Mandiri di Batas Negeri

  • Whatsapp

Kabupaten Sabu Raijua dimekarkan dari Kabupaten Kupang pada 2008. Saat awal menjadi daerah otonomi, pertumbuhan ekonominya mencapai 5.09%. Hanya dalam kurun tiga tahun, ekonomi daerah itu tumbuh 6,62%. Pun pendapatan per kapita warga tumbuh dari Rp1,6 juta menjadi Rp1,9 juta per bulan. Pertumbuhan ekonomi terus mengalami penaikan. Sampai 2014, telah mencapai 7,01%, dan pendapatan per kapita sampai 2013 sebesar Rp6,4 juta.

Bupati Sabu Raijua Marthen L Dira Tome mengungkapkan pembangunan di wilayahnya berpatokan pada tiga pilar utama, yaitu ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Ketiganya saling terkait serta cocok untuk daerah baru ini. “Pembangunan ekonomi menggunakan model pendekatan amfibi. Pendekatan ini bertolak dari spirit bahwa seluruh penduduk usia produktif harus punya pekerjaan yang pasti, di darat maupun di laut,” kata Marthen.

Warga boleh menjadi nelayan, tetapi mereka juga harus memiliki keterampilan sebagai petani. Tujuannya jika terjadi cuaca buruk di laut, nelayan bisa berganti profesi menjadi petani. Begitu juga jika hal sebaliknya yang terjadi. Saat bencana membuat gagal panen, petani juga harus mampu menangkap ikan di laut.

Baik mereka menjadi nelayan atau petani dan pembudi daya rumput laut, pemerintah tetap membantu mendanai pelatihan dan pengadaan peralatan penunjang usaha. Karena sadar perlu kerja keras untuk membangun Sabu Raijua, Marthen tak pernah berada di kantor pada siang hari. Ia ingin memastikan seluruh program berjalan sesuai dengan rencana.

Setiap hari, sang bupati selalu pergi ke desa-desa mengunjungi masyarakat dan baru pulang malam harinya. Kebiasaan itu sudah ia jalani sejak terpilih menjadi bupati. Setiap kali bertemu warga, yang ia katakan ialah jangan pernah mau jadi pegawai negeri. Pekerjaan paling layak ialah bergerak di sektor nonformal dengan menjadi petani, nelayan, pengusaha bengkel, atau pemilik warung.

“Kami menyiapkan benih. Pemerintah juga membukakan lahan kebun baru dengan traktor dan masyarakat tinggal memanfaatkannya untuk bertanam. Hasilnya juga menjadi hak masyarakat sepenuhnya,” kata dia.

Di bidang lain, Pemerintah membantu mengolah lahan pertanian baru menggunakan traktor dan hand traktor secara cuma-cuma. Pembagian benih, pupuk, motor air dan selang juga dilakuan tanpa imbalan. Semua yang dilakukan pemerintah tersebut mendorong terjadinya usaha tani pada musim kemarau, jagung, bawang serta horti kultura dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan dan mengatasi pengangguran semusim, produksi pangan miningkat  luar biasa, padi jagung, bawang merah dan komoditi lainnya .

Ada lagi pembangunan  tambak garam sekaligus pengolahan garam Yodium tahun 2015 mencapai 121 ha, menyerap tenaga kerja ribuan org, pendirian pabrik air kemasan dan pabrik rumput laut diwilayah Sabu Timur. Pengolahan dan pengemasan gula lontar menjadi gula air, gula semut dan gula lempeng dalam kemasan yang layak pasar, pengolahan minyak kayu putih, pengembangan pakan ternak dan bantuan seribu ekor sapi betina dan inseminasi buatan. Bantuan kambing etawah. dan ayam super harko.

Bukan penonton

Selain itu, pemerintah juga terus mengenjot bidang lain seperti kerajinan gerabah, tenun, dan pandai besi. “Pada dasarnya seluruh  potensi di Sabu dan Raijua layak dikembangkan demi meningkatkan ekonomi rakyat,” tandas Bupati. Ia ingin ke depan, masyarakat lokal tidak akan hanya menjadi penonton keberhasilan warga pendatang. Karena itu, wajib hukumnya bagi mereka untuk mengolah potensi yang ada.

Dalam lima tahun, nadi daerah itu mampu berdenyut kencang. Warga mampu memproduksi dan menjual sendiri hasil bumi dan laut mereka. Spirit serupa jarang ditemui di daerah lain. Apa yang terjadi saat ini tidak terbayangkan ketika Sabu Raijua masih menjadi bagian dari Kabupaten Kupang. Pembangunan di Pulau Sabu selalu tersendat.

Feri yang menghubungkan Kupang-Sabu hanya bergerak satu kali dalam sepekan. Bila ombak laut tinggi, tidak ada kapal yang berani bertolak. Sabu pun menjadi pulau yang terisolasi. Tersebab itulah, puluhan pegawai negeri Kabupaten Kupang yang dimutasi ke Sabu di awal pemekaran menolak berangkat.

Kini, operasi feri ditingkatkan menjadi dua kali dalam seminggu. Sebuah kapal cepat juga sudah melayari rute yang sama dua kali dalam sepekan. Transportasi udara yang dulu jarang sekarang sudah memiliki jadwal tetap pesawat Susi Air.

Yang paling membuat Sabu Raijua berbeda ialah mulai jarangnya ternak warga yang berkeliaran bebas di padang penggembalaan. Pemerintah kabupaten telah mengeluarkan perda yang melarang praktik itu. Ternak harus tetap berada di kandang dan diberi pakan hijau. Kebijakan itu bertujuan menjaga ternak agar tidak merusak tanaman pertanian masyarakat dan pepohonan di hutan rakyat mandiri.

Marthen meminta warganya harus yakin dengan seluruh kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. “Saya tidak akan tidur sebelum berpikir. Saya yakin ide besar lahir lewat berpikir,” katanya.  (*tim)

Komentar Anda?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *