“Menggarami” Indonesia Dari Bibir Pantai Sabu Raijua

  • Whatsapp

Seba, seputar-ntt.com – Dua jam lagi raja siang akan berpamitan dengan jagad raya menuju peraduan. Senin (24/11/2014) pukul 16.00 wita, seputar-ntt.com diajak oleh Bupati Sabu Raijua, Marthen Dira Tome untuk melihat tambak yang menggunakan teknologi geomembran di Desa Ledeana, Kecamatan Sabu Barat. Dengan sendal jepit di kaki, baju lengan panjang dilipat setengah, Bupati Sabu Raijua menyetir sendiri mobil hilux putih menuju pantai Ledeana.

Jaraknya cuma satu kilometer dari rumah jabatan bupati. Tambak garam yang berada persis di bibir pantai, terlihat seperti sawah. Ada beberapa “gunung putih” yang terlihat dari jauh. Namun ketika mendekat, gunung putih tersebut adalah tumpukan garam putih yang berkilauan tertimpa cahaya mentari sore. Ada beberapa orang yang sedang mengukur air didalam petak geomembram. Diseelah timur ada juga tambak yang sama dengan tumpukan garam yang sama pula.

“Ini garam kami di Sabu Raijua” kata Bupati Marthen Dira Tome sambil duduk duduk disamping tumpukan garam. Di Lokasi ini, ada dua gudang penyimpanan garam mentah sebelum dibawa ke Pabrik untuk diproduksi menjadi Garam Nataga cap Otak briliant yang kini telah meramaikan pasar garam lokal di Sabu dan Kupang. Dalam gudang penyimpanan ada ribuan karung garam mentah yang tersusun rapi.

Sambil berkeliling tambak, Bupati Marthen Dira Tome menuturkan bahwa saat ini Pemda Sabu Raijua sedang memperluas tabak garam di Sabu Raijua. “Saat ini selain di Sabu Barat ada juga di Desa Lobohede, Kecamatan Hawu Mehara yang sudah panen. Di Desa Bodae tepatnya di kampung Lobo Bali saat ini sementara dikerjakan tambaknya,” ungkap Marthen.

Dari satu hektar lahan tambak ungkap Marthen, bisa dipanen 15 ton garam mentah setiap 10 hari. “Arinya ada 45 ton garam yang kita panen dari satu hektar lahan tambak setiap bulannya,” papar Marthen. Tahun 2014 ini kata Marthen, ada 20 hektar lahan yang dikerjakan dan diharapkan bisa berproduksi sebelum hujan tiba. “Tahun 2015 kita bertekad untuk menambah menjadi 200 hektar,” tambanya.

Dengan hasil panen yang cukup banyak ini kata Marthen, maka dia ptimis, Sabu Raijua akan menggarami Indoensia kedepan dengan hasil produksi yang ada. “Banyak permintaan garam setelah mereka melihat hasil produksi kita, namun karena lahan tambak kami masih sedikit sehingga kami belum mampu menjabaw kebutuhan permintaan konsumen,” katanya.

Saat ini ada beberapa pabrik air mineral yang sudah menggunakan garam dari Sabu Raijua. Adapula yang memproduksi garam beryodum di Kupang dari garam Mentah Sabu Raijua. “Bisa dibayanghkan berapa banyak garam impor yang ada sehingga kita harus mampu menjawab tantangan pemerintah yang menginginkan tidak boleh ada lagi garam impor,”ujarnya.

Para pekerja di tambak garam ungkap Marthen dibayar dengan hasil penjualan garam sehingga tidak membebani keuangan Pemda. “Satu hektar lahar kita pekerjakan 10 orang tenaga kerja dengan gaji UMP. Mereka digaji dengan hasil keringat mereka sendiri. Nah kalau kita punya 200 hektar lahan maka kita sudah bisa membuka lowongan kerja untuk 2000 tenaga kerja,” ungkap Marthen.

“Kami kehabisan karung. Semua karung di Sabu habis, sehingga yang tertumpuk di tambak belum bisa dimasukkan ke dalam gudang,” kata Melky Wila, salah satu pekerja tambak garam. Karena itu kata Melky, pihaknya telah memesan karung dari Kupang untuk mengisi garam yang baru dipanen. “Harus diisi dalam karung khusus untuk garam sehingga kita sudah pesan,” sambungnya.

Melihat Potensi garam yang ada di Sabu Raijua, maka bukan hal yang mustahil jika suatu saat, Sabu Raijua akan menjadi daerah penghasil garam yang akan memenuhi kebutuhan garam nasional.(joey)

Komentar Anda?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 comment