Kupang, Seputar-ntt.com – Budaya atau kultur yang ada di Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi salah satu penyebab kemiskinan yang mendera daerah ini. Kebiasaan ritual adat yang tidak sesuai jaman dan masyarakat yang lebih memilih memenuhi kebutuhan sekunder daripada kebutuhan dasar, sandang pangan dan papan membuat NTT tetap berada di garis belakang dari daerah lain di Indonesia.
Demikian inti sari pendapat dari bakal calon gubernur dan wakil gubernur NTT, dalam dialog publik ‘Baomong NTT’ yang diselenggarakan Komunitas Wartawan Media Online (KOWMEN) NTT, Rabu (31/10/2017) di hotel Pelangi Kupang. Kegiatan ini hadiri panelis Pius Rangka, Balkis Soraya Tanof, dan Zet Malelak.
Bakal calon gubernur NTT dari partai PDI-P, Raymundus Fernandez mengatakan bahwa kebiasaan masyarakat seperti bercocok tanam yang melakukan ritual adat terlebih dahulu. Kondisi ini, kata dia, membuat masyarakat terpola hanya bercocok tanam pada musim hujan.
Dia menambahkan, pemerintah harus tegas merubah perilaku dan tatanan peradaban masyarakat. Pemimpin harus memberikan memberikan teladan.
“Menanam di NTT musim hujan baru menanam, ini ada hubungan dengan budaya. Harus bawa ke rumah adat dulu. Caranya menghentikannay, apa yang dibuat pemimpinnya masyarakat akan ikut. Kalau omong ternak maka pelihara,”katanya.
Bakal calon Gubernur NTT dari partai Nasdem, Jecki Ully menambahkan ada budaya ada minta – minta pemimpi. Kemiskinan sering dijual untuk mendapatkan bantuan. Kata dia, pemimpin harus kreatif dan mampu membangun komunikasi, melibatkan semua pihak.
“Peran tim penggerak Program Kesejahteraan Keluarga (PKK) dalam merubah budaya, disitulah pendekatannya mengurangi kemiskinan karena budaya,”Kata mantan Kapolda NTT.
Lanjutnya, pemimpin juga harus mampu menggali seluruh potensi NTT dan mengambil langkah strategis untuk mensejahterakan masyarakat.
“Selama 4 tahun menjadi Kapolda, tidak pernah saya memanggil Pengusaha ke kantor saya. Contoh seperti inilah yang dapat menghilangkan kemiskinan budaya,”ujarnya.
Sementara calon gubernur NTT, Robert Maru, mengatakan bahwa untuk merubah perilaku budaya dan cara pikir masyarakat dimulai dari dalam keluarga. “Mulai dari ibu – ibu, dia harus sehat supaya anaknya juga sehat,”katanya.
Hal senada disampaikan bakal calon wakil gubernur NTT dari partai Golkar, Melki Laka Lena, mengatakan pembangunan harus melibatkan semua pihak. Peran pemuda perlu dilibatkan secara maksimal. Budaya pembangunan yang didominasi orang tua mesti dirubah.
“NTT punya anak muda yang potensial tetapi mereka berada di luar NTT. Pemimpin memanfaatkan NTT diaspora, orang NTT ada dimana – mana. Kalau mereka diajak terlibat. Tentu akan sangat membantu bagaimana NTT lebih baik ke depannya,”katanya. (Pelipus Libu Heo)