Mengukur Jeriko di Tahun Pandemi

  • Whatsapp
Wali Kota Kupang, Jefri Riwu Kore

*Catatan Akhir Tahun Redaksi*

Tahun 2020 sebentar lagi akan pergi. Meninggalkan berbagai kenangan. Pahit dan manis melebur menjadi satu. Tawa dan sedih bersatu dalam nada kehidupan. Sebagai pesiarah di lembah air mata ini, tidak ada cara lain selain menjalaninya dengan ikhlas dan tawakal. Tahun 2020 adalah tahun yang berat karena Pandemi Covid-19 yang melanda dunia. Tak terkecuali Kota Kupang. Ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sebagai Ibu Kota yang menjadi barometer pembangunan di Provinsi yang selalu bertengger diurutan bawah sebagai daerah miskin ini, tentu menjadi barometer pembangunan untuk puluhan kabupaten lain yang menyatu di bumi Flobamora ini.

Berbicara tentang pembangunan di Kota Kupang, tentu tidak terlepas dari pemimpin yang sedang menjalankan amanah rakyat lima tahunan. Wali Kota dan Wali Walikota adalah pemimpin kota yang akan selalu diukur dan ditakar dalam berbagai aspek di Kota Kupang. Tak bisa di pungkiri bahwa Wali Kota adalah orang yang paling bertanggungjawab atas hitam putihnya kota karang ini. Jefri Riwu Kore yang biasa disapa warga kota ini dengan sebutan Jeriko, memiliki tanggungjawab penuh hendak dibawa kemana Kota Kupang kedepan. Dia adalah mastermind yang paling utama dimintai pertanggungjawaban atas apapun yang terjadi di kota ini. Kota yang kini menjadi tujuan banyak orang untuk berteduh dan menghabiskan masa hidup. Kota yang katanya memiliki toleransi yang tinggi.

Lantas apa yang sudah dilakukan oleh Jeriko di tahun 2020? Tahun yang berat karna diterpa Pandemi. Tahun yang banyak mengalami perubahan dalam berinteraksi dan kehidupan sosial masyarakat yang berubah seturut  protokol dalam menjaga diri dari wabah yang tidak kenal usia ini. Di ujung tahun ini, Covid-19 sedang meningkat di Kota Kupang dan NTT pada umumnya. Kita tentu harus tetap waspada sekalipun dalam hura-hura akhir tahun dan bahagia menyambut tahun baru 2021. Untuk melihat apa saja yang dilakukan oleh Jeriko di tahun Pandemi ini, ada dua yang menjadi diskursus di tengah masyarakat Kota Kupang yang majemuk. Pertama mengukur Jeriko dari janji kampanye saat Pilkada Kota. Yang kedua melihat apa yang dibangun oleh Jeriko tanpa melihat apa janji politik yang telah diumbar pada masa lalu. Tak bisa dipungkiri Pilkada Kota kali lalu masih menyisahkan aroma persiangan yang hingga kini masih tercium. Mengalahkan aroma kue natal dan wangi rampe di TPU Damai. Sebuah Dinamika kehidupan yang musti diterima dan dikelola dengan baik akan tidak miring dan tersungkur.

Bagi mereka yang menuntut janji kampanye, maka apapun yang dibangun oleh Jeriko di luar dari janji kampanye, semuanya tidak benar. Itulah kenapa di lini masa Facebook selalu terjadi pembicaraan hangat. Hal ini semakin bising dengan hadirnya akun-akun palsu yang selalu menyoroti kinerja Jeriko. Ada yang rasional memberi masukan adapula yang membabi-buta dalam menyerang. Yang masih waras, kritikan mereka bisa menjadi cambuk bagi Jeriko untuk berbenah, tapi yang membabi-buta bisa menjadi racun jika Jeriko tidak mampu untuk mengelola dengan bijak. Jeriko adalah salah satu figur publik yang tidak tipis telinga dalam menanggapi omongan publik. Dia selalu bekerja sekalipun dalam cercaan dan hinaan. Bagi Jeriko, jika ada yang menabuh gendang dan tambur pasti saja ada yang menari dan berjoget. Jeriko sudah bertekad akan terus bekerja hingga purna bhakti.

