yang diberikan maka siapapun tidak bisa masuk dan menari didalamnya. Untuk ritual kali ini, ada yang istimewa karena kami memberi ruang dan mengundang secara khusus Calon Gubernur NTT, Simon Petrus Kamlasi bersama Calon Bupati Ende, Erik Rede untuk bersama kami dalam ritual Pire tahun ini. Doa kami agar kelak memimpin harus mengingat apa yang menjadi harapan rakyat” ungkap Bonivasius Kaki Ndopo sebagai mosalaki Pu’u.

 

Tak hanya diijinkan masuk dan menari di dalam kampong adat, Simon Petrus Kamlasi juga disuguhkan makanan tradisional yang juga sekali setahun dibuat dan disajikan. Makanan tradisional itu namanya Suja. Terbuat dari ubi juga ketan dan beras. Makanan adat itu menjadi istimewa karena disajikan setahun sekali dan kali ini turut dinikmati oleh Gubernur NTT masa depan bernama Simon Petrus Kamlasi. Putra asli Timor Tengah Selatan yang diterima dengan riang gembira oleh masyarakat dan Mosalaki di Nduaria. “Harapan kami agar ritual tahun depan, bapak hadir kembali bersama kami tapi sudah dalam posisi sebagai Gubernur NTT,” pungkas Bonivasius Kaki Ndopo.

 

Calon Gubernur NTT, Simon Petrus Kamlasi menyampaikan rasa terimakasih yang tak terhingga kepada masyarakat dan Mosalaki yang telah menyambutnya dengan hangat dan memberinya kesempatan untuk hadir dan menyaksikan langsung kearifan lokal dalam bentuk ritual Pire di Nduaria. Ritual Pire yang dilakukan oleh masyarakat di Nduaria harus dijaga dan dipelihara. Untuk itu, Simon Petrus Kamlasi akan memberi perhatian lebih dalam menjaga dan merevitalisasi rumah adat baik yang ada di Ende maupun yang ada di semua kampung adat di NTT.

 

“Saya memberi apresiasi yang tinggi kepada masyarakat dan khususnya Mosalaki yang telah memberi saya kesempatan untuk hadir dalam ritual ini. Kita disebut orang beradab karena kita memiliki adat budaya yang kuat. Ini harus kita jaga dan pelihara dalam kehidupan. Saya memiliki perhatian kepada setiap rumah adat yang ada. Karena itu kita nanti akan siapkan dana yang cukup untuk membangun dan merevitalisasi rumah-rumah adat yang ada seperti di Nduaria ini. Sekali lagi mari kita jaga adat dan budaya yang ada di Kabupaten Ende ini, sebab disinilah lahir Pancasila yang menjadi dasar negara kita. Ende memiliki keistimewaan dalam hati saya,” ujar Simon Petrus Kamlasi.

 

Simon Petrus Kamlasi juga mengatakan, Kabupaten Ende memiliki banyak sekali keunggulan baik di sektor pariwisata maupun di sektor pertanian. Lulusan SMA Taruna Nusantara itu menyebutkan, Danau Kelimutu yang memiliki tiga warna itu hanya ada di Ende dan tidak ada di tempat lain. Di sektor pertanian juga kata Simon Petrus Kamlasi, Kabupaten Ende memiliki komoditi unggulan yang memiliki nilai ekonomi tinggi yakni pisang barangan. Untuk itu maka dirinya akan menghadirkan industri olahan yang bisa menghasilkan produk dengan nilai ekonomi tinggi dari komoditi lokal yang ada.

 

Dia juga mengatakan, NTT memiliki komoditi lokal yang bisa dikelola untuk meningkatkan pendapatan rakyat dan peningkatan PAD bagi daerah. Dia mengatakan ada empat komoditi lokal yang akan dikelola secara baik yakni Jeruk Keprok dari TTS, Mangga kelapa dari Alor, Pisang barangan dari Ende dan Aplpukat dari Maumere dan TTS. Semua komoditi ini belum dikelola secara maksimal, padahal memiliki potensi luar biasa bagi peningkatan ekonomi bagi NTT. Untuk itu sentuhan teknologi akan dilakukan sehingga komoditi lokal yang ada, tidak terbuang sia-sia.

 

“Kita mau ada pabrik untuk kita buat minuman kaleng dari jeruk di TTS. Kita mau ada pabrik olahan untuk pisang barangan dari Ende. Apakah itu untuk menuman atau olahan lain yang punya nilai ekonomi tinggi. Demikian juga dengan mangga kelapa dari Alor. Coba bayangkan, jika di masing-masing wilayah ada pabrik olahannya maka disitu terbuka lapangan kerja yang banyak untuk anak-anak kita. Mereka tidak perlu lagi harus pergi jadi TKW di luar negeri atau jadi pekerja di luar NTT. Kalau di setiap 60 hektar lahan pertanian ada industri olahan untuk kita bikin pakan ternak. Ada industri olahan untuk Jeruk Keprok, Aplpukat, Mangga Kelapa, Pisang barang dan lain-lain, bisa dibayakngkan efek dominopmya luar biasa bagi peningkatan ekonomi NTT. Kita belum bicara tentang potensi kelautan kita. Kita akan bangun tambak garam yang bisa berkontribusi untuk pemenuhan kebutuhan garam nasional dan itu akan membuka peluang kerja bagi puluhan ribu orang. PAD kita juga tentu akan meningkat tajam” pungkas Simon Petrus Kamlasi. (joey rihi ga)

Komentar Anda?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *