Masyarakat Mapitara Tanam Ribuan Pohon di Hutan Ilin Medo

  • Whatsapp

Maumere, seputar-ntt.com –  Gerakan penyelamatan kawasan  mata air yang digagas oleh Wahana Tani Mandiri (WTM) dan didukung oleh Critical Ecosystem Partnership Foundation (CEPF), Yayasan Burung Indonesia dan Pemkab Sikka mendapat respon positif dari masyarakat kecamatan Mapitara.

Ratusan masyarakat  bersama rombongan Bupati Sikka, Drs. Yoseph Ansar Rera ikut terlibat menanam ribuan anakan pohon di kawasan mata air yang ada di kawasan hutan Egon Ilin Medo, Rabu (22/2/2017) siang.

Direktur WTM, Winfridus Keupung mengatakan Kawasan Ilin Medo merupakan kawasan yang menjadi penopang oksigen bagi Kabupaten Sikka pasalnya masih banyak pohon yang tumbuh di kawasan tersebut. Selain itu, kawasan Ilin Medo merupakan sumber mata air yang dapat menghidupi sebagian masyarakat Kabupaten Sikka. Karena itu, masyarakat wajib menjaga kelestarian hutan di kawasan tersebut.

“Kawasan Ilin Medo luasnya 19.000 hektar maka sudah saatnya kita merawat hutan dan mata air yang ada sehingga tetap memberikan kehidupan bagi kita semua. Kalau kesadaran ini belum ada dalam diri kita maka hampir pasti dalam beberapa tahun ke depan anak cucu kita yang menanggung beban. Lebih baik kita merawat mata air daripada harus menghapus air mata,” ujar Winfridus.

Winfridus mengharapkan agar kegiatan ini dapat diagendakan setiap tahun sehingga kelestarian di kawasan Ilin Medo tetap terjaga.

Senada dengan Winfrudus,  Camat Mapitara, Theresia Silmeta M. Donata menegaskan bahwa dirinya mendukung inisiatif yang sudah dilakukan WTM dan ketelibatan semua masyarakat. Menurutnya, dengan kesadaran untuk menanam pohon maka generasi sekarang sudah membantu generasi mendatang.

“Kalau kita tanam hari ini berarti kita sudah bantu anak cucu kita hingga 7 turunan kali tujuh kali tujuh kali tujuh kali,” ujar Silmeta.

Lebih lanjut, Silmeta mengungkapkan keadaan di Kecamatan Mapitara cukup memprihatinkan karena ada beberapa Desa yang ada kesulitan mendapatkan air bersih karena debit air yang mulai menurun. Karena itu, ia mengajak semua masyarakat untuk menjaga pohon yang sudah ditanam sehingga di kemudian hari dapat menyerap air dalam jumlah yang besar.

“Kita bilang di sini banyak air tapi di pipa-pipa yang ada hanya angin saja yang ada. Ini karena pohon-pohon di hutan sudah banyak yang ditebang secara tidak bertanggung jawab. Hutan kita menjadi gundul dan air pun menjadi berkurang,” papar Silmeta.

Sementara itu, Bupati Ansar menjelaskan bahwa Kawasan Ilin Medo sudah menjadi perhatian dunia karena sudah memberi kontribusi bagi masyarakat dunia. Untuk itu, Bupati Ansar menghimbau agar kegiatan ini dapat dibuat secara bersama dan berkelanjutan.

“Mari kita bangun komitmen bersama untuk jaga hutan kita. Kalau orang bilang Maumere itu jantungnya Flores maka saya katakan jantungnya ada di Ilin Medo. Karena itu kita harus jaga image ini dengan terus menanam dan memelihara pohon-pohon di sini,” tegas Bupati Ansar.

Hadir dalam kegiatan tersebut, perwakilan dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Sikka, UPTD Kehutanan, Tagana, Danramil Bola, Anggota Polsek Bola, siswa/i SMP PGRI Lero Hae, pegawai Puskesmas Mapitara dan ratusan masyarakat lainnya.

Bupati Ansar Tanam “Sule”

Pantauan wartawan, Bupati Ansar juga melakukan penanaman pohon di salah satu titik mata air di Desa Hebing. Tampak Bupati Ansar langsung turun ke lokasi yang sudah disiapkan kemudian langsung mengambil anakan pohon “Sule” dan membungkuk untuk menanam pohon tersebut.

Setelah Bupati Ansar menanam pohon “Sule”, rombongan lainnya langsung ikut menanam pohon pada lokasi yang sudah disiapkan. Ada pula beberapa orang yang membuat sendiri lubang kemudian langsung menanam pohon.

“sule” adalah sebutan masyarakat etnis Lio untuk  sejenis  pohon yang dapat menampung air baik di akar maupun di batangnya. Menurut masyarakat yang menggunakan tutur Sikka, “sule” dikenal dengan sebutan “Huler”.

“Huler” adalah pohon yang sudah banyak berjasa bagi masyarakat di saat kesulitan air. Menurut cerita orang-orang tua, di saat terjadi krisis air, masyarakat mendapatkan air dari pohon “Huler”. Karena itu, masyarakat Sikka memiliki kebiasaan “Huler Wair” ketika menyambut kedatangan seseorang. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, “Huler Wair” berarti simbol kehidupan karena dapat menghantar orang pada kesuksesan dan mendatangkan berkat berlimpah.

 

Komentar Anda?

Related posts