Dua janji Jeriko yang terus ditagih oleh masyarakat Kota Kupang adalah soal air bersih dan sampah. Dua hal ini masih menjadi pekerjaan rumah bagi Jeriko walaupun sudah ada titik terang dengan dimulainya pembangunan SPAM kali Dendeng. Ini tentu bisa menjadi jawaban bagi kesulitan air bersih di beberapa wilayah di Kota Kupang, sekalipun mungkin tidak untuk seluruh warga kota. Tapi Jeriko tetap bekerja. Dana untuk membangun SPAM Kali Dendeng lumayan besar. 189 miliar yang bersumber dari APBN. Dana APBN itu tidak lantas datang saja tanpa lobi dan kerja keras dalam meyakinkan pemerintah pusat. Yang tidak punya koneksi, jangan mimpi untuk mendapatkan APBN yang besar. Kota Kupang adalah salah satu Kota yang paling banyak mendapatkan dana APBN. Persoalan lain yang juga terus menjadi perbincangan publik kota adalah soal sampah. Produksi sampah rumah tangga di Kota Kupang yang cukup tinggi tidak dibarengi dengan keterdesiaan armada pengangkut yang berimbas pada ada sampah yang tidak terangkut ke TPA setiap harinya. Belum lagi kesadaran masyarakat dalam membuang sampah sesuai waktu yang telah ditetapkan.

Walaupun tahun 2020 adalah tahun Pandemi bahwa anak sekolah masih belajar dari rumah sampai saat ini, namun Jeriko sebagai nahkoda Kota Kupang, tetap mengembangkan layar pembangunan. Banyak hal yang dibangun di saat orang sedang bekerja dari rumah. Ada sejumlah taman yang sudah selesai dikerjakan pada tahun 2020. Taman yang menjadi ikon baru di Kota Kupang. Sayangnya, karena masih dilarang untuk berkumpul maka warga Kota belum benar-benar menikmati taman-taman yang ada di Kota Kupang. Pada tahun 2020 juga ada beberapa tempat yang sudah mulai dibangun. Sebut saja Taman di Depan Hotel Aston dan  Pantai Tedis. Jika melihat gambar yang ada maka ini juga akan menjadi ikon yang akan membuat Kota Kupang semakin indah. Banyak juga yang mengkritisi bahwa mereka tidak butuh taman dari beton atau lampu jalan, mereka butuh air untuk minum. Mereka mungkin mau Kota Kupang ini tetap saja menjadi kampung besar. Sebagai orang yang hidup di Kota besar dan melihat pembangunan disna, Jeriko ingin Kota tempat dia dilahirkan dan dibesarkan harus di bangun dengan indah pula. Kota yang indah adalah harga diri para penghuninya. Wajah boleh kampungan tapi wajah kota tidak boleh kampungan, itu kata Jeriko.

Pada penghujung tahun 2020, Jeriko sedang memperindah jalan protokol di Kota Kupang dengan desain lampu jalan dan membangun boulevard. Sepanjang jalan El Tari hingga Frans Seda, tata lampu jalan yang rapi dan indah membuat kota Kupang semakin bergairah kala malam hari. Disisi lain pemasangan lampu jalan di tempat-tempat lain di Kota Kupang terus dilakukan. Jumlahnya ribuan. Kota yang dulunya masih gelap jika dilihat dari udara, kini terang benderang. Dari atas pesawat, semua jalan di Kota Kupang sudah benderang. Taman Tirosa yang pembangunannya selalu menjadi sorotan kini sudah semakin megah dengan hadirnya air mancur menari yang dibangun oleh Bank NTT bekerjasama dengan Kota Kupang. Katanya itu air mancur terindah kedua setelah bundaran HI di Jakarta. Mereka yang nyinyir soal pembangunan itu yang paling dahulu berselfie di taman yang indah itu.

Hal lain yang juga dilakukan oleh Jeriko di tahun Pandemi adalah membangun tempat berteduh bagi warga Kota Kupang yang tidak mampu dengan Program Bedah rumah. Namanya bedah rumah tapi kenyataannya pembangunan di mulai dari fondasi hingga kelar. Rumah warga yang tak layak huni dibongkar lalu dibangun kembali. Penghuni rumah diinapkan di rumah jabatan Wali Kota. Selama 12 hari. Mereka tidur dan makan di rumah jabatan. Bercengkrama dengan Wali Kota dan keluarga. Melihat dan merasakan apa saja yang dikerjakan Jeriko setiap hari. Maka ketika mereka diantar kembali ke rumah mereka yang sudah dibangun baru, maka tangis haru dan pelukan akan menjadi tontonan yang membuat hati nelangsa. Mereka sayang Jeriko tapi tak bisa dipungkiri, Jeriko juga banyak dibenci warganya sendiri.

