Kupang, seputar-ntt.com – Ini kisah sedih yang mungkin menjadi tragedi kemanusiaan bagi orang Sabu Raijua. Bagimana tidak, suku yang dikenal menyatu dalam keadaan duka nestapa ini seperti kehilangan roh saat seorang pria asal Sabu meregang nyawa dalam sebuah gubuk pinjaman di Desa Baumata, Kabupaten Kupang pada Minggu 13 November 2016.
Namanya Yohanis Tari. Sesuai KTP, pria malang yang akrab disapa Bai (Opa) Nani ini lahir pada 17 Februari 1949 di sabu. Beralamat di RT15/RW06 Walikota Kupang. Dia ditemukan tak lagi bernafas oleh Natan Nautu, orang tua yang selama ini merawat dan memberi makan almarhum di sebuah gubuk sederhana. Almarhum telah dikuburkan pada Senin, (14/11/2016) pukul 11:00 Wita.
Yang menyedihkan adalah ketika dia meninggal, ada seruan lewat media sosial facebook bagi semua orang Sabu untuk Hadir dalam acara pemakaman. Namun dari ribuan orang Sabu yang ada di Kupang hanya ibu Twen Dami Dato yang ikut penguburan. Dia kemudian diminta membawa sambutan mewakili orang Sabu. Pertanyaannya dimana orang Sabu?? dimana ikatan keluarga Sabu saat duka melanda salah satu buah kandung Hawu Miha?
Lantas siapa Almarhum Yohanis Tari? ini kisahnya sesuai tulisan ibu Twen Dami Dato dalam akun Facebooknya. Menurut ceritera bai Nani kepada keluarga Nautu bahwa tetelah bapaknya meninggal di pulau Sabu, saudaranya sering berkelahi masalah warisan sehingga mamanya yang berasal dari Rote bermarga Soru bersama Nani Tari yang waktu itu masih remaja belasan tahun berangkat ke Rote dan tinggal di Landu. Oleh karena itulah almarhum fasih bahasa Rote.
Setelah Dewasa, Nani Tari merantau ke Kupang kemudian menuju Tepas Kabupaten TTS. Dia tidak berkeluarga dan memiliki saudari perempuan bernama Yohana Tari yang katanya bersuami org Alor dan kerja di Tim-Tim. Namun setelah exodus pulang kupang dan kerja di pegadaian. Tidak jelas apakah suami atau Yohana yang bekerja di pegadaian. Dia juga cerita keluargnya Pdt Simon Tari yang dulunya koster di gereja Kota Kupang.
Dari Tepas Nani Tari ikut orang ke Baumata dan tinggal berpindah-pindah tempat. Dia tidak mau tinggal dengan orang karena dia takut menyusahkan orang lain. Menurutnya, dia memiliki “pegangan” sehingga dia tidak bisa satu rumah dengan orang yang beriman. Dia juga pantangan dengan air dimana tidak bisa mandi dan tidak bisa minum air. Dia hanya bisa mengkomsumsi susu kental manis sebagai pengganti air.
Nani Tari, dikenal oleh masyarakat di Baumata timur dengan sebutan “Bai Air” karna memiliki talenta mampu mendeteksi mata air untuk digali menjadi sumur. Buah tangannya di Baumata Timur yangg susah air sudah ada 24 buah sumur hasil pencarian almarhum. Dalam sambutan Kades Baumata Timur bahwa di dusun 5 yang tidak ada sumur sama sekali, Almarhum berhasil mendapatkan sumber air dan gali sumur sehingga seluruh masyarakat dusun 5 membuat pesta dansa dan makan kue cucur pertanda kebahagiaan mendapatkan sumber air.
Sejak almarhum sakit pada tahun 2008, dia dirawat oleh bapak Natan Nautu bersama kelarga. Karna usianya yang makin renta Almarhum tidak bisa keluar rumah lagi hingga pada Minggu siang 13 November 2016 dia ditemukan telah meninggal oleh bapak Natan Nautu yang juga selama ini telah merawat almarhum. (jrg)