REFLEKSI PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN

  • Whatsapp
Lay A. Yeverson

Oleh : Lay A Yeverson

Ki Hajar Dewantara mengajarkan kita pada tiga prinsip perubahan yang patut diajarkan yaitu (1) kodrat alam dan zaman, kita berada di alam Indonesia dengan daerah dan alam yang beragam tentu berbeda dengan negara lain yang berbeda pula alamnya, begitu juga dengan zaman pada masa penjajahan dulu akan berbeda dengan saat ini. Tantangan yang dihadapi berbeda pada setiap zaman, sehingga memerlukan perubahan dalam setiap masanya, (2) prinsip perubahan melitiputi asas trikon (kontinuitas, konvergen dan Konsentris, (3) keseimbangan antara budi dan pekerti, Budi yang terdiri dari cipta, rasa, karsa sedangkan pekerti adalah raga

Menurut saya prinsip pendidikan yang memerdekakan adalah sebuah konsep yang harus dipahami dan diaplikasikan melalui pemikiran yang merdeka dari seorang pendidik yang bebas, dan berdampak positif, bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada peserta didik yang dititipkan untuk mendapat perlakukan sesuai dengan kodrat yang dimilkinya sehingga siswa mendapatkan kebahagian. Patut dipahami pula ketika siswa gagal mendapat kebahagiaan di sekolah maka di masa depan peserta didik bisa saja itu terjadi karena imbas dari keegoisan kita merebut hak “bahagia” nya mereka serta tidak menghargai kehendak dan keinginan mereka selama kita bersamainya di sekolah.

Setelah saya mempelajari referensi tentang pendidikan yang memerdekakan, saya benar jadi sadar bahwa selama ini saya lakukan belum sesuai dengan prinsip pendidkan yang memerdekakan. Maka saya merasa perlu sebuah praktik pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu praktik pembelajaran yang memantik saya untuk selalu berefleksi, agar selalu muncul ide untuk perbaikan jika ada kegagalan dari proses pembelajaran. Ada perlunya saya sebagai belajar dan pelajari prilaku peserta didik , dan belajar menjadi sahabat peserta didik.. Ketika kita menjadi sosok yang membanggakan peserta didik dipastikan mereka akan menghargai apa yang kita berikan. Kehadiran kita sebagai guru bukan mengejar target kurikulum dan mengumpulkan nilai yang menjadi tujuan tetapi praktik pembelajaran yang membahagiakan meskipun masih harus terbelenggu oleh materi yang sudah ditentukan kurikulum, serta administrasi guru dengan alasan demi kebersamaan.

Saya melihat ada sebuah perubahan, dengan adanya kebijakan Program Guru Penggerak dan Impelementasi Kurikulum Merdeka. Saya sangat optimis bahwa guru masa kini pasti memilki spirit dan gebrakan untuk menumbuhkembangkan dan menghasilakan generasi bangsa yang bijaksana dan bertanggungjawab. Dengan mendapatkan pengalaman dari praktik baik teman-teman Pengajar Praktik Guru Penggerak, Praktik baik dari instruktur dan fasilitator dalam kegiatan pembekalan Pengajar Praktik angkatan ke 7 gelembang ke 2 ini, dapat membawa saya sebagai influenzer bagi pembelajar di sekolah agar dapat memahami prinsip belajar sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman yang dimilki anak. Contoh praktik prinsip pembelajaran yang memerdekan yang perlu di tumbuhkembangkan di zaman sekarang, misalnya dengan pendekatan pembelajaran berbasis Proyek, Eksploratif, Berdefrensiasi, yang mengajak peserta didik belajar secera merdeka untuk menghasilkan karya/produk.
Pelibatan anak dalam proses pembelajaran dengan cara memberikan peran dan tanggung jawab merupakan praktik pembelajaran yang dapat menguatkan dan menumbuhkan karakter anak selaras dengan profil Pelajar Pancasila. Contohnya pembuatan kelompok kecil di kelas dengan mengganti peran setiap hari pada masing-masing anggotanya. Hal ini dapat melatih kepemimpinan peserta didik serta memotivasi peserta didik dalam pembelajaran karena mereka diberi peran dan kepercayaan.

Praktik-praktik pembelajaran yang perlu dihilangkan adalah
• Praktik pembelajaran yang selalu berpusat pada ceramah dan mengejar target kurikulum, Drill soal/materi ajar yaitu embelajaran yang tidak mempedulikan peserta didik dengan memaksakan kehendak untuk menyelesaikan materi dan pandangan bahwa kurikulum harus dicapai, sebetulnya tidak ada maknanya buat peserta didik
• Pembelajaran berbasis konten bukan lagi hal utama yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
• Pemikiran guru tentang tujuan belajar hasil belajar yang diukur dengan nilai serta pemahaman kognitif peserta didik yang tidak bermakna bagi murid dapat menghambat terlaksananya pendidikan yang memerdekakan.
• Fokus pada pencapaian KKM saat belajar sangat membahayakan karena dapat mengakibatkan terjadinya mal praktik dalam pembelajaran.
• Penerapan pembinaan dengan pola kekerasan Verbal dan non Verbal
• Membuat aturan sekolah tanpa pelibatan siswa atau kesepakatan bersama dengan siswa.
Oleh karena itu praktik prinsip pendidikan yang memerdekakan dapat dikembangkan untuk bisa menumbuhkan-kembangkan pendidikan tentunya mampu mengidentifikasi karakter peserta didik kemudian memetakan segala daya upaya untuk menciptakan kelas yang aman dan nyaman. Sehingga anak mampu mengembangkan segala kreatifitasnya. Selain itu mampu mendorong dalam peningkatan prestasi akademik peserta didik, mengajar dengan kreatif, mengembangkan diri secara aktif, dan mendorong tumbuh kembang peserta didik secara holistik.

Guru dan orang tua perlu berkolaborasi dengan sekuat daya menuntun rohani, membangun mental, dan menjelaskan arah yang terbaik dalam berpikir, menyediakan/memfasilitasi tumbuhkembangnya raga murid. Murid harus bebas dari segala bentuk tuntutan/intervensi kekerasan verbal maupun non verbal . Murid diajarkan sesuai dengan kodrat bawaannya sejak berada di dalam kandungan dan kodrat zaman di mana mereka akan berperan. Untuk mewujudkannya, murid berada dalam suasana nyaman maka perlu sebuah pendekatan Merdeka Belajar sesuai filosofi Ki Hadjar Dewantara.

Merdeka belajar yang dimaksud adalah sebuah proses dengan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang memerdekakan. Kebutuhan murid benar-benar diperhatikan secara baik di dalam kehidupan keluarga maupun dalam konteks pendidikan di sekolah. Peran orang tua dan keluarga di rumah merupakan peran primer dalam mendidik anak-anaknya, dan juga peran guru di sekolah sangat penting dalam memfasilitasi terjadinya proses pendidikan dan pembelajaran yang memerdekakan siswa. Saya sangat meyakini penerapan prinsip pembelajaran memerdekakan dapat menghantarkan peserta didik menjadi generasi yang bebas dari tekanan dan tuntutan. Prinsip pendidikan yang memerdekakan sesuai dengan Filosofi KHD yaitu:
1. Memperhatikan kondisi murid.
Murid adalah individu yang memiliki potensi bawaan sesuai kodrat mereka. Potensi tersebut berbeda antara satu dengan yang lainnya. Guru harus memperhatikan hal tersebut, kemudian menuntunnya dengan cara-cara yang baik.
2. Menuntun terciptanya kondisi pembelajaran yang membahgiahkan sepanjang hayat.
Kesadaran bahwa belajar merupakan kebutuhan harus dibangun dari dalam diri murid dan guru dapat menjadi pamong yang menyenangkan.
3. Pembelajaran yang Holistik.
Pembelajaran dilakukan dengan memperhatikan perkembangan ilmu dan karakter siswa secara holistik.
4. Relevan.
Pendidikan dirancang untuk memenuhi kebutuhan peserta didik sesuai dengan konteks daerah, budaya, dengan melibatkan orang tua dan masyarakat sebagai mitra.
5. Berkelanjutan.
Pembelajaran dirancang dan diterapkan dengan berorientasi masa depan, masa dimana murid menghadapi suasana kehidupannya, bukan penjelasan materi secara teori tetapi dilakukan secara kontekstual
Untuk mewujudkan pendidikan yang memerdekakan guru harus meninggalkan pemikiran-pemikiran sebagai berikut:.
a. Menganggap bahwa dirinya tidak mampu bekerja dan berkarya sesuai tuntutan zaman.
b. Menilai kekurangan guru lain di sekolah. Hal seperti ini sering terjadi diantara guru, atau antara guru dan kepala sekolah.
c. Berpikir bahwa siswa nakal, tidak disiplin, tidak memilki kecakapan dll, pikiran seperti ini tersebut harus dihapus dari mindset kita guru.
d. Murid harus mengikuti kemauan guru. Gaya ini adalah gaya pembelajaran zaman colonial yang harus ditinggalkan.
e. Orang tua tidak memiliki perhatian terhadap pendidikan anaknya. Saya sering menemukan percakapan lisan yang sering muncul dari rekan-rekan guru maka perlu hindari berpikir demikian
f. Tidak menguasai cara mengoperasikan teknologi. Sebagaian guru sering mengeluh tentang hal seperti ini, oleh kaena itu perlu cari solusi, pasti bisa melakukannya. Zaman digital mengharuskan kita banyak belajar.
Oleh karena itu semoga dengan membangun pikiran positif agar saya dan kita semua dapat mewujudkan pendidikan yang memerdekakan yang dapat menampilkan Profil Pelajar Pancasila yang akan hidup pada zamannya, dimana zaman tersebut berbeda dengan zaman yang kita jalani sekarang. Proses pendidikan, apa pun bentuknya, bila hasil penanaman nilai berhasil baik, harus didasari dengan ketulusan dan kasih. Ketulusan dan kasih menjadi landasan utama dalam mendidik dan barangkali kata-kata Dorothy menjadi kata kunci proses pendampingan bagi anak-anak didik kita.
Ijinkan saya menyampaikan kutipan Kata-kata bijak Dorothy Law sebagai refleksi bagi kita ketedepan.

Jika anak dibesarkan dengan celaan, Ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, Ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, Ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan hinaan, Ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, Ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, Ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, Ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, Ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, Ia belajar menyenangi dirinya
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan,Ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan
Kata-kata bijak Dorothy ini mengingatkan kita bahwa belajar bukan semata-mata menyerap ilmu pengetahuan tetapi dalam konteks yang lebih luas, pendidikan berupaya untuk memanusiakan manusia. *penulis adalah praktisi pendidikan

Komentar Anda?

Related posts