Sekali lagi apa yang dilakukan oleh Jeriko tidak serta merta mendapat apresiasi oleh warga kota. Mereka tetap menuntut agar janji kampanye soal air harus segera dituntaskan. Pembangunan SPAM kali Dendeng yang saat ini sudah dimulai saja tidak disambut dengan apresiasi. Tetap saja ada pro dan kotra. Ada saja masyarakat yang tidak setuju dengan berbagai dalil. Disisi lain mereka terus mencerca Jeriko yang dianggap tak mampu memenuhi kebutuhan air bagi warga kota.Untuk menuntaskan persoalan air di Kota, maka intervensi gubernur harus dilakukan. Bagimana tidak di Kota kupang ada dua server PDAM. Yang satu milik Kota Kupang dan yang satu Milik Kabupaten Kupang. Pelanggannya sama-sama warga Kota. Yang berteriak soal air PDAM tidak jalan adalah semua pelanggan PDAM. Tak peduli apakah mereka pelanggan PDAM Kabupaten Kupang. Yang penting mereka warga kota sehingga jika air tidak jalan maka yang salah adalah Jeriko sebagai Wali Kota. Padahal mereka membayar kepada PDAM Kabupaten Kupang. Disinilah peran gubernur supaya di Kota Kupang hanya ada satu server yakni PDAM Kota Kupang. Sebab tidak bisa dipungkiri bahwa sebagai server yang sudah lama dan sekaligus menjadi Ibu Kandung Kota Kupang maka PDAM Kabupaten Kupang sudah lebih dahulu menguasai semua sumber-sumber mata air di Kota Kupang.

Tahun 2020 seger berlalu. Tapi Jeriko sebagai Wali Kota tidak boleh bimbang dalam membawa perahu Kota Kupang. Harus tetap menyesuaikan layar dengan arah angin agar bisa berlabuh di dermaga tepat waktu. Di beberapa kejadian ketika Jeriko mendengar atau membaca lewat media  bahwa warganya ada yang mengalami kesulitan, dia sudah langsung bertandang kesana. Sebut saja Oma Siti Abdulah, Janda di Kelurahan Penfui yang tinggal di rumah sangat tidak layak, Jeriko langsung kesana. Setelah tiba di lokasi ternyata bukan hanya rumah Oma Siti Abdula yang harus dibedah, ada juga rumah seorang duda bernama Opa Benyamin Yasin yang tidak layak huni dan harus di bedah. Dan sebagai seorang pemimpin Wali Kota langsung memerintahkan stafnya untuk segera mengeksekusi apa yang dia perintahkan yakni membedah rumah warga yang dia temui. Begitu juga saat dengar kisah seorang janda lansia bernama Oma Ane Djara di Fontein yang sakit dan tidur di rumah yang tidak layak huni eriko juga menyambangi secara langsung. Bahkan Walikota meminta supaya Oma yang sakit itu tinggal sementara di rumah jabatan sambil rumahnya dibedah oleh Pemkot Kupang. Jefri bahkan kepada media mengakui bahwa masih banyak warga kota yang hidup dalam kesulitan namun dia terbatas karna tidak memiliki data maupun informasi.

Salah satu Pejabat di NTT yang aktif di Media sosial adalah Jefri Riwu Kore. Dia sadar lewat media sosial dia bisa memantau hingga mendengar setiap keluhan warga sekalipun di jagas media sosial orang mengumpat dengan kasar sudah menjadi hal biasa. Bagi Jefri itu bukan tantangan. Contoh kecil misalnya, saat para Petugas kebersihan mengeluh lewat media sosial bahwa mereka bekerja tidak punya APD langsung dijawab oleh Wali Kota dengan menemui para Petugas Kebersihan dan membagikan APD kepada mereka. Padahal sudah banyak orang mengumpat Walikota karena hal itu bahkan ada pihak yang melontarkan krtitik pedas lewat pemberitaan. Sekali lagi, Apa yang dilakukan oleh Jefri Riwu Kore tersebut bukan tanpa kritikan pedas. Kritikan yang paling sering adalah dari DPRD Kota Kupang sebagai penyambung aspirasi rakyat kota sekalipun kritikan yang tajam tersebut sering bernuansa politik yang terang benderang.

Mereka menuding bahwa apa yang dilakukan oleh Wali Kota dengan menyalurkan Bantuan di saat Pandemi hanya pencitraan semata. Biar demikian Jeriko tak pernah menghentikan langkahnya. Sebab dia tak mau rakyatnya mengalami kesulitan hanya karna dirinya berhenti bergerak memberi pertolongan hanya karena kritikan dan sudut pandang bahkan pendapat yang berbeda. Sekalipun sering dihadap-hadapkan oleh media lewat pemberitaan tapi Jeriko tak pernah terpancing apalagi melayani kritikan yang ada. Jefri terus bergerak dalam diam untuk melayani warga yang dia cintai di Kota Kasih ini. (joey rihi ga)

 

 

Komentar Anda?

Related posts