Tour de Flores, Menari Di Atas Negeri Keajaiban Dunia

  • Whatsapp

Oleh: Melky Pantur

0852-3913-4340
Event Tour de Flores yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata RI mulai 16-26 Mei 2016 yang bermula dari Larantuka dan berakhir di Labuan Bajo menggemparkan masyarakat Flores yang tengah menanti sebuah peristiwa besar untuk mengangkat pariwisata Flores.

Tentu ini sebuah kesempatan emas yang takterbantahkan. Ibarat daerah tanpa promosi laksana emas murni terpendam kekal di dasar samudera, maka saatnya melalui Tour de Flores akan mengangkat keemasan Flores sampai pada kejayaannya.

Tour de Flores, menari di atas negeri keajaiban dunia adalah representasi dari keindahan Flores yang mempesona, baik alam, budayanya maupun religiusnya dengan mana melalui para cycle racing dan touring yang berlenggang lenggok di atas negeri yang memiliki jualan wisata eksotik yang go internasional itu.

Beberapa hal yang eksotik dan menarik tersebut, sebut saja Penangkapan Ikan Paus Tradisional di Lembata, Prosesi Semana Santa di Flores Timur, Danau tiga warna atau Kelimutu di Ende, Kampung Bena di Ngada, Wae Rebo di Manggarai, Lodok Cara dan Meler di Manggarai, termasuk Komodo di ujung barat Pulau Flores yaitu di Kabupaten Manggarai Barat dapat membawa Flores ke tengah dunia dan dunia ke tengah-tengah Flores.

Inilah harapan itu, Flores akan menjadi pulau untuk berwisata. Dan tentu, Flores bukanlah sebuah negeri anonim, yah negeri tanpa arti tetapi sebaliknya justru memiliki makna yang sangat dalam.

Sebutan Latin nomen et omen (nama adalah tanda) juga ditunjukkan oleh pulau berbentuk ular itu. Tanda itu bagi Flores sudah dijumpai sejak nenek moyang.

Flores atau Pulau Bunga pertama kali diberikan oleh orang Portugis yang mereka sebut sebagai Copa de Flores atau diterjemahkan sebagai Tanjung Bunga. Copa de Flores tersebut oleh orang Inggris disebut sebagai Cape of Flowers, Tanjung Bunga.

Namun Negeri Ular ini memiliki nama asli, yaitu Nusa Nipa. Nusa artinya pulau, Nipa artinya ular. Daerah Manggarai raya yang merupakan bagian dari Pulau Flores justru memberi nama negeri mereka sebagai Nuca Lale. Nuca artinya pulau, Lale artinya ular. Ular tersebut disebut nepa karena lale juga dimengerti sebagai ular. Ular tersebut berwarna batik atau sejenis ular sanca.

Orang Manggarai juga menunjukkan Lale sebagai haju lale atau pohon sukun karena Lale bisa diartikan sebagai sukun. Uniknya, di Manggarai, di Nuca Lale, khususnya di Welak-Lembor, Manggarai Barat terdapat sebuah tempat wisata yang disebut dengan Istana Ular. Di Istana Ular tersebut terdapat berbagai jenis ular dan di sanalah pusat ularnya di Flores. Lalu, Flores disebut Nusa Nipa karena di mana ada pohon sukun di situ, di sana ada kesuburan. Itulah Flores.

Dalam sejarah lahirnya Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia, Presiden RI pertama, Ir. Soekarno saat dibuang ke Ende oleh Pemerintahan Kolonial Belanda tahun 1934-1938 memilih pohon sukun atau Lale sebagai tempat bersemedi.

Di bawah Lale yang berlokasi di Ende, Ir. Soekarno terbersit inspirasi untuk menemukan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di tempat itu, seakan Nusa Nipa adalah negeri inspirasi sejarah yang mana Pancasila mulai berkecambah.

Uniknya, Pancasila atau lima sila juga ada di Flores terutama di Manggarai. Bagi orang Manggarai, Pancasila ditunjukkan melalui filosofi dasar: gendang onen lingkon pe’ang atau mulai dari rumah tinggal hingga kebun.

Filosofi ini terdiri dari Mbaru Gendang sebagai mbaru bate kaeng (Rumah adat sebagai rumah tempat tinggal), natas bate labar (alun-alun untuk bermain), compang bate dari (mezbah persembahan dan tempat meminta berkat), uma bate duat (lingko atau kebun untuk bercocok tanam), dan wae bate teku (mata air sumber kehidupan).

Falsafah ini sangat melekat kuat dengan keseharian kehidupan orang Flores, orang Manggarai khususnya terutama dalam acara penti (syukuran panenan) dan acara congko lokap (syukuran pembangunan rumah adat dengan menyembelih seekor hewan korban kerbau jantan yang tambun di alun-alun dekat mezbah adat) dan paki jarang bolong (penyembelihan hewan kurban berupa kerbau jantan hitam di kampung adat).

Flores sebagai pulau destinasi wisata dunia memiliki objek wisata yang masuk dalam The New 7 Wonders (tujuh keajaiban dunia), salah satunya adalah Varanus Komodo yang hidup di Pulau Komodo dan Rinca.

Tidak hanya mendapat predikat The New 7 Wonders, Komodo pun masuk dalam daftar 10 Destinasi Wisata Nasional yang ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata 2015. Namun, Komodo didukung pula oleh destinasi wisata lainnya di Flores.

Flores, khususnya di Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai Timur, seperti permainan Caci, Lodok dan Penti sudah menjadi warisan budaya nasional tak benda yang ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata RI. Ini adalah aset orang Flores yang bernilai tinggi dan mesti terus diperjuangkan dan dilestarikan.
Destinasi di Flores

Beberapa ritus budaya, lokasi sejarah dan objek wisata lainnya di Flores, masing-masing kabupaten memiliki penarik tersendiri.

Pertama, Lembata. Lembata sebagaimana diketahui memiliki objek wisata alam, seperti Panorama Pantai Rekreasi Tanah Kreket, Pantai Pasir Putih Waijarang, Sumber Mata Air Panas Sabutobo, Dapur Alam Karun Watuwawer, Sumber Mata Air Panas Adum, Sumber Mata Air Panas Lebalimut, Pulau Pasir Putih Awelolong dan Awololong, Budaya Tradisional Penangkapan Ikan Paus di Desa Lamalera, Rumah Adat dan Ritus Pesta Kacang Jontona, Pantai Pasir Putih Mingar, Pantai Lewolein, Air Terjun Atawuwur, Pantai Pasir Putih Bean, dan Tempat Wisata Rohani Gua Maria Lewoleba.

Kedua, Flores Timur. Destinasi wisata tak benda di Flores Timur dikenal dengan wisata rohani Paskah Semana Santa yang usianya sudah 500 tahun peninggalan bangsa Portugis. Objek wisata, di antaranya: Makam Mgr. Gabriel Manek, SVD, Istana Raja Larantuka, Sisa Peninggalan Portugis, Desa Adat Lewolena, Tenun Ikat, Pantai Eksotik (Oa, Meka, Ina Barak), dan lain sebagainya

Ketiga, Sikka. Objek wisata di Sikka, di antaranya Pantai Koka, wisata selam dan pantai di Kojogete, Pulau Pangabatang, Pulau Babi, Pantai Tanjung, dan Pantai Paga. Wisata lanskap dan saujana (ekowisata), seperti Gunung Api Egon dan Gunung Kimangbuleng. Wisata budaya dan rohani, seperti Gereja antik peninggalan Portugis di Lela, Bukit Maria Nilo, Katedral St. Yoseph Maumere termasuk Regalia peninggalan Raja-raja Sikka.

Keempat, Ende. Destinasi di Ende yang sangat mendunia adalah Danau Kelimutu atau danau tiga warna. Lokasi lainnya, kerikil hijau di Pantai Penggajawa, Kerajinan Tenun Ikat, Museum/situs rumah pengasingan Bung Karno (1934-1938), pantai pasir putih di Wolotopo, dan tempat kura-kura dan penyu bertelur.

Kelima, Nagekeo. Destinasi di Nagekeo, di antaranya Kampung Adat Tutubhada, Kampung Adat Boawae. Objek lainnya, pasir putih Nangateke, pantai Kotajogo, situs prasejarah Stagedon Olabula, situs peninggalan perang dunia II (gua dan bunker jepang), pesona Desa Tonggurambang, Pantai Maropokot, tenun ikat, tarian daerah, tradisi musik bambu. Atraksi budaya yang populer adalah tinjau tradisional (E’tu).

Keenam, Ngada. Destinasi wisata Ngada, seperti Rumah Adat Kampung Bena, kampung tua dan megalitik Wogo, Taman Laut Nasional 17 pulau Riung (mawar laut, terumbu karang, pulau pasir putih, kadal raksasa Varanus Riungensis, Pulau Kelelawar Onto Loe, pemandian air panas Mengeruda, ekowisata Lekolodo, pantai pasir putih Waewaru, upacara adat Reba.

Ketujuh, Manggarai Timur. Destinasi Manggarai Timur, di antaranya air terjun Cunca Rede dan air terjun Cunca Cuar, gua alam Liang Toge, batu megalitik Watu Rongga, pantai Laing Lewe, mata air panas Rana Mese dan Rana Moko, kampung tua Benteng Empo, ritual adat Compang Pembe, Cepi Watu, Poco Ndeki, Wae Wual, Poco Ranaka, Cingcoleng Werwitu, Gereja Lengko Ajang, Rana Kulan, Pong Dode, juga teratai tonjong di Pota.

Kedelapan, Manggarai. Destinasi wisata di Manggarai, di antaranya: Gua Maria Golo Curu, Sumber Mata Air Pong Panas, Liang Bua, Torong Besi, Compang Cibal, Ruteng Pu’u, Lodok Cara, Lodok Meler, Cunca Lega, Inembele, Nuca Molas, Kampung Pongkor, Kampung Adat Todo, Kampung Narang, Wae Rebo, Gendang Cumpe, Weri Ata, Tradisi dan menyembelih hewan kurban sapi di Repok. Budaya tak benda di antaranya Caci, Lodok dan Penti. Ritus lainnya, Roko Molas Poco.

Kesembilan, Manggarai Barat. Sementara di Manggarai Barat terdapat Komodo, Pulau Komodo, Pulau Rinca, Gili Motang, Sano Limbung, Sano Nggoang, Pulau Longos, Poco Kuwus, Pink Beach, Kuburan Nggerang di Ndoso, Warloka, Selat Mulo, Golo Mori, Mbeliling, Cunca Cekas, Cunca Durang, Poco Lesu, Watu Ompu, Watu Timbang Raung.

Itulah keindahan paras yang ditampilkan oleh Flores sebagai Pulau Bunga, pulau yang memiliki sejuta keunikan. Keunikan alam, keunikan rohani, dan keunikan budaya.

Misalnya di Ruteng Manggarai, dari sisi rohani, Ruteng terkenal dengan Kota Seribu Biara, Ruteng Kota Sejuta Rumah Adat dengan memiliki 32 rumah adat (Gendang), Kota Sejuta Mata Air, Kota Budaya, Kota Dingin dan Kota Bambu. Melalui Tour de Flores, semua kekayaan itu bisa terangkat ke publik begitupun kabupaten lainnya di Flores.

Sajian objek wisata, ritus, budaya dan sejarah mulai Larantuka hingga Labuan Bajo membuat Flores semakin disayang dan disanjung-sanjung di mata dunia apalagi empat hal yang paling unik yang sukar dijumpai di belahan dunia lain, seperti Lodok, Komodo, Wae Rebo, dan Kelimutu termasuk Caci dan Penti, Congko Lokap, Paki Jarang Bolong yang merupakan warisan asli Flores.

Menariknya pula, para Tour de Flores akan menari-nari di atas keramik hitam dengan lika likunya tikungan, tanjakan, menurun ditemani kondisi daerah panas dingin sepanjang 743 km selama lima etape. Larantuka hingga Ende, peserta bakal ditemani udara panas.

Memasuki Ngada, Bajawa peserta akan dihembusi udara yang sejuk, Aimere-Borong peserta kembali ditemani susana panas, dan keluar dari Borong hingga Ruteng-Nte’er bahkan memasuki Lembor. Lembor hingga ke Labuan Bajo peserta akan disirami udara yang sejuk dengan angin sepoi-sepoi basah.

Sepanjang perjalanan, sejauh mata memandang peserta akan disuguhi pula dengan jambrudnya Flores, bentangan alam yang indah, relung-relung gunung dan sungai-sungai dan kali yang putih bening mulai dari Larantuka hingga Labuan Bajo bahkan peserta akan terkesima dengan ribuan gugusan pulau kecil yang melingkarinya.

Saking cantiknya Flores, peserta pun akan semakin terkesima dengan warganya yang ramah dengan tamu, akan tampak gigih putih dengan senyuman bibir khas Flores yang mempunyai daya pikat yang tinggi untuk berteman. Flores amat dikenali dengan wisata manusianya yang ramah.

Di masing-masing etape, peserta akan melihat upacara penerimaan tamu ala Flores dengan kekhasan budayanya bahkan para peserta akan dicengangkan saat mendengar bahasa daerah di tiap-tiap kabupaten. Meski luas Flores hanya 14.300 km² dengan memiliki 9 kabupaten namun bahasa daerahnya berlimpah ruah dengan dialek-dialek yang khas.

