KUPANG – Hari ini Kabupaten Rote Ndao merayakan Hari Ulang Tahunnya (HUT) yang ke 23. Kabupaten yang sah berdiri menjadi daerah otonom pada 10 April 2002 lewat Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2002 ini, terus bergerak dalam berbagai bidang menuju ke arah yang lebih baik. Sudah 4 orang bupati yang memimpin daerah itu. Mulai dari Christian Nehemia Dillak, Leonerd Haning, Paulina Haning – Bulu dan saat ini dipimpin oleh Paulus Henuk.
Kabupaten yang pisah dari Kabupaten Kupang saat Bupati Ibrahim Agustinus Medah itu, memiliki berbagai potensi yang bisa dikelola untuk kesejahteraan masyarakat. Julukannya Nusa Fua Funi hingga negeri Sejuta Lontar menjadikan Rote Ndao menjadi salah satu tempat pilihan orang berwisata. Rote bukan hanya sebagai batas negera paling selatan, tapi juga dia memiliki beberapa spot wisata kelas dunia. Sebut saja ombak di pantai Nembarala yang menjadi daya tarik dari wisatawan mancanegara untuk berselancar. Nembrala tak kalah dengan Pantai Kuta di Bali. Pesona Sunset dan pasir putihnya membuat orang betah dan ketagihan untuk kembali ke Nembrala.
Saat ini Rote Ndao dibawah kendali Bupati Paulus Henuk dan Wakil Bupati Apremoi Dudelusy Dethan. Pasangan yang menang telak dengan Tagline Ita Esa itu adalah perwakilan orang-orang muda di puncak kekuasaan. Di Tangan Paulus Henuk dan Apremoi Dethan, ada begitu banyak harapan dan doa dari masyarakat Rote Ndao. Sebagai orang yang lahir dan besar di Rote, Paulus Henuk tentu ingin meninggalkan legacy yang baik untuk dikenang bagi masa depan Rote Ndao. Kisah kehidupannya adalah api perjuangan terhadap berbagai keterbatasan di Rote Ndao.
Paulus Henuk adalah bukti nyata sebuah perjuangan. Lahir dari keluarga yang biasa, lalu masa kecilnya yang getir karena telah menjadi yatim piatu membentuk karakternya menjadi orang yang sabar dan punya daya tahan yang mumpuni. Untuk mengejar masa depan yang cerah, Paulus Henuk merantau ke Jakarta. Banting tulang dan menjadi orang yang sukses di rantau orang. Menjadi sukses di rantau tidak membuat Paulus Henuk terlena. Jiwanya merasa terpanggil untuk berbhakti di Rote Ndao. Dia lantas pulang, lalu merangkai jalan politiknya sendiri.
Menggunakan kendaraan politik yang tidak mewah, dia menjatuhkan pilihan pada Partai Perindo. Dia bertarung menjadi Wakil rakyat dan terpilih pada tahun 2019 lalu. Paulus Henuk langsung duduk sebagai Pimpinan DPRD sebagai Wakil Ketua. Di lembaga dewan, suaranya selalu memberi koreksi jika ada yang dianggap keliru atau tidak pro pada kepentingan rakyat. Tak bisa dipungkiri, suaranya yang lantang saat menjadi wakil rakyat itu adalah salah satu daya tarik rakyat Rote Ndao memilihnya pada Pilkada tahun 2024 lalu. Jalan politiknya terbilang lurus. Sekali bermain dewan, langsung terpilih dan menjadi Wakil Ketua DPRD. Sekalinya lagi bermain jadi Calon Bupati, langsung terpilih dan saat ini sedang bekerja untuk Nusa Fua Funi.
Membangun Rote Ndao harus menyatu dalam semangat Ita Esa.Semua harus bergerak bersama dalam satu tujuan agar, wilayah yang menjadi gerbang selatan Indonesia itu menjadi daerah yang sejahtera. Bupati Paulus Henuk selalu menekankan pentingnya persatuan dalam membangun daerah. Jika semua bergerak bersama baik yang ada di Rote maupun yang hidup di rantau maka harapan Rote Ndao akan berubah lebih lebih cepat akan terwujud.
Saat ini Kabupaten Rote Ndao sedang bersiap diri menjadi salah satu Kawasan Sentra Garam Nasional. Rote Ndao mendapatkan jatah 1000 hektar tambak garam. Jika ini sudah berjalan maka perputaran ekonomi di Rote Ndao akan meningkat drastis. Sebab efek domino dari keberadaan lahan tambak garam yang luas itu akan membuka lowongan kerja yang banyak, peningkatan Pendapat Asli Daerah Sendiri (PADS) yang luar biasa, serta dampak ekonimo lain yang akan meningkat dari Kawasan Sentra Garam nasional ini. Doa terbaik untuk Kabupaten Rote Ndao. Sekali Lagi, Dirgahayu Kabupaten Rote Ndao yang ke-23. Sodamolek. (joey rihi ga)