Kalabahi, seputar-ntt.com – Kami tiba di Gereja Elim Tulleng sudah hampir senja. Matahari telah bersinar kemerahan pada Sabtu, 15 Oktober 2016. Sesaat lagi sang raja siang akan mengucapkan selamat tinggal bagi persada. Di pelataran gereja telah menanti puluhan warga yang setia menanti dari tengah hari. Walau telah menunggu lama tapi rona suka-cita tetap terpancar dari wajah mereka saat menyambut Marthen Dira Tome bersama Istri.
Di Kompleks Gereja Elim, ada tiga buah bangunan gereja. Menurut salah satu warga, bangunan gereja pertama hancur karena gempa, bangunan kedua adalah bantuan akibat gempa dan gereja yang masih baru adalah hasil pergumulan jemaat setempat. Disebelah timur tepatnya disebelah jalan, ada kompleks persawahan yang telah menguning. Alor memang eksotis. Seumpama mutiara, tinggal dipoles untuk selanjutnya berkilau indah.
Marthen Dira Tome dan rombongan kemudian dipersilahkan masuk kedalam gereja yang dibangun dari dana bantuan gempa. Belum sampai sepuluh menit dalam gereja, tiba-tiba listrik padam. Gereja Elim tak punya genset tapi semangat masyarakat untuk mendengar apa yang ingin disampaikan Marthen Dira Tome membuat mereka tak bergeming. Tak ada satupun dari mereka yang keluar. Mobil yang kami pakai terpaksa menjadi penerang ala kadarnya.
Di hadapan jemaat Gereja Elim Pulleng, Marthen Dira Tome mengatakan bahwa dia baru saja dari Rumah Adat Pusung Rebong Alor Besar sehingga pertemuan yang direncanakan menjadi molor. Karna listrik mati Marthen tak bisa menyampaikan apa yang telah dilakukan di Sabu Raijua dan mimpinya menuju kursi gubernur NTT tak bisa disampaikan secara presentasi di layar infokus. Walau demikian Marthen Dira Tome mampu secara runut menyampaikan apa yang telah dilakukan di Sabu Raijua dan apa mimpinya untuk NTT.
“Kabupaten Alor merupakan Ciptaan Tuhan yang sempurna, sama seperti wilayah di Pulau Flores. Potensi sumber daya alam cukup berlimpah. Katakan saja, ada kemiri, kekao, mente maupun kenari. Potensi laut apalagi. Dengan teluk yang panjang membuat alor tidak saja indah dipandang mata tapi juga menjadi tempat yang nyaman untuk ikan bermain disana,” kata Dira Tome.
Marthen Dira Tome mengatakan bahwa saat ini ada dua persoalan besar yang dihadapi oleh masyarakat di Sabu Raijua dan NTT pada umumnya yakni kemiskinan dan pengangguran yang meluas atau masif. Untuk itu pemerintah memiliki tugas untuk menyelesaikan dua persoalan tersebut. Kemiskinan yang mencekik masyarakat di NTT harus diatasi lewat cara-cara yang cerdas dan inovatif dengan menemukan berbagai potensi yang bisa di kelola. Demikian juga dengan persoalan penggaguran yang terus meningkat harus diatasi dengan cara membuka lapangan pekerjaan lewat sektor informal dan memacu masyarakat untuk bekerja keras.
“Kemiskinan itu tercipta bukan hanya karna kondisi alam tapi juga jumlah penggangguran yang semakin meningkat. Jangan heran lalu para pencari kerja memilih menjadi TKI karna tidak ada lapangan kerja yang dibuka untuk mereka. Kita membuka lahan tambak dan pabrik bukan satu-satunya untuk memperoleh uang tapi bagimana kita menciptakan lapangan kerja bagi generasi kita sehingga mereka tidak memilih pergi mengais rupiah di negeri orang lalu terjerat dalam lingkaran perdagangan orang atau human trafficking. Saat ini orang lagi ramai-ramai bicara masalah penegakan hukum untuk human trafiking sementara tidak dibicarakan bagaimana mengantisipasinya. Human Trafiking berkaitan adalah masalah lapangan kerja,” ujar Dira Tome.
Dira Tome menegaskan, masyarakat tidak boleh merasa aman apalagi nyaman dalam zona kemiskinan. Kondisi itu harus dilawan dengan bangkit bekerja keras. Untuk itu pemerintah sebagai abdi bagi rakyat harus memiliki seribu langkah bagaimana mencegah kemiskinan yang terus mencengkram kehidupan masyarakat yang dipimpinnya.
