Kupang, seputar-ntt.com – Dalam rangka menyiapkan pembiayaan bagi anak-anak NTT yang ingin mengikuti program pendidikan vokasi di Jerman, Bank NTT bersama Dinas Pendidikan dan Global Katalyst melakukan perjanjian Kerjasama (PKS).
Penandatangan Kerjasama yang dilaksanakan di Aula El Tari Kupang, pada Rabu, (16/8/2023) tersebut saksikan oleh Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi, Anggota DPR RI dari Fraksi Nasdem, Juli Soetrisno Laiskodat, Penjabat Wali Kota Kupang, George Melkianus Hadjoh, para guru dan kepala sekolah serta ratusan pelajar SLTA di Kota Kupang.
Direktur Utama Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho dalam sambutannya mengatakan, sebagai bank pembangunan daerah, maka Bank NTT, tidak hanya mengurus sektor ekonomi semata, tapi juga perlu menyiapkan SDM yang mumpuni untuk mengelola sumberdaya alam yang ada di NTT.
“Tantangan terbesar NTT untuk menuju bangkit dan sejahtera adalah sumber daya manusia. Banyak Perguruan tinggi dan orang-orang hebat, tetapi belum mampu mendorong secara kualitas, bagimana anak muda berkontribusi secara luar biasa mengelola potensi-potensi yang ada di NTT,” kata Alex Riwu Kaho.
Dia mengatakan, menggali potensi di NTT merupakan salah satu tugas Bank NTT sebagai bank pembangunan milik rakyat NTT. Potensi-potensi yang tersebar di setiap wilayah belum mampu dikelola secara maksimal untuk kemajuan daerah lantaran minimnya ilmu pengetahuan. Untuk itu, Bank NTT bersedia memberi kredit bagi anak-anak NTT yang ingin mengikuti pendidikan vokasi ke negeri Jerman.
“Menggali potensi daerah adalah salah satu tugas bank NTT. Itu karena SDM dan teknologi yang belum maksimal dan terbatas sehingga belum mampu mengelola setiap potensi yang dimiliki oleh NTT. Pemerintah NTT memiliki perhatian besar dan memberi kesempatan bagi anak-anak yang sudah lulus untuk diberi kesempatan untuk kuliah sdambil bekerja di luar negeri,” kata Alex.
Alex Riwu Kaho berharap, anak-anak yang mengikuti Pendidikan vokasi ke Jerman, akan memiliki ilmu dan ketrampilan yang akan diaplikasikan di NTT. Dengan Pendidikan luar negeri yang baik dan memiliki ketrampilan, potensi yang ada di NTT akan bisa digarap oleh anak-anak NTT sendiri setelah memiliki ketrampilan yang mumpuni dari luar negeri.
“Harapannya, mereka akan memiliki ilmu dan bisa mengaplikasikan saat pulang ke NTT. Saat ini, berbagai kekurangan akan diperbaiki, terutama terkait SDM yang ada. Bagi yang lulus persyaratan, mereka akan ke Jerman dan nantinya mereka bisa mandiri setelah memiliki pekerjaan dengan pemdapatan yang baik. Saat pertama diajak oleh Ibu Julie, tugas kami tidak hanya membangun ekonomi tapi juga membangun SDM dan pendidikan anak NTT. Kita harap program vokasi ini bisa diakses oleh anak-anak NTT,” pungkas Alex.
Wakil Gubernur NTT, Josef Adrianus Nae Soi pada kesempatan tersebut memberi semangat kepada ratusan pelajar SLTA yang hadir, untuk memiliki semangat dan mimpi dalam meraih masa depan yang lebih baik. Hanya dengan kemauan dan tekad yang kuat, seesorang bisa menata masa depan yang cerah.
“Anak- anak NTT harus bisa belajar dan bekerja di Jerman. Orang selalu bilang kita termiskin dan karena itu anak-anak NTT harus buktikan bahwa anak-anak NTT mampu belajar dan bekerja di Jerman. Gubernur dan wakil gubernur adalah anak dari kampung dan miskin, tapi saat ini bisa berada pada posisi ini ada proses panjang yang dialami. Sekolah di luar negeri tidak sama dengan sekolah di dalam negeri. Demikian juga dengan dunia kerja. Anak NTT harus berani go internasional,” tegas Josef Nae Soi.
Direktur PT Mahakam Anargya Samagata yang juga pimpinan Global Katalyst, Doddy Primanda Kadarisman mengaku kaget dengan sambutan yang luar biasa dari pemerintan provinsi NTT serta para pelajar. Dia menjelaskan, saat ini sudah ada 4 provinsi yang bekerja sama dengan Global Katalyst dalam rangka Pendidikan vokasi ke Jerman.
“Saya kaget, dengan sambutan luar biasa dari Pemprov NTT. Saat ini sudah ada 4 provinsi yang sudah kerjasama. Situasi Jerman saat ini menjadi negara industri terbesar di dunia bila dihitung dari ekspor dan impor. Industi dan teknologi sangat maju tapi Jerman mengalami kekurangan tenaga kerja dan saat ini membutuhkan 10 juta tenaga kerja sehingga butuh suplai dari luar negeri. Pendidikan di Jerman ada vokasi dan video dan disubsidi oleh pemerintah 100 persen. Jadi anak- anak kita akan kuliah vokasi dan traning industri. Jerman menjadi kiblat pendidikan vokasi,” jelas Doddy. (joey)