Kupang, seputar-ntt.com — Petani Milenial merupakan salah satu isu yang berkembang, terkait pada pelaksanaan Sensus Pertanian Tahun 2023 (ST2023) di level nasional.
Hal ini diakui Kepala BPS Provinsi NTT, Matamira Kale pada acara Seminar Pubisitas ST2023 di aula BPS Provinsi NTT, Selasa (16/8/2022).
“Selama enam dekade terakhir, sejak awal Sensus Pertanian dilaksanakan, banyak isu yang berkembang terkait pangan dan pertanian,” kata Matamira.
Isu-isu tersebut, lanjut Matamira, ada yang level nasional maupun global. Kalau isu level global, yang diangkat dalam Sustainable Development Goals (SDGs) adalah sektor pertanian berkelanjutan.
“Sektor pertanian harus berkelanjutan, artinya pembangunan di sektor pertanian tidak merusak lingkungan, sehingga nanti tetap akan menjadi sektor yang dapat dinikmati oleh generasi-generasi penerus, jadi ada isu lingkungan dan keberlanjutan,” aku Matamira.
Sedangkan di level nasional, jelas Matamira, isu yang muncul seperti regenerasi petani. Karena petani yang ada saat ini banyak yang sudah lanjut usia, sedangkan yang petani muda hanya sedikit.
“Tentunya ketika yang tua itu masanya sudah lewat, sudah tidak ada petani, lalu kita mau mau makan apa,” tandas Matamira.
Menurut Matamira, petani muda di Indonesia jumlahnya sangat sedikit, sehingga perlu ditanggulangi agar tidak ada kesenjangan, dengan memunculkan petani milenial.
“Petani Milenial ini merupakan petani muda dengan menggunakan teknologi yang bekerja di sektor pertanian, tentunya akan menghasilkan nilai tambah yang tidak sedikit,” ujar Matamira.
Disamping itu, tambah Matamira, di level nasional juga ada isu modernisasi sektor pertanian, artinya pertanian di Indonesia perlu memanfaatkan teknologi di dalam aktivitas, sehingga dapat meningkatkan produktivitas.
“Jadi ST2023 merupakan suatu aktivitas untuk menyediakan data yang dibutuhkan untuk menjawab isu-isu yang ada, isu-isu di sektor pertanian baik tataran nasional maupun secara global,” pungkasnya.
Nara sumber Indra S. Souri dalam penjelasannya mengingatkan bahwa ST2023 tersebut sebagai bentuk inventarisasi data pertanian, kehutanan dan perikanan, dengan obyek perorangan atau rumah tangga, termasuk pengusaha dengan skala menengah dan besar, yang bergerak dibidang-bidang tersebut.
“Tahun 2023 akan dilakukan pendataan terhadap unit ini, tidak ada satupun yang terlewat. Jadi mereka yang bersembunyi di lubang semut manapun, orang statistik pasti datang, untuk memotret usaha pertaniannya,” tandas Indra.
Indra mengajak semua masyarakat, untuk bersama-sama mensukseskan ST2023, dengan memberikan data sesuai kondisi di lapangan.
“Berikan data sesuai kondisi apa adanya, jangan ditambah atau dikurangi. Dengan data yang berkualitas, tentunya akan membantu pemerintah merumuskan kebijakan-kebijakan di sektor pertanian yang tepat sasaran,” tandas Indra.
Kalau tepat sasaran, tambah Indra, harapannya bahwa Indonesia akan mencapai kedaulatan pangan, dan kesejahteraan petani meningkat. (joey)