Kupang, Seputar NTT.com – Adanya perubahan pola makan dari pangan lokal seperti jagung dan ubi membuat komsumsi beras masyarakat di NTT saat ini cukup tinggi. Hal ini disampaikan Kepala Badan Ketahanan pangan dan penyuluh Provinsi NTT, Alexander Sena di gedung DPRD NTT, Rabu (28/7).
“Saat ini komsumsi beras masyarakat di NTT sudah cukup tinggi dan ini dipengaruhi oleh perubahan pola komsumi makanan yang ada di masyarakat,”katanya.
Menurutnya, saat ini komsumsi beras masyarakat NTT perkapita per tahun sebenyak 113 kilogram dibanding dengan komsumsi jagung yang hanya 25 kilogram perkapita per tahun. Padahal jika pola komsumi terhadap beras dikurangi dengan pangan lokal seperti jagung dan ubi maka ketergantungan terhadap beras bisa dikurangi.
“Saat ini komsumi beras kita di NTT 113 kilogram perkapita per tahun. Kalau kita bandingkan dengan komsumsi jagung yang hanya 25 kilogram perkapita per tahun dan komsumsi ubi 20 kilogram perkapita pertahun membuat ketergantungan terhadapa beras memang cukup tinggi,”katanya.
Diakuinya, Produksi beras lokal yang ada di NTT belum bisa bisa mencukupi kebutuhan yang ada sehingga diperlukan pasokan beras dari luar sebanyak 150 ribu ton per tahun. Untuk itu pihaknya terus memacu masyarakat untuk bisa memanfaatkan pangan lokal dengan cara pengolahan yang berbeda sehingga bisa mengurangi ketergantungan terhadap beras.
“Kita masih sangat tergantung dengan beras dari luar. dalam setahun kita memasok 150 ribu ton beras untuk memenuhi kekurangan beras yang diproduksi masyarakat lokal,”katanya. (joey)