Kupang, seputar-ntt.com – Tahun 2025 ini, Gereja Katolik Stasi ST. Petrus Manulai akan merayakan 25 tahun berdirinya di Kota Kupang. dengan tema, Bersyukur, Bertumbuh dan Menjadi Berkat, umat disana akan mensyukuri karya Tuhan di Tengah umatnya, bagimana sejarahnya? Kita ikuti penuturan Vincent Mone yang menjadi umat di Gereja Katolik Stasi ST. Petrus Manulai.
Umat Katolik sudah berada di wilayah Batuplat dan Manulai II sejak tahun 1990 mereka tergabung dengan Kelompok Umat Basis (KUB) Bakunase. Seiring berjalannya waktu umat terus berkembang di wilayah Batuplat, bahkan sampai Manulai II, maka tahun 1997 di mekarkan menjadi sebuah Kelompok Umat Basis di Batuplat bernama Santa Petra (mencakupi wilayah Amnesi Labat, Batuplat dan Manulai II ). Pada pembentukan KUB Santa Petra mempunyai 23 Kepala Keluarga. Yang menjadi Hambatan umat kala itu dalam merayakan Ekaristi karena jarak serta kendaraan umum yang minim terutama saat Indonesia terjadi krisis moneter, kerusuhan tahun 1998, maraknya pemalakan liar dan situasi yang tidak kondusif kala itu, sehingga umat sangat sulit untuk mengikuti Perayaaan Misa seperti Malam Paskah atau Malam Natal. Adapun umat yang mengikuti pulangnya pasti jalan kaki sejauh 10 KM bahkan lebih.
Pada tahun 1999 pengurus KUB kala itu mengusulkan kepada Pastor Paroki Santu Yoseph Naikoten Kupang, Pater Yulius Bere, SVD (Alm) untuk mendirikan sebuah Kapela di Batuplat tapi belum mendapat jawaban. Baru pada kunjungan Pastoral Pastor Paroki di Bulan November tahun 2000 memberikan jawaban untuk melayani kami di wilayah Batuplat dan Manulai II. Sebuah teras rumah Ketua KUB Santa Petra kalah itu Bapak Nikolaus Wangu (Alm) menjadi tempat umat merayakan Ekaristi pada setiap minggu Sore. Nama Kapela Stasi Santu Petrus Batuplat disematkan oleh Pater Yulius Bere, SVD (Alm) karena nama Batuplat di artikan dengan Batu karang yang teguh yakni Santu Petrus. Perayaan ekaristi kala itu berlangsung selama 4 pekan dan di malam Natal umat kembali mengikuti parayaan Misa di pusat Paroki. Setelah Tahun Baru 2001, umat mengadakan rapat dan memutuskan untuk pindah ke sebuah rumah kosong milik umat asal Ende, bapak Theodorus Bari. Pada tanggal 7 Januari 2001 umat sudah merayakan ekarisiti pada kapela sementara yakni rumah umat yang direnovasi berukuran 5X8 meter. Kapela sementara ini tidak berlangsung lama ditempati karena sudah tua dimana sebagian dindinganya sudah lapuk dan perlu di renovasi total. Seijin pemilik tanah kala itu bersama Pater Marianus Petu, SVD (alm) dan umat Santa Petra melakukan revorasi selama dua bulan, maka jadilah kapela sementara yang berukuran 8X12 meter.
PEMEKARAN KUB DAN PEMBANGUNAN GEREJA
Perkembangan umat setiap tahunnya terus bertambah dari 23 KK 1998, kemudian pada tahun 2003 sudah mencapai 41 Kepala Keluarga dengan 157 Jiwa. Atas inisiasi ketua Dewan Pastoral Stasi Bapak Aloysius Nawa (Alm) (2000-2006) maka di mekarkan menjadi tiga KUB yakni KUB Santa Petra, KUB Santu Petrus dan KUB Santu Fransiskus Asisi. Pada tahun 2006 KUB Santu Fraksiskus Asisi dimekarkan lagi menjadi dua, yakni KUB Santa Maria Ratu Pencinta Damai. Dengan perkembangan umat yang sangat pesat Pastor Paroki, P. Yulius Bere SVD (alm) menginisiasi dan membeli sebidang tanah di wilayah Manulai II untuk mendirikan sebuah Gereja dengan Luas sekitar 1 Ha.
Gerak cepat Ketua Stasi Bapak Emanuel Nikmat, (2006 – 2009) membangkitkan semangat umat untuk gotong royong mengerjakan pondasi Footplate setiap minggu sehingga pada 13 Agustus 2008, bisa melakukan perayaan ekaristi dilokasi gereja serta melakukan peletakan batu pertama oleh RD. Antonius Sutarjo Duka (alm), Pastor rekan Paroki santu Yoseph Naikoten. Kegiatan gotong royong terus digelar dan didukung oleh semangat umat, maka tahun 2009 pekerjaan pondasi dan urugan peninggian lantai selesai di kerjakan. Akibat keterbatasan anggaran dan minimnya donatur sehingga terhambat pembangunan selama kepemimpinan Bapak Andreas Jehalu (2009-2012). Umat dengan terbatasan terus melakukan pengerjaan sampai pada sloof bagian bawah dan kolom keseluruhan setinggi 3 meter.
Tahun 2012 setelah pergantian kepengurusan stasi dibawah kepemimpinan bapak Vincent Mone Riwu, (2012-2015) melakukan kolaborasi ide dan gagasan bersama umat KUB Santu Fransiskus Asisi dengan membuat suatu gebrakan yakni Kotak Ujud syukur yang di bagi ke setiap umat untuk diisi setiap hari dengan nilai minimal Rp. 1.000,-. Awalnya terjadi pro dan kontra di kalangan umat, tapi karena keterpanggilan jiwa serta kerinduan umat akan tempat Misa yang nyaman umat memberi dari kekurangannya, maka pada 12 April 2012 Panitia Pembangunan yang diinisiasi Bapak Lukas Nikolaus Mau dan Bapak Agustinus Kopong Bahon, meminta Gubernur NTT Bapak Frans Leburaya bersama Forkopinda Prov. NTT melakukan kunjungan serta merayakan ekaristi bersama yang di pimpin Pater Sebast Wadjang, SVD. Alhasil, umat stasi mendapatkan kado dana pembagunan dari kantong pribadi dan Forkopinda yang hadir. Selama tiga tahun, Stasi dan Panitia Pembangunan serta umat terus bekerja, sehingga pada tahun 2015, umat sudah pindah dari Kapela sementara di Batuplat ke Gereja yang baru di Manulai II.
Pada tahun 2015 sampai 2018, pada masa kepemimpinan Bapak Agustinus Kopong Bahon, Gereja Katolik Stasi Santu Petrus Manulai II didedikasikan oleh YM Uskup Agung Kupang Mgr. Petrus Turang, Pr. (Alm) tepatnya, 24 Juni 2018. Disisi lain perkembangan umat juga terus berjalan sehingga dimekarkan lagi KUB Santa Maria Bunda Orang Miskin dari KUB Santa Maria Ratu Pencinta Damai Pada tahun 2016. Kemudian, KUB Santu Fransiskus Asisi di mekarkan menjadi empat KUB Yakni KUB Asisi, KUB Santu Antonius Maria Zakaria, KUB Santu Yohanes Dari Salib & KUB Beato Mikael Rua.
Tahun 2019 dilakukan pemekaran KUB Santu Petrus dengan KUB Santu Andreas Rasul dan KUB Santu Petrus mengubah nama menjadi KUB Santu Petrus Rasul dan KUB Santa Petra Menjadi KUB Santa Petronela .
Tepat pada tanggal 11 Maret 2022 melalui SK Uskup Agung Kupang, Stasi Manulai II mendapatkan seorang Pastor yang menetap di Stasi yakni RD. Yohanes Kartiba. Pada tahun 2024 ada tambahan KUB Santa Maria Bunda Allah yang mekar dari KUB Santa Maria Bunda Orang Miskin dan KUB Mater Dolorosa Mekar dari KUB Santa Maria Ratu Pencinta Damai. Pada tahun 2025 Gereja Katolik Stasi Santu Petrus Manulai 2 memasuki usianya ke 25 Tahun dan tercatat Stasi ini memiliki 11 Kelompok Umat Basis, 342 Kepala keluarga dan 1.404 jiwa. Puncak Syukuran 25 Tahun terjadi tanggal 15 Juni 2025.
Pastor Paroki sejak Stasi ini berdiri yakni, P. Yulius Bere, SVD (Alm), RD. Dominikus Faot (Alm), P. Sebast Wadjang, SVD, P. Dagobertus Sota Ringgi, SVD & RD. Yohanes Rusae.
Dewan Pastoral Stasi sejak Stasi berdiri yakni, Aloysius Nawa (2000-2006), Emanuel Nikmat (2006-2009), Andreas Jehalu (2009-2012) Vinsensius Mone Riwu (2012-2015) Agustinus Kopong Bahon (2015-2018) Matheus Moi Benidau (2018-2025).
Kelompok Umat Basis sejak Stasi berdiri yakni, KUB Santa Petronela, KUB Santu Fraksiskus Asisi, KUB Santu Petrus Rasul, KUB Santa Maria Ratu Pencinta Damai, KUB Santa Maria Bunda Orang Miskin, KUB Santu Antonius Maria Zakaria, KUB Santu Yohanes Dari Salib, KUB Beato Mikael Rua, KUB Santu Andreas Rasul, KUB Mater Dolorosa & KUB Santa Maria Bunda Allah.
Keterlibatan umat stasi dalam liturgi dalam usia ke 25 tahun sangat baik karena kesiapan umat KUB dalam Koor, baik hari minggu biasa maupun hari raya besar. Begitu juga dengan Misdinar, Lektor serta petugas lain. Juga dalam perkembangannya, Legio Maria terus mengalami kemajuan sejak berdirinya pada tahun 2005, Legio Maria di stasi ini sudah tiga presidium, begitu juga dengan WKRI ranting Manulai II, Paduan Suara Anak-anak Sekami, Paduan Suara Bapak-bapak Stasi, KUB serta Paduan Suara Ibu (Kaum Wanita).
Sebuah Biara juga sudah ada di Manulai II yakni Biara RCM yang berkedudukan di Spanyol sejak tahun 2020, konsentrasi mereka pada bidang pendidikan dari TK sampai Tingkat SMA.
Stasi Manulai II juga sudah melahirkan empat Orang Imam RD. Paulus Ito Bari Tahbisan Imam, 02 Februari 2021, P. Aurelus Maurice Nikmat, SVD Tahbisan Imam, 01 Oktober 2022, P. Raymon Maurus Ngatu, MSA Tahbisan Imam, 18 Juni 2024, RD. Hironimus Jogo Nani Tahbisan Imam, 22 November 2024.
Perkembangan ini akan terus menerus meningkat setiap tahunnya sejak di bangunnya Rumah Sakit Umum Pratama dr. Ben Mboi dan SMA Negeri 13 di wilayah Manulai II.
Penulis : Vincent Mone Riwu – Umat Stasi Santu Petrus Manulai II