Kupang, seputar-ntt.com — Isu kesehatan jiwa kembali menjadi sorotan utama dalam Workshop Kesehatan Jiwa tingkat Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang digelar Yayasan Jaringan Peduli Masyarakat (JPM) di Hotel Harper Kupang, Kamis (11/11/2025). Kegiatan ini menghimpun berbagai pemangku kepentingan untuk membahas langkah strategis dalam menangani meningkatnya kasus disabilitas psiko-sosial di NTT.
Direktur JPM, Yohanis Pakereng, dalam sambutannya menegaskan bahwa NTT berada pada posisi ketiga nasional berdasarkan riset 2018 terkait jumlah penyandang disabilitas psiko-sosial. Ia menyampaikan bahwa persoalan kesehatan jiwa bukan masalah abstrak, tetapi nyata dan berada di tengah-tengah masyarakat.
“Orang-orang dalam kategori ini ada di sekitar kita. Lalu apa yang sudah kita lakukan? Apakah kita mau angka itu terus bertambah? Dalam lagu Indonesia Raya jelas dikatakan bangunlah badannya, bangunlah jiwanya,” tegas Yohanis. Ia menambahkan bahwa JPM berkomitmen bekerja bersama pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk menangani persoalan kesehatan jiwa di provinsi ini.
Yohanis juga menitipkan harapan besar kepada Pemerintah Provinsi NTT agar menambah fasilitas layanan kesehatan jiwa, khususnya pembangunan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) di Flores dan Sumba, mengingat saat ini NTT hanya memiliki satu RSJ yang berpusat di Kupang. Ia juga mendorong penambahan jumlah psikiater di daerah-daerah yang membutuhkan.
“Kami berharap lewat workshop ini lahir langkah-langkah strategis yang nyata untuk menekan isu kesehatan jiwa di NTT,” ujarnya.
Wakil Ketua Komisi V DPRD NTT, Winston Rondo, yang turut hadir, menyoroti tingginya kasus depresi berat di NTT yang belum sepenuhnya diakui sebagai kondisi kritis masyarakat.
“Kita masih malu mengakui kondisi ini. Terima kasih kepada JPM dan semua pihak yang tidak menyerah ketika ada yang angkat tangan,” kata Winston.
Ia menegaskan bahwa DPRD sedang mengupayakan lahirnya Peraturan Daerah (Perda) Kesehatan Jiwa sebagai payung hukum untuk melindungi masyarakat NTT.
Winston juga mengungkapkan bahwa DPRD sudah mengusulkan pembangunan RSJ di Flores dan Sumba. Namun, terdapat kendala regulasi yang perlu diselesaikan bersama pemerintah pusat. “Jangan biarkan anak-anak kita mati karena jiwanya kosong tanpa kita merawatnya,” tegasnya.
Sementara itu, sambutan Gubernur NTT yang dibacakan oleh Asisten I Setda Provinsi NTT, Kanisius Mau, menyampaikan apresiasi kepada JPM atas terselenggaranya workshop ini.
Ia menegaskan bahwa sektor kesehatan, termasuk kesehatan jiwa, berada dalam tujuh pilar pembangunan NTT. Pemerintah berkomitmen memperkuat layanan dan kebijakan untuk menangani isu kesehatan jiwa yang menempatkan NTT pada peringkat ketiga secara nasional.
“Keluarga adalah kunci bagi anak untuk bertumbuh dengan jiwa yang sehat,” ujar Kanisius.
Ia menambahkan bahwa aspirasi JPM terkait pembangunan RSJ baru dan penguatan layanan kesehatan jiwa akan diteruskan kepada Gubernur sebagai bahan pengambilan kebijakan.
Pemprov juga mendorong percepatan lahirnya Perda Inisiatif Kesehatan Jiwa sebagai langkah struktural untuk memperkuat pelayanan dan perlindungan bagi masyarakat.
Workshop ini diharapkan menjadi momentum penting untuk menyatukan langkah lintas sektor dalam menekan persoalan kesehatan jiwa di NTT, sekaligus memperkuat upaya advokasi pembangunan fasilitas kesehatan jiwa di wilayah yang hingga kini masih minim layanan.(jrg)

Follow



















