Gemuruh di Aula Hotel Pelangi Kalabahi dan Teriakan MDT untuk NTT

  • Whatsapp

Kalabahi, seputar-ntt.com – Mobil Inova yang ditumpangi Marthen Dira Tome bersama istri memasuki pelataran Hotel Pelangi di Kota Kalabahi Kabupaten Alor. Mereka baru saja pulang dari pertemuan dengan warga di Jemaat Elim Pulleng, Kecamatan Lembur. Waktu sudah pukul 20:00 Wita, dimana orang sedang menikmati akhir pekan bersama keluarga pada Sabtu, 15 Oktober 2016. Ada sejumlah warga yang sudah berdiri di lobi hotel. Saat Marthen Dira Tome Turun mereka langsung menyambutnya dengan hangat lalu langsung diarahkan menuju aula hotel.

Di aula yang berkapasitas 200-300 orang tersebut, sudah dipenuhi oleh warga Kota Kalabahi. Saking sesaknya dalam aula, sebagian terpaksa duduk dari luar. Saat Marthen Dira Tome memperkenalkan diri bersama rombongan, warga yang hamper sebagianya anak muda ini bertepuk tangan sambil bersiul. Ruangan aula bergemuruh seperti mau roboh. Meminjam istilah pegiat HIV/AIDS NTT yang berasal dari Adonara, mereka seperti Tim Hore yang membuat suasana riuh rendah.

Pertemuan malam dengan warga Kalabahi ini digunakan Marthen Dira Tome untuk mempresentasikan apa yang telah dia buat di Sabu Raijua selama lima tahun pertama kepemimpinannya disana. Mulai dari kondisi wilayah yang sulit dengan PAD hanya 332 juta pada tahun 2011, kini pada tahun 2015 telah naik secara drastis pada angka 32 miliar lebih. Setiap prestasi yang disampaikan kembali tepuk riuh membahana dalam ruang aula. Marthen juga berkisah bahwa dia awalnya sulit untuk menemukan potensi di Sabu Raijua yang minim Sumber Daya Alam, dan bagimana kahirnya dia membuat tambak garam hingga mendirikan tiga pabrik masing-masing pabrik rumput laut, pabrik Aair Minum Dalam Kemasan mereke Oasa dan pabrik garam.

“Saya bukan baru datang di Kabupaten Alor, daerah ini cukup akrab dengan saya ketika saya masih memimpin PLS di NTT. Tidak hanya itu, saya punya ipar berasal dari Alor. Kabupaten Alor merupakan Ciptaan Tuhan yang sempurna, sama seperti wilayah di Pulau Flores. Potensi sumber daya alam cukup berlimpah. Katakan saja, ada kemiri, kekao, mente maupun kenari. Potensi laut apalagi. Dengan teluk yang panjang membuat alor tidak saja indah dipandang mata tapi juga menjadi tempat yang nyaman untuk ikan bermain disana,” kata Dira Tome.

Marthen Dira Tome mengatakan bahwa saat ini ada dua persoalan besar yang dihadapi oleh masyarakat di Sabu Raijua dan NTT pada umumnya yakni kemiskinan dan pengangguran yang meluas atau masif. Untuk itu pemerintah memiliki tugas untuk menyelesaikan dua persoalan tersebut. Kemiskinan yang mencekik masyarakat di NTT harus diatasi lewat cara-cara yang cerdas dan inovatif dengan menemukan berbagai potensi yang bisa di kelola. Demikian juga dengan persoalan penggaguran yang terus meningkat harus diatasi dengan cara membuka lapangan pekerjaan lewat sektor informal dan memacu masyarakat untuk bekerja keras.

“Kemiskinan itu tercipta bukan hanya karna kondisi alam tapi juga jumlah penggangguran yang semakin meningkat. Jangan heran lalu para pencari kerja memilih menjadi TKI karna tidak ada lapangan kerja yang dibuka untuk mereka. Kita membuka lahan tambak dan pabrik bukan satu-satunya untuk memperoleh uang tapi bagimana kita menciptakan lapangan kerja bagi generasi kita sehingga mereka tidak memilih pergi mengais rupiah di negeri orang lalu terjerat dalam lingkaran perdagangan orang atau human trafficking. Saat ini orang lagi ramai-ramai bicara masalah penegakan hukum untuk human trafiking sementara tidak dibicarakan bagaimana mengantisipasinya. Human Trafiking berkaitan adalah masalah lapangan kerja,” ujar Dira Tome.

Dira Tome menegaskan, masyarakat tidak boleh merasa aman apalagi nyaman dalam zona kemiskinan. Kondisi itu harus dilawan dengan bangkit bekerja keras. Untuk itu pemerintah sebagai abdi bagi rakyat harus memiliki seribu langkah bagaimana mencegah kemiskinan yang terus mencengkram kehidupan masyarakat yang dipimpinnya.

“Seorang pemimpin harus memastikan bahwa rakyatnya tidak akan berteriak kelaparan disaat dia sedang Tidur. Sebagai pemimpin tidak boleh mencegah kemiskinan dengan cara-cara yang tidak bermartabat seperti membawa proposal kemana-mama untuk mendapatkan bantuan. Itu pemimpin yang menjual kemiskinan rakyatnya. Cara-cara seperti ini akan menjerumuskan banyak orang dalam dunia korupsi, sebab korupsi itu kadang terjadi karna adanya negosiasi-negosiasi. Saya minta kepada semua pejabat untuk berhenti menjual kemiskinan untuk mendapatkan sesuatu. kepada Pempus agar tidak mengalokasikan anggaran diluar mekanisme,” tegas Marthen.

Sama dengan daerah di Flores, warga di Kabupaten Alor juga menitipkan harapan yang cukup besar di pundak Dira Tome. “Ini adalah waktu yang diberikan Tuhan bagi kami masyarakat NTT untuk memilih pemimpin yang punya hati untuk rakyat, tidak hanya sekedar berjanji tapi dia telah berbuat untuk memenuhi mimpi masyarakat di Sabu Raijua,” kata Boni Waang, salah satu peserta yang begitu bersemangat mendengar presentasi Dira Tome.

Sementara Ismael Arkiang, salah satu Tokoh masyarakat Alor pada kesempatan yang sama menyampaikan bahwa, inilah saatnya orang muda diberi kepercayaan untuk memimpin NTT tanpa disekat oleh kepentingan Suku, Agama, Ras dan Antar golongan. “Bukan saatnya lagi kita memilih pemimpin karna kita memikili kesamaan agama maupun suku. Jika kita berpikr demikian maka NTT ini akan tetap berkutat dengan kemiskinan dan ketertinggalan,” ungkapnya.

Pertemuan di Aula hotel pelangi baru berkahir pukul 23:30 Wita. Banyak dari warga yang masih juga menunggu untuk berbincang atau sekedar foto bersama dengan Marthen Dira Tome. Selama kunjungannya di Alor pada Sabtu, (15/10/2016) Marthen Dira Tome melakukan pertemuan di tiga tempat masing-masing di Rumah Adat Uma Pusung Rebong Alor Besar, Gereja Elim Tulleng, di Kecamatan Lembur dan di Aula Hotel Pelangi Kalabahi sebelum kembali ke Kupang pada Minggu, (16/10/2016). (jrg)

 

 

Komentar Anda?

Related posts