Sejenak Bersama Manusia Petarung Bernama Erik Rede di Kota Pancasila

  • Whatsapp
Wakil Bupati Ende, Erik Rede

Ende, seputar-ntt.com – Terik matahari di atas langit Kota Ende pada Selasa, (12/4/2022) begitu menyengat. Padahal jarum jam baru menunjukkan pukul 10:15 ketika kami memasuki halaman kantor Bupati Ende. Angin sepoi dari atas gunung Meja seperti tak berdaya menghadapi hawa panas dari tepi pantai Ipi. Di temani rekan sejawat, Andyos Manu dari Beranda Nusantara, kami dengan percaya diri menaiki tangga yang berhias karpet merah di kantor Bupati Ende. Di welcome desk ada tiga orang yang menyambut kami dengan senyum. Senyuman khas nona Ende, renyah seperti ubi Nuabosi. “Kami ingin bertemu Wakil Bupati,” kata teman saya Andyos. “Oh Pak Wakil ada,” sahut mereka berbarengan. Mereka mengarahkan kami menuju lantai dua di ruangan bagian kanan paling ujung.

Rupanya kami salah masuk ruangan. Kami masuk di ruangan Bupati Djafar Achmad. Sekretaris bupati lalu menanyakan keperluan kami, dia tersenyum sambil menyampaikan bahwa ruangan wakil bupati ada di sebelah. Dengan menahan rasa malu, kami keluar menuju ruangan wakil bupati diiringi senyum geli dari tiga orang yang ada di welcome desk. Samar terdengar, seorang dari mereka berkata, orang dari luar. Ya, kami memang bukan anak Ende. Kami juga baru pertama kali berkunjung ke kantor Bupati Ende. Kebetulan kami mau diterima oleh Wakil Bupati, Erik Rede. Kami juga belum pernah bertemu, hanya berkomunikasi lewat What’sapp. “Adik datang saja di Kantor Bupati. Kita cerita,” demikian pesan WA Erik Rede.

Cuma tiga menit kami menunggu, lalu bel berbunyi dari ruangan Wakil Bupati. Kami dipersilahkan masuk dan bersalaman dengan sosok yang sempat viral beberapa waktu lalu itu. Walau baru bertemu, kami seperti sudah akrab. Seperti sudah lama menyimpan rindu. Dari cara dia bicara hingga gestur tubuhnya yang ramah membuat kami tidak sungkan. Pantas dia memiliki banyak relasi dan disukai masyarakat. Rupanya pembawaan Erik Rede sudah demikian. Mungkin karena dia petarung yang memulai karier dari bawah sehingga sudah terbiasa dengan berbagai tipe dan karakter lawan bicara. Semua dia anggap teman. Tanpa jarak dan tidak kaku.

Kami berbincang mengenai banyak hal. Rupanya politisi Nasdem itu, sangat up to date dengan informasi-informasi terbaru. Dia juga rajin berselancar di media sosial. Pahit getir kehidupan sudah dialami oleh pria dengan nama Lengkap Erikos Imanuel Rede ini. Dia pernah menjadi loper koran untuk memenuhi kebutuhannya. Maklum sebagai anak petani, dia hanya memiliki mimpi yang setinggi langit tanpa didukung oleh kemampuan ekonomi yang memadai. Walau lahir dari rahim petani dan tumbuh besar di desa, tak membuat Erik Rede minder. Dia memiliki nyali yang besar disertai visi yang kuat untuk bisa menjadi pemimpin. Anak Laki-laki yang diterpa dengan kerasnya hidup di Kota Kupang, kini telah berjaya di Kota Pancasila. Mungkin ini baru setengah jalan dari perjalanan politik dan mimpinya melayani rakyat. Yang sisa, hanya Tuhan yang mengetahuinya.

“Saya ini sudah terbiasa dengan hidup susah. Saya sekolah di Kupang dan jauh dari orang tua sehingga saya harus bertarung sendiri untuk hidup. Orang tua hanya petani sehingga saya tidak bisa berharap lebih. Orang lain mungkin hanya melihat kita saat berada di ujung perjalanan, tanpa mereka tahu berapa banyak duri yang telah melukai kaki kita dan membuat jejak darah dalam perjalanan hidup ini. Sebelum dapat burung garuda yang besar ini, saya sudah pernah memasang burung garuda yang kecil di dada saya saat menjadi kepala desa dulu,” ungkap Erik Rede yang pernah menjadi Kepala Desa Nuamuri, Kecamatan Moni.

