Polisi Diminta Ringkus Provokator Tawuran di Oesapa

Kupang, seputar ntt.com – Aparat kepolisian diminta untuk segera meringkus provokator yang menjadi pemicu dalam tawuran antara mahasiswa yang terjadi di Oesapa belum lama ini. Pasalnya masyarakat menduga ada provokator yang bermain dibalik kisruhnya antara mahasiswa yang berasal dari Pulau Sumba dan Alor di Oesapa.

Hal ini disampaikan Daud Amarato, Ketua Rt 31/Rw 09 Kelurahan Oesapa, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, yang juga tokoh masyarakat asal pulau Sumba, saat melakukan pertemuan damai, Antara Tokoh Masyarakat Sumba dan Alor, di Ruang Garuda Lantai II Kantor Walikota Kupang, Rabu (19/3/2014).

Pertemuan dimediasi oleh Walikota Kupang, Jonas Salean, dan Wakapolresta Kupang Kota bersama para tokoh masyarakat Sumba dan Alor.
Para tokoh masyarakat yang hadir diantaranya, Mantan Rektor Undana, Frans Umbu Data, Eduard Gana, Daud Amarato, Alex Ena, Sony Libing dan Soni Lumba.

Pada kesempatan tersebut, Daud Amarato menuturkan, pasca perdamaian Pemuda dari Etnis Alor dan Sumba pada Sore 16 Maret 2014  lalu, malamnya langsung ada isu yang menyebar bahwa sebanyak 60 orang mahasiswa asal Sumba akan menyerang asrama mahasiswa Alor di kelurahan Oesapa. Berkaitan dengan adanya kabar tersebut, dirinya langsung mengontak sejumlah tokoh pemuda Sumba untuk memastikan kabar tersebut, namun mereka membantah tentang berita penyerangan itu.

Setelah itu ia mencoba menelpon salah seorang mahasiswa di asrama berada pemuda Alor, dan mereka mengaku mendapat kabar tersebut dan mereka sementara bersiap-siap menghadapi serangan.Sebagai tokoh masyarakat sumba dan ketua Rt, dirinya kemudian memberi tahu kepada mahasiwa Alor bahwa kabar tersebu bohong dan tidak benar.

Suasana saat itu bisa ditenangkan, namun selang satu jam kemudian muncul lagi isu bahwa mahasiswa sumba yang kakinya terkena anak panah pada tawuran pada 7 maret 2014 lalu telah meninggal dunia. Isu itu sempat membuat suasana kembali tegang. Namun setelah dicek, yang bersangkutan ternyata masih sehat.

Menurutnya rentetan tawuran antar pemuda komunitas Alor dan Sumba yang terjadi pada tanggal 7 sempai dengan tanggal 12 Maret lalu  sebenarnya merupakan ulah dari provokator yang memanasi suasana. Oleh karena itu, lanjut Daud, dirinya sangat mengharapkan agar para pemuda dari kedua komunitas yang umumnya berstatus mahasiswa dapat menahan diri dengan tidak mempercayai isu-isu yang beredar.

Ia juga mengharapkan, agar tawuran yang terjadi pekan lalu tidak terulang lagi. Para mahasiswa diharapkan dapat bersama dan damai meskipun mereka terdiri dari berbagai suku dan agama.(riflan hayon)

Komentar Anda?

Related posts