Lanny Koroh : Remaja Perlu Tahu Bentuk Pelecehan Seksual

  • Whatsapp

Kupang, seputar-ntt.com – Tindakan keji seorang ayah yang memperkosa anak gadisnya di Borong Manggai Timur sempat membuat heboh dunia maya dan menjadi perhatian khusus pemerhati anak dan pemermpuan di NTT. Dalam berita yang dilansir beberapa meda lokal di NTT menyebutkan, tindakan pemerkosaan itu direkam menggunakan HP oleh pelaku yang berisial MM ini.

Pemerhati perempuan NTT,  Dr. Lanny Koroh dalam sosialisasi dan pengenalan jenis – jenis pelecehan seksual di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Lewolema, Welo pada Rabu (1/11/17) mengutuk keras kejadian di Borong. “Prilaku ini tergolong kejahatan yang sungguh keji, dan Pelaku pantas dihukum berat. Sementara korban perlu penanganan psikologis secara serius,” kata perempuan yang dikenal dengan tagar perempuan biasa tersebut.

Dalam materinya dihadapan para siswa SMP, Magister Linguistik jebolan Universitas Udayana Bali, 2013 ini mengatakan sosialisasi tentang pendidikan seksualitas dan pengenalan jenis jenis pelecehan seksual penting diinformasikan kepada anak anak sejak dini.

“Informasi tentang masalah seksual, sudah seharusnya mulai diberikan, agar remaja tidak mencari dari orang lain, atau sumber sumber lain yang tidak jelas atau bahkan keliru sama sekali. Informasi yang tepat membuat anak mengerti dan mampu menjaga dirinya, dan bisa menjaga pergaulan,”kata perempuan yang sering bermain terater ini.

Dr.Lanny Koroh memaparkan, sekian hal berkaitan dengan pendidikan seksualitas, satu diantaranya, mengenalkan 9 bentuk kekerasan seksual yakni perkosaan, pencabulan, pelecehan, eksploitasi seksual, perbudakan seksual, pemaksaan perkawinan, pemaksaan kontrasepsi, pemaksaan pelacuran dan pemaksaan aborsi. Ia juga membeberkan data dari Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) bahwa 35 perempuan indonesia, menjadi kekerasan seksual setiap harinya.

Secara tegas Dr.Lanny Koroh mengatakan bahwa perlu dijelaskan kepada kepada anak terkait tiga jenis pelecehan seksual diantaranya, Pelecehan Verbal yaitu, menggoda, bercanda, menyindir, berkomentar yang bersifat seksual dan menimbulkan rasa yang tidak aman dan nyaman pada lawan bicara. Menyebarkan cerita kehidupan seksual seseorang tanpa persetujuan. Memberi komentar seksual terhadap gaya berpakian dan bentuk tubuh sesorang.

“Pelecehan non verbal, menunjukkan gerak gerik seksual yang tidak diinginkan, memperlihatkan alat kelamin kepada orang lain dengan melakukan gerakan seksual, memandang bagian tubuh seseorang secara seksual. Pelecehan Fisik, memeluk dan mencium seseorang tanpa izin dan kesepakatan, menepuk dan mencolek seseorang dengan paksa, melakukan penyerangan seksual, dan memaksa melakukan tes keperawanan,” kata perempuan berdarah Sabu tersebut.

Doktor Muda yang menamatkan Pendidikan S3 di Universitas Udayana Bali, Juli 2017 ini pesan, agar semua pihak harus bergandeng tangan emerangi dan menghapus kekerasan seksual kepada setiap orang khususnya terhadap anak. “ Mari bersama, kita perangi dan hapus kekerasan seksual. Kata – kata kunci dalam kekerasan seksual adalah, Tidak nyaman, dipaksa dan terpaksa,” pungkasnya.

Solirus Soda, Kepala SMPN 1 Lewolema, pada kesempatan itu menyampaikan terima kasih kepada Ibu Lanny Koroh yang berkenan datang ke Welo, sebuah Dusun Kecil di Desa Painapang dan bertemu, membagi informasi dan shering dengan anak anak SMPN 1 Lewolema, tentang Pendidikan Seksual. “Informasi tentang pelecehan seksual penting untuk anak anak remaja agar mereka mampu menjaga diri dalam pergaulan dengan siapa saja di lingkungan sekolah dan tempat tinggalnya. Kegiatan yang sama, bisa dilaksanakan juga pada sekolah sekolah lainnya,”kata Solirus.

Kegiatan kegiatan sosialisasi ditutup dengan pemberian tugas kepada peserta yakni menulis sebuah cerpen tentang pelecehan seksual. Lima penulis terbaik dipilih dan mendapatkan hadiah buku yang diserahkan langsung Dr.Lanny Koroh yang tampil sebagai narasumber. (*lk)

Komentar Anda?

Related posts