Tidak heran jika sejak dirinya bertarung menjadi Anggota DPRD Ende pada tahun 2009, dia tetap mendapatkan kepercayaan rakyat hingga Pemilu tahun 2019. Posisi menjadi pimpinan DPRD Kabupaten Ende sebagai Wakil Ketua pernah dia pegang. Walaupun demikian dia tak pernah melayang dengan jabatan yang ada. Layaknya layang-layang yang terbang tinggi, Erik Rede tahu, bahwa simpul tali tempat dia melayang, ada di tangan rakyat. Anak kesayangan Viktor Bungtilu Laiskodat ini, tidak menyangkal jika angin kencang yang menerpa dirinya saat suksesi kursi Wakil Bupati kali lalu, adalah konsekuensi politik yang harus diterima dengan dada lapang tanpa harus menyiapkan rasa benci dalam sanubari. Pemimpin sejatinya harus memiliki hati seluas samudera, yang tak akan meluap jika diguyur dan tidak akan berkurang sekalipun ditimba.

Saat ini kata Erik Rede, dirinya sedang berkonsentrasi mengejar berbagai ketertinggalan serta menata pelayanan yang cepat dan prima bagi masyarakat di Kabupaten Ende. Sebagai seorang wakil bupati kata Erik, dia tidak boleh berada di depan Bupati, tapi berada di samping bupati sebagai koamandan untuk bersama-sama bergerak dalam membangun Kabupaten Ende yang memiliki luas wilayah yang cukup besar di Provinsi NTT setelah TTS. “Jadi Bapak Presiden itu sudah terbang, Gubernur sudah berlari sehingga kita yang ada di Kabupaten, harus berjalan dengan cepat sehingga tidak ketinggalan. Kita akui bahwa masih banyak kerja yang harus kami selesaikan dengan waktu yang tidak terlalu lama ini,” kata Erik Rede.

Saat ini kata Erik Rede, dirinya sedang berkonsentrasi menata pelayanan publik di Kabupaten Ende karena  ada penilaian dari Ombudsman dan juga penilaian kinerja dari Kementerian PAN-RB dimana Kabupaten Ende masuk dalam kategori buruk dalam pelayanan publik. Untuk itu, saat ini pihaknya sedang menyiapkan SDM dan sarana prasarana serta organisasi untuk memperbaiki serta mempercepat pelayanan publik di Kabupaten Ende. “Bapak Wakil Presiden sendiri yang menyampaikan saat berkunjung ke Labuan Bajo bahwa kita di kabupaten Ende masuk kategori buruk dalam pelayanan publik. Dan saat ini kita sedang kejar untuk perbaiki,” papar erik Rede.

Untuk pelayanan kependudukan dan pencatatan sipil jelas Erik Rede, saat ini semua petugas diberi beban kerja lebih dari OPD yang lain. Para petugas dari Dukcapil bekerja 6 hari dalam seminggu dan bahkan harus overtime jika ada pekerjaan yang belum selesai. Selain itu, juga dibantu dengan aplikasi pendukung sehingga mempermudah pencatatan. Hal ini sudah mulai terlihat dimana pelayanan kependudukan dan catatn sipil sudah menuju kearah yang lebih baik. “ Untuk perijinan juga kita sedang kejar di Penanaman Modal dan PTSP. Kita sudah pergi untuk belajar di Kabupaten Badung Bali. Minimal kita bisa mendekati mereka walaupun system yang mereka pakai lebih canggih dari kita. Untuk semua pelayanan publik di Kabupaten Ende kita integrasikan dan terpusat di PTSP,” jelas Erik Rede.

Waktu diskusi dengan Wakil Bupati Ende tak terasa sudah 80 menit. Di ruang tunggu sudah ada beberapa Kepala Dinas yang antri untuk masuk. Kami sudahi saja diskusi bersama Wakil Bupati. Tak sampai hati menyiksa yang lagi antri. Mereka butuh bertemu untuk kepentingan rakyat Ende, sementara kami tidak mau menahan gas yang sedang di tarik oleh Erik Rede. Selamat bekerja untuk rakyat Ende. (Joey Rihi Ga)

Komentar Anda?

Related posts