Titu Eki : Kerjasama NTT dan DKI Dikuatirkan Tidak Berlangsung Lama

  • Whatsapp

Oelamasi, seputar-ntt.com – Kerjasama Provinsi NTT dan DKI Jakarta tentang pengembangan ternak sapi untuk penyediaan kebutuhan daging di Jakarta dikuatirkan tidak akan berlangsung lama. Pasalnya, selama ini belum ada kebijakan dari Pemerintah terkait pengembangan ternak di NTT. Akibatnya, ketika daging Sapi makin dibutuhkan maka ketersediaan daging akan terus berkurang dan suatu ketika bukan tidak mungkin ketersediaan daging Sapi tersebut akan habis dari bumi Flobamora.

Bupati Kupang, Drs. Ayub Titu Eki, mengatakan hal ini ketika dimintai tanggapannya terkait penandatanganan MoU Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya dan Gubernur DKI Jakarta, Jokowi tentang pengembangan ternak sapi untuk penyediaan kebutuhan daging di Jakarta di Desa Ponain baru-baru ini.

“Porgram intensifikasi pangan harus menjadi program prioritas karena seperti orang yang mau membangun rumah maka dasarnya harus kuat dulu. Kalau tidak kita kerjasama dengan pihak luar nanti berjalan hanya 2 atau 3 bulan saja dan setelah itu macet,” kata Bupati Titu Eki disela-sela kegiatan bulan bakti gotong royong tingkat Kabupaten Kupang di Desa O’haem 1 Kecamatan Amfoang Selatan, Kamis (1/5/2014).

Menurut Bupati Titu Eki, jika Pemda NTT ingin mengembangkan ternak tidak cukup dengan mengembangkan ternak seperti yang dilakukan masyarakat saat ini. Sebab jika ternak di NTT mau berkembang baik maka yang perlu dilakukan adalah pengembangan pakan ternak. Pengembangan pakan ternak hijau saja tidak cukup tetapi harus dengan pengembangan konsentrat.

Karena itu, ketika dirinya mengikuti kegiatan NTT investment day di Jakarta, banyak pengusaha yang ingin menjadikan Kabupaten Kupang sebagai proyek pengembangan jagung supaya nantinya bias dikirim ke Jawa. Namun ketika itu dirinya tidak terburu-buru melakukan penandatanganan MoU dengan pengusaha tersebut namun dirinya meminta pengusaha tersebut membangun pabrik pakan di Kabupaten Kupang. Dengan begitu, jagung dapat dikembangkan dan ternak yang ada di Kabupaten Kupang juga dapat berkembang dengan baik.

Dijelaskan, kondisi NTT berbeda dengan Negara Australia, dimana jumlah penduduk Australia lebih sedikit dengan jumlah ternak yang dipelihara. Sebaliknya, jumlah penduduk NTT saat ini jauh lebih banyak dari jumlah ternak yang ada dan untuk memenuhi kebutuhan setiap hari akan daging saja dirasa masih kurang, apalagi harus dikirim ke luar daerah. Karena itu, apakah ternak mau diandalkan sebagai komoditi unggulan?

“Kita mau makan saja tidak cukup apalagi mau eksport ke luar. Dengan sendirinya pasar akan terbuka kalau ternaknya berlimpah,” tandas Bupati Titu Eki.

Ditegaskan, membuat dan menandatangani MoU itu gampang tetapi kontinuitas atau keberlanjutan tidak berlangsung lama maka akan melahirkan ketidakpercayaan. Karena itu, agar keberlanjutan pengiriman daging Sapi ke luar daerah tersebut dapat berlangsung lama maka Pemerintah harus memikirkan secara serius tentang intensifikasi pakan ternak itu.
“Ini kalau kita mau sukses mengembangkan daerah ini sebagai gudang ternak,” ujarnya.

Sebelum merdeka, kata Bupati Titu Eki, Sapi asal NTT seperti yang tertulis dalam buku The Timor Problem, telah dieksport ke Singapura dan China. Bahkan saat eksport perdana, Sapi yang dikirim mencapai 3000 ekor. Sayangnya, akibat pabrik pakan ternak yang batal didirikan ketika itu membuat jumlah Sapi di daratan Timor terus berkurang karena Sapi-sapi yang ada terus dikirim ke luar negeri.

Lebih jauh dijelaskan, selama ini eksport Sapi ke Jawa dalam skala kecil telah berlangsung tapi jika MoU yang ditandatangani Gubernur NTT dengan Gubernur DKI Jakarta baru-baru ini berkaitan dengan pengiriman daging maka hal tersebut hanya merubah bentuk pengiriman saja tetapi tidak menambah kuantitas daging yang dikirimkan dan dampaknya kepada masyarakat. Padahal Pemerintah baru bisa dikatakan berhasil jika Sapi ataupun daging yang dikirim ke Jawa tersebut bisa mendatangkan perubahan ekonomi kepada masyarakat.

“Sapi boleh pergi tapi kehidupan masyarakat juga harus lebih baik. Suksesnya kita itu dilihat dari berkembangnya ekonomi masyarakat bukan orang makan daging Sapi. Karena sebelum zama kemerdekaan dulu, orang Singapura dan China sudah makan daging dari daerah ini,” pungkas Bupati Titu Eki.

Untuk diketahui Pemerintah Provinsi NTT dan pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Selasa, (29/4/2014) lalu melakukan penandatanganan nota kesepahaman bersama atau MoU tentang pengembangan ternak sapi untuk penyediaan kebutuhan daging di Jakarta.

Gubernur NTT, Frans Lebu Raya mengatakan DKI Jakarta memiliki potensi untuk pemasaran kebutuhan daging, dan NTT memiliki potensi ternak sapi, sehingga diantara dua daerah ini saling membutuhkan untuk memenuhi kebutuhan daging di pasar DKI itu. (sho)

Komentar Anda?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *