Kisah Heroik Polisi yang Seberangkan Bocah Melewati Banjir

  • Whatsapp

Maumere,seputar-ntt.com – Sejak bulan Januari lalu kondisi crossway Dagamage, Desa Kolisia sangat memprihatinkan. Akibat hujan lebat yang terus mengguyur Kabupaten Sikka, satu-satunya akses yang menghubungkan jalur pantura Flores itu ambruk diterjang banjir. Jalan penghubung yang memotong langsung jalur kali selebar 30 meter itu ambruk di pagi hari kala aktifitas masyarakat belum begitu padat.

Kala itu, menjelang pukul delapan pagi, masyarakat kaget karena jalan yang biasa mereka lalui menuju sawah, sekolah dan kota Maumere menyisahkan “lubang” yang menganga.

Beruntung banjir itu masih menyisakan sepotong jalan yang bisa dilalui kendaraan bermotor. Aktifitas dan lalu lintas warga sedikit tertolong.

Upaya pemerintah Kabupaten Sikka hanya sebatas koordinasi pasalnya jalan itu bukan kewenangan mereka yang empunya kabupaten berjuluk negeri seribu kuwu (tempat memasak atau fermentasi nira menjadi miras-moke). Menurut mereka jalur pantura Flores itu kewenangan pemerintah pusat. Apa daya masyarakat hanya bisa pasrah dengan keadaan itu.

Senin (12/2/2018), sejak siang awan pekat mengepung kota Maumere. Ya hujan deras akhirnya mengguyur kota Maumere selama hampir satu jam. Pemandangan yang tidak asing di kota Maumere kembali tersaji. Ya, “kolam” musiman ada dimana-mana. Air hujan mengalir di jalan karena ketiadaan drainase kalaupun ada toh drainasenya mampet. Sampah pun tumpah ruah ke jalan dibawa air berwarna kecoklatan.

Rupanya hujan kali ini begitu ganas. Crossway Dagamage pun tak luput dari ganasnya banjir dari gunung. Praktis, akses yang tersisa di lokasi itu putus total. Masyarakat hanya menonton tak tahu hendak berbuat apa. Pancaran Wajah mereka penuh harap-harap cemas.

Menjelang kembalinya mentari ke peraduannya, air belum juga surut. Warga tak ada pilihan selain harus menyebrang melawan derasnya aliran.

Kisah heroik seorang brigadir kepala bermula ketika masyarakat kehilangan harapan. Bripka Syafrul Senja Putra mulai melepas sepatunya satu per satu, dilihatnya seorang ibu yang hendak menyebrangi kali itu sambil membopong anaknya. Bermodalkan keberanian dan tekad pelayanan seorang Bhabinkamtibmas, Bripka Syafrul menawarkan bantuan menyebrangkan bocah itu.

Bripka Syafrul yang masih menggunakan seragam polisi dibalut rompi berwarna hijau itu langsung membopong si anak dan menaruh si anak di atas pundaknya yang kekar.
Tak sedikitpun rasa takut menghantuinya, sontak aksi heroik sang brigadir menjadi tontonan warga. Derasnya arus banjir tidak menyurutkan niat baiknya.

Sesekali Bripka Syafrul terantuk bebatuan di dasar kali namun ia tetap berusaha menjaga keseimbangannya. Kurang dari 20 menit akhirnya, Bripka Syafrul sudah berada di seberang. Tidak hanya bocah itu saja yang disebrangkan bripka Syafrul, bocah-bocah lain juga disebrangkannya.

Bahkan ibu-ibu ikut merasakan keberaniannya.
Melihat keberanian Bripka Syafrul, masyarakat akhirnya mulai berani menantang derasnya arus air itu. Mereka saling bahu-membahu menyebrangi kali tersebut.

Mungkinkah Kisah ini akan terus menjadi potret kelam di Kabupaten Sikka? Atau kita yang memangku kekuasaan ingin menyudahinya?(tos)

Komentar Anda?

Related posts