“Seorang pemimpin harus memastikan bahwa rakyatnya tidak akan berteriak kelaparan disaat dia sedang Tidur. Sebagai pemimpin tidak boleh mencegah kemiskinan dengan cara-cara yang tidak bermartabat seperti membawa proposal kemana-mama untuk mendapatkan bantuan. Itu pemimpin yang menjual kemiskinan rakyatnya. Cara-cara seperti ini akan menjerumuskan banyak orang dalam dunia korupsi, sebab korupsi itu kadang terjadi karna adanya negosiasi-negosiasi. Saya minta kepada semua pejabat untuk berhenti menjual kemiskinan untuk mendapatkan sesuatu. kepada Pempus agar tidak mengalokasikan anggaran diluar mekanisme,” tegas Marthen.
Walaupun dalam kegelapan, namun dialog yang terjadi dalam gereja Elim Pulleng berlangsung hangat. Rupanya warga disana menaruh harapan besar pada Marthen Dira Tome. Semua yang ada dalam gereja tak mau kalah untuk bertanya maupun sekedar menyampaikan isi hati mereka secara langsung kepada calon pemimpin NTT. Ada harapan besar yang mereka ingin titipkan bagi pemimpin NTT kedepan sehingga memacu semangat mereka untuk terus mengikuti kegiatan tatap muka tersebut.
Markus Samoi, salah satu warga Pulleng pada kesempatan tersebut mengatakan bahwa bagi masyarakat Alor, pemimpin yang berasal dari Sabu tidak lagi asing. Bukan hanya El Tari dan Piet Tallo yang pernah memimpin NTT tapi secara khsusu ada dua orang Sabu yang pernah menjadi bupati di Kabupaten Alor. Karna itu kata Markus, orang Alor selalu menganggap orang Sabu adalah saudara dekat dalam rumah.
“Ketika kami mendengar bahwa pak Bupati Sabu Raijua ingin maju menjadi Calon Gubernur NTT, terus terang kami gembira. Kami sudah baca di media kemarin tentang apa saja yang dibuat di Sabu Raijua. Kami memiliki kedekatan emosional dimana Kabupaten Alor pernah dipimpin oleh dua orang dari Sabu,” katanya.
Markus mengatakan, sudah saatnya NTT dipimpin oleh orang yang memiliki niat yang tulus untuk mengabdi bagi rakyat. Tidak Cuma itu, sosok Marthen Dira Tome dianggap sebagai pemimpin yang inovatif serta pekerja keras sehingga saat cocok untuk memimpin NTT kedepan.
“Sudah lama kami menunggu-nunggu seorang pemimpin seperti ini. Orang yang mencurahkan segala daya upaya bagi rakyat, orang yang tidak saja memberi tenaga tapi juga hati dan pikirannnya seperti tidur bersama rakyat. Kita memiliki harapan agar apa yang dilakukan oleh Pak Marthen di Sabu Raijua bisa juga dilakukan di berbagai wilayah di NTT tentu saja sesuai potensi wilayah masing-masing,” katanya.
Jam menunjukkan pukul 19:30 Wita atau jam tujuh malam, listrik kembali menyala. Semua sontak bersemangat dan seperti tidak mau pertemuan yang dilakukan berakhir. Disisi lain Marthen Dira Tome sedang ditunggu oleh masyarakat di Kota Kalabahi.
Menanggapi semua apa yang menjadi harapan warga setempat Marthen Dira tome mengatakan bahwa semua mimpi dan harapan masyarakat menjadi salib yang harus dipikul jika kelak mendapat legitimasi untuk memimpin NTT. Dia mengatakan NTT adalah negeri yang kaya sehingga seluruh elemen harus bekerja keras mengelola setiap potensi yang ada.
“Jujur bahwa secara pribadi saya memiliki hubungan emosional yang kuat dengan orang Alor, adik kandung saya kawin dengan nona Alor, demikian juga dengan sepupu kandung saya. Saat ini saya minta restu dan doa dari semua saudara yang ada disini. Yakinlah bahwa sekalipun kita tidur ditempat yang berbeda tapi mimpi kita sama, sekalipun tempat kita bertelut untuk berdoa tidak dalam satu ruang tapi doa kita akan membelah langit menghampiri sang Khalid. Apa yang menjadi harapan telah terlukis dalam lubuk hati yang paling dalam. Sampaikan salam hormat saya bersama istri untuk semua saudara dan sahabat dimanapun berada,” kata Dira Tome menutup pertemuannya.
Diakhir pertemua, mereka semua bersalaman smbil berpelukan dengan Marthen Dira Tome. Ada suasana haru penuh keakraban yang terjalin dalam waktu yang cukup singkat. Salah satu orang tua yang sudah lanjut usia dan menggunakan tongkat mendapat pelukan hangat dari Marthen Dira Tome. Pelukan seorang anak kepada orang tua yang mengharu biru kalbu di saat kami harus pergi meninggal Gereja Elim Pulleng yang menjadi sejarah perjalanan dalam perjalanan kami. (jrg)