Dengan dijalankannya Tour de Flores, pariwisata dan ekonomi rakyat Flores dapat meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu, pembangunan di berbagai sektor bisa naik, baik infrastruktur jasa dan konstruksi, pariwisata dan kunjungan wisata, pendidikan, indeks pembangunan manusia, kesehatan, pertanian, peternakan, kelautan, transportasi, ekonomi kreatif, menurunnya penggangguran dan angka kemiskinan, perdagangan, termasuk Pendapatan Domestik Rasional Bruto per kapita semakin menjanjikan tiap tahunnya.

Itulah harapan besar Tour de Flores menjanjikan di segala bidang. Kerjasama dan kerja keras semua pihak, baik material maupun non marerial berupa sumbangsih pikiran bakal membawa Flores jauh lebih maju ke depannya, semakin diakui dan bergengsi di mata internasional.

Makna Tour de Flores*

Tour de Flores adalah permulaan dari sebuah kebangkitan ekonomi baru. Tour de Flores adalah tunas kecambah yang tengah mulai bertumbuh di tengah padang pasir yang panas kering dan badai. Tour de Flores adalah sel menghidupkan di antara sel-sel yang mati. Tour de Flores adalah senyawa baru yang membawa perubahan. Tour de Flores adalah jarum yang mengikat benang baru di antara kain-kain yang robek tak karuan.

Tour de Flores adalah juru kunci di tengah kegalauan. Tour de Flores adalah angin sepoi-sepoi di ruang yang hampa. Tour de Flores adalah secerca sinar dalam kegelapgulitaan. Tour de Flores adalah lonceng pagi yang gemerincing membangunkan kesadaran keteraturan. Tour de Flores adalah adonan manis di tengah kepahitan. Tour de Flores adalah hakim yang mulai adil. Tour de Flores adalah anak yang tengah melatih merangkak untuk berjalan sendiri.

Tour de Flores adalah angin sepoi-sepoi basah di tengah terik kepanasan. Tour de Flores adalah buah segar pelepas dahaga. Tour de Flores adalah magnet yang menggerakkan. Tour de Flores adalah pena yang dipegang untuk menulis sebuah kisah kebangkitan baru. Tour de Flores adalah awal sebuah kisah sejarah. Tour de Flores adalah ranting yang menghasilkan buah pada pohon sukun.

Tour de Flores adalah riakan-riakan kecil samudera yang terlepas dari gulungan ombak besar yang menghanyuttenggelamkan. Tour de Flores adalah sinar mercusuar di tengah kegelisahan.

Tour de Flores adalah gelembung-gelumbung air di tanah yang lama kering. Tour de Flores adalah hujan di awal musim tanam. Tour de Flores adalah sang surya yang bersinar di musim tuai. Tour de Flores adalah suhu panas di musim salju. Tour de Flores adalah obat penawar dari karacunan dan penderitaan sakit yang panjang. Tour de Flores adalah tabib ajaib di tengah sampar yang menggerikan. Tour de Flores adalah orang Samaria yang baik hati.

Tour de Flores adalah pengusir gulma dan hama di musim tanam. Tour de Flores adalah suara yang tegas lantang di tengah kelesuan publik. Tour de Flores adalah Roh yang menghidupkan dari kefanaan. Tour de Flores adalah purnama di tengah kegelapan malam. Tour de Flores adalah dian yang mulai bercahaya menerangi semua orang. Tour de Flores adalah garam pelepas hambar. Tour de Flores adalah benih bibit yang tumbuh di musim kering.

Tour de Flores adalah firman spirit di tengah keletihan dan keputusasaan. Tour de Flores adalah jarum suntik berisi penawar yang membawa kesembuhan. Tour de Flores adalah mata pikiran yang mulai menembus celah-celah dari benteng-benteng pekat cakrawala alam semesta. Tour de Flores adalah busur yang membidik tepat sasaran.

Tour de Flores adalah singa yang meraung-raung tanda peringatan akan bahaya. Tour de Flores adalah burung-burung yang berkicau di subuh hari tanda fajar akan segera mulai menyingsing. Tour de Flores adalah penyiang gulma di tanaman tak subur.

Tour de Flores adalah kompas yang membawa pada tujuan. Tour de Flores adalah pupuk yang menghasilkan buah tanaman yang ranum. Tour de Flores adalah titik-titik hujan di tengah kemarau yang panjang. Tour de Flores adalah media inspirasi semangat juang muda.

Tour de Flores adalah bunga teratai tonjong yang bermekar tanpa musim. Tour de Flores adalah anggur baru di kantung yang baru. Tour de Flores adalah aufklarung baru pada peradaban yang baru. Itulah makna dari Tour de Flores. Ayo! Mari dukung Tour de Flores 2016.
Tulisan ini dibuat, Minggu (15/5/2016)

Komentar Anda?

Related posts