Pelukan Jeriko Untuk Raga Yang Terkurung

Jefri Riwu kore saat memeluk seorang warga binaan di Lapas Kelas II A Kupang pada Jumat, (4/2/2022)

Kupang, seputar-ntt.com – Suasana di Balai Kota Kupang pada Jumat 4 Februari 2022, nampak lebih ramai. Pasalnya ada pelantikan 54 Pejabat Tinggi Pratama dan Fungsional di Kota Kupang. Wali Kota Jefri Riwu Kore sendiri yang melantik. Mungkin ini terakhir kali dia melakukan mutasi di Pemerintahan Kota Kupang sebagai Wali Kota sebelum purna tugas pada bulan Agustus 2022 nanti. Wali Kota yang akrab disapa Jeriko ini akan mengakhiri tugas dan pengabdiannya sebagai orang nomer satu di Kota Kupang. Waktu begitu cepat berlalu, hampir lima tahun anak NBS itu menguasai Kota Karang.

Ketika Jam menunjukkan pukul 11: 15 Wita, Wali Kota Jefri Riwu Kore keluar dari ruang kerjanya. Seperti biasa, ada beberapa warga yang sudah menunggu. Seperti biasa, Jeriko akan mendengar apa yang hendak disampaikan warga. Saya bersama Pemimpin Umum Rakyat NTT dan Fokus Nusa Tenggara yang sedang ngobrol di tangga Balai Kota, tiba-tiba diajak oleh Wali Kota yang akrab disapa Jeriko ini. “Ayo ikut saya saja dengan mobil,” katanya. Kami lalu saling berpandangan, karna belum pernah satu mobil dengan Wali Kota, apalagi menumpangi mobil dinas DH 1. Dengan rasa kikuk yang tak mampu digambarkan,kami kemudian ikut dengan Jeriko tanpa kami tahu hendak kemana.

Ajudan Pribadi Wali Kota yang biasa kami sapa Om Ados mengarahkan mobil menuju Hotel Maya. Nanum setiba di pasir panjang Dia menerima telepon. Rupanya Istri Wali Kota yang juga anggota DPD RI, ibu Hilda Manafe yang menepon untuk menanyakan posisi. Kami kemudian balik arah mengikuti mobil yang ditumpangi Ibu Hilda. “Kita menuju Lapas Penfui ya. Mau berbagi dengan saudara-saudara di sana,” kata Jeriko yang duduk di depan. Kami akhirnya bisa lega setelah tahu tempat yang akan kami tuju. Mobil kemudian melaju menuju Lapas kelas II A Kupang di daerah Penfui.

Sepanjang jalan, Jeriko menceritakan banyak hal terkait Pembangunan di Kota Kupang. Dia juga menyadari bahwa sebagai pemimpin banyak hal yang tidak bisa dilakukan secara sempurna apalagi harus memenuhi keinginan setiap orang. Dalam rentang lima tahun, Jeriko sudah berupaya untuk melakukan perubahan di Kota Kupang. Rupanya ada banyak kisah-kisah humanis hingga lucu dalam setiap rencana pembangunan di Kota Kupang. Mantan Anggota DPR RI itu jika bercerita, dia tidak pernah menjaga jarak. Dia menganggap setiap orang adalah sahabat dan kenalan, sehingga ia selalu bercerita dengan mengalir saja. Tanpa menjaga image atau Jaim. Asli anak Kupang yang tidak pernah jumawa sekalipun ada di atas dan tidak pernah melayang sekalipun hidup di Ibu Kota. Itulah Jeriko. Suka atau tidak suka, dia tidak pernah pikir.

Setiba di Lapas, Jeriko tidak langsung turun. Dia kemudian membuka Jas yang dia kenakan. “Ini kegiatan pribadi. Saya datang bukan sebagai Wali Kota Kupang, tapi datang sebagai Jefri Riwu Kore bersama istri” katanya sambil membuka Jas. Dia membuka pakaian dan lambang kebesaran sebagai seorang pemimpin di Kota Kupang. Dia sadar kapan harus tampil sebagai Wali Kota dan kapan datang sebagai Jefri Riwu Kore. Anak Sabu yang tidak saja sukses merebut kursi Wali Kota Kupang, tapi juga sudah merasakan empuknya kursi dewan di Senayan. Jeriko kemudian turun dari mobil dan menyalami beberapa sipir yang sudah menunggu. “Kita tunggu Ibu Kakanwil sebentar bapak” kata seorang sipir penjara. Kami lalu duduk menunggu di pintu bagian luar. Tak lama, Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas) Kelas II A Kupang, Batarudin, keluar dan menyalami Jeriko. Dari pintu masuk Lapas, mobil Kakanwil Hukum dan HAM NTT, Mersiana Djone sudah tiba.

Jeriko lalu diarahkan ke ruangan Kalapas. Disana, Jeriko menjelaskan apa yang menjadi tujuannya datang ke Lapas yakni membawa bantuan pribadi untuk warga binaan yang ada di Lapas. Sebelumnya kata Jeriko, dia sudah mengunjungi Rutan dan Lapas Wanita untuk mengantarkan bantuan. Dia berharap agar apa yang dibawa bersama sang istri bisa membantu memenuhi kebutuhan dasar warga binaan. “Jangan dilihat jumlah dan jenisnya. Saya datang dengan keluarga untuk bersama-sama membagi rasa dengan saudara-saudara di sini,”kata Pria yang lahir di Pantai Nunbaun Sabu ini.

Menurut Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas) Kelas II A Kupang, Batarudin, ada 470 warga binaan yang sedang menghuni Lapas Pria. Dia mengakui bahwa selama ini, Pemerintah Kota Kupang sangat membantu Lapas Kelas II Kupang baik dalam memenuhi kebutuhan kesehatan warga binaan maupun bantuan kemudahan dalam kepengurusan administrasi kependudukan. Kehadiran Jeriko dalam rangka memberi bantuan bagi warga binaan adalah suatu berkah bagi penghuni Lapas.

“Terima kasih kepada Bapa Jefri Riwu Kore dan Ibu Hilda serta keluarga yang hari ini datang membawa bantuan bagi warga binaan. Saya sebagai Kalapas disini juga mengucapkan terimakasih atas bantuan Pak Jefri sebagai Wali Kota Kupang untuk Lapas. Kami memiliki Rumah sakit Pratama di Lapas karena bantuan Pemkot Kupang. Pada saat Pandemi ini, kami dibantu juga dengan Vaksin dari Pemkot Kupang. Demikian juga kalau mau urus surat-surat yang berkaitan dengan administrasi kependudukan kami selalu dibantu. Banyak kerjasama yang luar biasa yang kami jalin selama Pak Jefri menjadi Wali Kota. Terimakasih,” kata Batarudin.

Hal yang sama disampaikan oleh Kakanwil Hukum dan HAM NTT, Marsiana Djone. Dia mengakui bahwa selama ini memiliki hubungan baik dengan Ibu Hilda Manafe, baik sebagai Anggota DPD RI maupun secara pribadi. “Saya selalu berkomunikasi dengan ibu dan selama ini selalu membantu kami,” kata Marsiana.

Jeriko lalu dibawa ke Gereja Elim yang ada dalam Lapas. Disana ratusan warga binaan sudah menanti. Di hadapan warga Binaan, Jeriko memberi penguatan kepada mereka dalam menjalani hidup. Dia meminta kepada warga binaan untuk tetap semangat dan optimis serta tetap berdoa untuk masa depan yang lebih baik. Usai memberi penguatan kepada warga binaan, Jeriko kemudian menyerahkan bantuan secara simbolis kepada beberapa orang yang dipilih untuk mewakili. Rupanya ada banyak warga binaan yang kenal dekat dengan Jeriko. Mereka saling berpelukan. Ada rasa haru yang tersirat dari pertemuan singkat itu. Jeriko lalu mohon pamit dari Lapas meninggalkan ratusan warga binaan yang mengantar hingga pintu gereja.

Dalam perjalanan pulang, Jeriko lalu bercerita bahwa setiap enam bulan dia selalu mengunjungi Lapas maupun TPA untuk berbagi kasih. Ini sudah menjadi komitmen iman kata Jeriko. Dia sadar bahwa sekecil apapun sebuah bantuan, jika diberikan dari hati yang tulus, pasti akan memberi manfaat bagi siapapun yang menerima. Sebagai anak yang lahir dan besar di Kupang, serta pernah merasakan getirnya kehidupan, Jeriko selalu berupa untuk berbagi dari apa yang mampu dia berikan bagi sesama. Jeriko mengatakan, waktu kita hidup di dunia ini sangat singkat sehingga harus mampu menggunakan setiap waktu yang ada, termasuk untuk berbagi dengan sesama.

Sebelum berpisah, Jeriko mengajak kami untuk makan siang di sebuah rumah makan. Menunya ikan kuah asam.  Beberapa ASN Pemkot Kupang, ada yang baru keluar makan. Mereka menyapa Jeriko dengan akrab. Bukan seperti Wali Kota, tapi seperti seorang bapak. Tidak ada jarak dan tidak kaku. Para ASN yang sedang makanpun disapa Jeriko dengan senyum serta berseloroh. Saya pikir, karena ini makan siang dengan Wali Kota dan Anggota DPD RI, pasti ada banyak menu yang akan di pesan. Ternyata dugaan saya meleset. Yang dipesan cuma jeruk hangat, ikan kuah asam sesuai jumlah orang dan ikan goreng. Tak ada yang lain. Sangat sederhana. Sambil makan, Jeriko tak henti bercerita tentang berbagai hal. Kecuali politik. Dia tak menyinggung itu, padahal dia baru saja dikalahkan dengan cara-cara yang tidak bermartabat. Sebagai anak pantai yang hobi mancing, dia tahu kapan melepas umpan dan kapan harus menarik tali. (joey rihi ga)

 

Komentar Anda?

Related posts