Keberagaman Gender di Tengah Penolakan Isu LGBTQ

  • Whatsapp

Kupang, seputar-ntt.com – Isu keberagaman gender dan orientasi seksual di tengah penolakan lesbian, gay, biseksual, transgernder dan queer (LGBTQ) menjadi bahan dan tolak ukur yang hangat diperbincangkan di tengah masyarakat yang menjadi pro dan kontra bagi masyarakat pada umumnya (heteroseksual).

Isu tersebut diangkat dalam satu materi dalam pelatihan jurnalisitk yang diselanggarakan diselenggaran Independent Man of FLOBAMORA (IMoF) NTT yang berlangsung dua hari belum lama 27,28 November 2023.

Demikian siaran pers IMoF yang diterima Redaksi ditandatangani Ketua ImoF, Ridho Herewilla. Materi SOGIESC dan pemberitaan media massa yan disampaikan nara sumber yang juga fasilitator, aktivis, jurnalis perempuan di nttonlinenow.com, Anna Djukana.

Pelatihan ini diikuti sepuluh anggota IMoF NTT yang terdiri dari dua gay, dua transpuan, tiga transmen, dua lesbian satu queer.

Ketua IMoF NTT Ridho Herewila pada sesi materi SOGIE SC yang dibawakan oleh Jurnalis Anna Djukana menjelaskan orientasi seksual, adalah ketertarikan secara seksual (fisik) dan emosional (psikis) seseorang terhadap gender dan atau seks tertentu, yang di akui negara berdasarkan kementrian kesehatan indonesia ada tiga heteroseksual adalah ketertarikan manusia yang melibatkan rasa emosi dan romantis, dan/atau seksual terhadap manusia lain yang memiliki gender dan/atau seks yang berbeda dengannya, homoseksual ketertarikan manusia yang melibatkan rasa emosi dan romantis, dan/atau seksual terhadap manusia lain yang memiliki gender dan/atau seks yang sama dengannya. dan biseksual ketertarikan manusia terhadap manusia lain yang melibatkan rasa emosi dan romantis, dan/atau seksual, yang tidak terbatas pada satu gender dan/atau seks tertentu, akan tetapi ada juga beberapa hal yang harus diketahui juga bahwa ada begitu banyak jenis orientasi lainya yang ada seperti panseksual ketertarikan manusia yang melibatkan rasa emosi dan romantis, dan/atau seksual terhadap manusia lainnya tanpa memandang gender dan/atau seksnya dan aseksual manusia yang tidak memiliki ketertarikan yang melibatkan rasa seksual kepada manusia lainnya, dan orientasi seksual jelas berbeda dengan prilaku seksual.

Anna Djukana menjelaskan mengapa penting mengenali orientasi seksual (SO) identitas gender (GI) ekspresi gender (E) dan karakterisitik seks (SC) atau SOGIESC, karena kelompok minoritas lesbian, gay, biseksual, transgender dan queer kerap mengalami stigma, diskriminasi, persekusi, penyiksaan, kriminalisasi yang melanggar prinsip Hak sasi Manusia.

Menurut dia, pemantauan AJI dan sejuk menunjukkan sejumlah media yang mengabaikan pedoman pemberitaan Isu Keberagaman yang dikeluarkan Dewan Pers.

Pengurus Devisi Gender, Anak dan Kelompok Marginal Aji Indonesia Periode 2021-2024 ini menambhakan media massa menulis kutipan nara sumber yang menyampaikan kebencian dan ancaman terhadap LGBTQ, hanya mewawancarai otoritas resmi, mengabaikan prinsip HAM dan keberagaman gender serta tidak mempertimbangkan dampaknya terhdap kelompok minoritas.

Saat pelatihan tersebut ia berharap peserta kegiatan mendapatkan pengetahuan terkait kerja – kerja Jurnalis dan mempunyai ketrampilan membuat siaran pers serta dapat menulis cerita cerita inspiratif.

Tujuan pelatihan ini agar teman teman yang tergabung dalam IMoF mampu membuat narasi, artikel, siaran pers, story telling sesuai standar jurnalistik

Materi yang disampaikan selama dua hari ini, yakni kode etik jurnalistik, pemberitaan SOGIESC, teknik mengumpulkan informasi, kiat menulis artikel, cara membuat siaran pers dan praktek, story telling dan praktek.

Independent Man of FLOBAMORA (IMoF NTT) Melaksakan pelatihan jurnalistik pada Senin Selasa tanggal 27-28 November 2023 di Hotel Naka.

Pelatihan Jurnalistik ini merupakan salah satu program kerja IMOF untuk meningkatkan kapasitas anggota IMOF dalam dunia Jurnalistik. Pelatihan ini diikuti oleh 10 orang anggota imof ntt, terdiri dari dua orang transpuan, tiga orang transmen, dua orang gay, dua lesbian dan satu orang queer.

Narasumber dan fasilitator Ana Djukana, saat pelatihan tersebut berharap peserta kegiatan mendapatkan pengetahuan terkait kerja – kerja Jurnalis dan mempunyai ketrampilan membuat siaran pers serta dapat menulis cerita cerita inspiratif.

Tujuan pelatihan ini agar mampu membuat narasi, artikel, siaran pers, story telling sesuai standar jurnalistik

Materi yang disampaikan selama dua hari ini, yakni kode etik jurnalistik, pemberitaan sogie sc, teknik mengumpulkan informasi, kiat menulis artikel, cara membuat siaran pers dan praktek, story telling dan praktek.

“Narasi yang baik di medsos)

Sementara itu ketua IMOF NTT, Ridho Herewila saat membuka kegiatan mengharapkan denga pelatihan ini anggota IMOF paham sistematik Jurnalistik sehingga membantu teman – teman dalam menulis siaran pers dan membuat narasi yang baik dan benar di media sosial.

Ridho menambahkan anggota IMoF menjadi jurnalis warga atau komunitas dalam menulis isu – isu keberagaman gender sehingga mengedukasi dan memberikan pemahaman kepada masyarakat.

IMoF adalah organisasi komunitas keberagaman gender dan seksual di Kota Kupang yang menjadi wadah bagi LGBTQ di NTT.

Dua hari pelatihan dengan metode yang kreatif membuat semua peserta berpartisipasi dalam setiap sesi materi. Selain itu, juga ada praktek menulis siaran pers dan membuat tulisan status inspiratif di media sosial (medsos) .(non)

 

 

 

 

Komentar Anda?

Related posts