Menia, seputar-ntt.com – Perhetalan politik lima tahunan dalam memilih Bupati dan Wakil Bupati di Kabupaten Sabu Raijua baru akan dilaksanakan pada tahun 2020 mendatang. Namun suhu dinegeri yang disebut Pulau para dewa atau negeri sejuta lontar ini mulai memanas. Ada figur yang sudah nyatakan diri secara lantang akan maju dalam memperebutkan kursi Sarai 1 maupun 2, namun ada juga yang masih malu-malu kucing sambil melihat peluang. Sebagian menggunakan pendukungnya untuk menjual figur secara online lewat media sosial. Seakan-akan figur tersebut mendapat respon oleh masyarakat, sekalipun jagad dunia maya tidak sama dengan dunia nyata.
Dari sekian banyak putra/i terbaik milik Hawu Miha, salah satu figur yang secara jantan berani mengatakan dan mengungkapkan niatnya untuk maju dalam Pilkada Sabu Raijua adalah Takem Irianto Radja Pono atau akrab dikenal TRP baik di dunia maya maupun oleh sahabat dan pendukung. Bagi Takem Radja Pono, mengabdi bagi Sabu Raijua adalah sebuah tanggungjawab bagi putra/i keturunan Hawu Miha. Dia juga tidak suka sembunyi kuku untuk sebuah niat yang tulus. Bahwa apakah diterima atau ditolak bahkan dihina sekalipun, itu persoalan lain, namun menyatakan niat yang tulus adalah sikap ksatria saat memasuki medan laga. Lantas seperti apa tanggapan masyarakat maupun para tokoh di Sabu Raijua tentang sosok Takem Radja Pono?.
Saat ini Takem Radja Pono sudah tak jemu lagi turun bertemu dan berdiskusi dan masyarakat di berbagai pelosok Sabu Raijua. Dia sadar bahwa rakyat yang memiliki kedaulatan harus mengenal benar siapa calon pemimpin mereka. Apa yang akan dia lakukan di Sabu Raijua untuk kesejahteraan masyarakat banyak. “Baru papa tana saja yang sudah sampai di rumah kami untuk menyampaikan keinginan maju di Pilkada Sabu Raijua,” kata Mama Bara Lay saat Takem Radja Pono menemui mereka disuatu senja di Desa Depe, Kecamatan Sabu Barat. Sambutan hangat mama-mama dan beberapa anak muda ditempat itu seperti sedang menunggu seorang pemimpin yang siap menampung keluh kesah mereka serta tak ragu untuk duduk bersama untuk mendengar apa saja kebutuhan rakyatnya.
Sambutan hangat juga diterima Takem Radja Pono saat bertemu dengan mama Yuliana Ridho. Warga Desa Teriwu, Kecamatan Sabu Barat. Saat bertemu, mama Yuliana banyak bercerita tentang masa dimana Bupati Marthen Dira Tome masih ada di Sabu Raijua. Dia juga mengutarakan keinginannya supaya Sabu Raijua kedepan bisa memiliki pemimpin seperti Marthen Dira Tome yang tak pernah lelah mengunjungi rakyatnya. “Terimakakasih banyak bapak sudah datang di rumah. Dulu bapak Matade juga sering datang liat kami rakyat kecil di rumah maupun di kebun. Kami doakan bapak bisa pimpin Sabu Raijua,” kata mama Yuliana yang mengaku telah lama ditinggal Suami tapi bisa menyekolahkan semua anak-anaknya.
Mama Yuliana juga menceritakan tentang berbagai bantuan yang dia terima dari Pemerintah Kabupaten Sabu Raijua saat MDT masih jadi Bupati. Untuk itu dia sangat berharap agar siapapun yang nanti memimpin Sabu Raijua harus memiliki hati yang penuh kasih dan selalu mendengar apa yang menjadi pergumulan rakyat bawah. “Dulu kalau masih ada bapak Matade kami minta apa saja pasti beliau langsung kasih. Atau kami ada susah, beliau sudah langsung datang bertemu kami. Ini selang air dan sapi yang ada di depan rumah adalah bantuan yang bapak Matade kasih buat saya bapak,” kata Mama Yuliana.
Berbeda dengan dua mama-mama di Sabu Barat, mama Lado yang rumahnya berada di Tambak Garam di Lobo Bali, desa Bodae, Kecamatan Sabu Timur memiliki harapan berbeda. Dia bersama keluarganya terkejut saat dikunjungi oleh Takem Radja Pono. Mereka baru saja selesai sarapan malam. Mereka mengaku walaupun baru bertemu, tapi nama TRP sudah ada yang bicarakan. “Kami sudah dengar bapak punya nama, ada beberapa orang yang sebut-sebut katanya ada pak Radja Pono dari Seba yang mau maju Bupati. Kami tidak menyangka ternyata bapak bisa sampai ke rumah kami,” kata Mama Lado yang didampingi suaminya.
Karna rumah mereka berada ditengah tambak garam, mereka tidak meminta hal yang lebih. Harapannya supaya tambak garam yang sudah ada saat ini bisa ditingkatkan dan bisa menghasilkan uang bagi daerah. Sebagai nelayan mereka juga berharap agar pemerintah bisa membantu mereka dengan peralatan penangkapan yang lebih modern. “Kami tidak minta apa-apa kepada bapak jika nanti jadi bupati. Kami hanya minta supaya tambak garam yang rusak diperbaiki, kalau bisa ditingkatkan supaya anak-anak yang kerja ditambak garam kembali mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang layak. Dulu setiap hektar ada 10 orang yang kerja, tapi sekarang hanya ada 7 sampai 9 orang saja. Jumlah disetiap tambak berbeda-beda. Dulu tambak ini sudah memberikan harapan dan mewujudkan mimpi kami rakyat kecil untuk hidup lebih baik,” kata mama Lado.
Salah satu tokoh di Kabupaten Sabu Raijua Hendrik Bunga mengatakan, Takem Radja Pono bukan orang baru di Sabu Raijua. Dia adalah anak yang tali pusarnya ditanam di Pulau Sabu. Tumbuh dan besar dalam adat dan tradisi orang Sabu, sehingga jika ada niat untuk maju dalam Pilkada Sabu Raijua, harus dimaknai sebagai sebuah panggilan mulia untuk membangun tanah leluhurnya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Menjadi pemimpin di Sabu Raijua kata Hendrik Bunga harus mememiliki hati dan kepedulian terjadap kebutuhan masyarakat. Dia juga harus tegas dalam memutuskan setiap kebijakan-kebijakan yang pro rakyat tanpa takut kehilangan simpati dari lawan politik.
“Bagi saya pribadi, Pak Takem ini bukan orang baru. Dia juga selalu berusaha melibatkan diri dalam berbagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Sabu Raijua. Sebagai orangtua di Sabu saya sangat mengharapkan ada pemimpin yang tegas dalam mengeksekusi berbagai kebijakan yang memihak kepada rakyat kecil. Pemimpin yang tidak lelah turun ke masyarakat dan tidak hanya menghabiskan waktu dibelakang meja serta gemar sekali jalan keluar daerah. Membangun Sabu Raijua bukan hal gampang sebab ada berbagai dinamika ketika pemerintah hendak melakukan sebuah pembangunan. Karena itu, pemimpin harus tegas dan tidak goyah ketika muncul berbagi penolakan-penolakan. Pemimpin harus bisa merangkul setiap perbedaan dan memformulasikan menjadi sebuah kebijakan yang nantinya berpihak pada kepentingan masyarakat banyak,” kata Hendrik Bunga.
Dia juga mengingatkan bahwa berbagi dinamika akan mengemuka saat perhelatan politik berlangsung. Ada isu-isu yang cenderung saling menjatuhkan dan mendsikreditkan pihak lain. “Saya Cuma mau bilang bahwa menghadapi Pilkada itu pasti banyak perbedaan, ada isu-isu, ada fitnah bahkan cacian. Nah bagimana kita menghadpi itu semua dengan kepala dingin. Apalagi dengan perkembangan teknologi informasi seperti saat ini, Media sosial selalu digunakan untuk menghina dan memfitnah. Kita lalu melupakan adat dan perilaku kita orang Sabu yang ramah dan tidak suka menyakiti. Kita harap Pilkada tahun depan harus dijadikan sebagai ajang mengadu ide dan gagasan bagimana membangun Sabu raijua yang kita cintai, bukan sebagi ladang pembantaian karakter,” harap Hendrik Bunga.
Hal serupa diungkapkan pula oleh Musa Lede, salah satu tokoh masyarakat di Sabu barat yang juga pengurus salah satu partai. Dia mengatakan bahwa saat ini masyarakat Sabu Raijua sedang menunggu pemimpin baru untuk melanjutkan pembangunan di Kabupaten yang baru mau melaksanakan Pilkada yang ketiga kali ini. “saya mau jujur bahwa kami masyarakat ini sedang menunggu pemimpin baru di Sabu Raijua. Kenapa begitu, sebab apa yang menjadi janji kampanye pemerintahan saat ini tidak dilaksanakan sehingga kami kecewa. Saya rasa bukan hanya saya saja yang kecewa tapi sudah jadi perbincangan umum. Saat ini pembangunan di Sabu Raijua seperti berjalan ditempat dan visi misi yang dijanjikan kemarin tetap menjadi janji-janji semata,” ketus Musa Lede.
Sebelumnya, Takem Radja pono telah menyatakan diri untuk maju sebagai bakal calon bupati di Pilkada Sabu Raijua yang akan digelar pada tahun 2020 mendatang. Dia merasa terpanggil untuk membangun Sabu Raijua setelah sekian lama mengabdi sebagai Aparatut Sipil Negara (ASN) dilingkup Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur.
“Saya merasa terpanggil untuk mengabdi dan mengaplikasikan semua pengalaman saya sebagai ASN di daerah tempat saya lahir dan bertumbuh yakni Kabupaten Sabu Raijua. Keputusan saya untuk maju dalam hajatan politik ini tidak datang secara tiba-tiba. Ada aspirasi masyarakat yang kita lihat dan kita mau apa yang sudah dirintis pada waktu lalu bisa kita wujudkan,” ungkap Takem kepada media ini, Selasa, (30/4/2020).
Ditanya apa alasan dibalik keinginanya maju di Pilkada Sabu Raijua, Takem Radja Pono mengatakan, saat ini masyarakat Sabu Raijua memiliki mimpi seorang pemimpin yang tegas serta mampu menjawab setiap persoalan yang dihadapi rakyat . Dia menegaskan, hanya seorang pemimpin yang memiliki empati yang tinggi terhadap rakyat yang mampu meneropong apa yang ada dalam lumbung masyarakatnya.
“Seorang pemimpin harus tegas sebab dalam tangannya bergantung nasib ribuan rakyat yang dipimpin. Pemimpin tidak boleh berada dalam zona nyaman sementara masyarakat bergulat sendiri dengan kesulitan dan kesusahannya. Pemimpin itu harus berani mengambil madu untuk rakyatnya tanpa harus takut akan di gigit oleh lebah. Dasar pertimbangan itulah kenapa saya membulatkan tekad untuk maju sebagai calon bupati di Sabu Raijua,” papa Takem
Lantas apa kendaraan politik yang akan digunakan Takem Radja Pono? Mantan Kepala Rumah Tangga Gubernur NTT ini bilang segala kemungkinan bisa terjadi. “Lewat Partai politik manapun bisa saja terjadi. Saat ini saya belum bisa kasih tahu. Yang pasti saya akan maju. Untuk itu saya minta doa dari semua masyarakat Sabu Raijua baik yang ada diluar terutama yang ada di Sabu Raijua,” tutup Takem. (Joey Rihi Ga)