Kamlasi Menari di Pulau Kenari

  • Whatsapp

Matahari sudah condong ke arah barat saat Calon Gubernur NTT, Simon Petrus Kamlasi menjejakkan kaki di Bandara Mali, Kabupaten Alor pada Selasa (18/9/2024). Putra Kelahiran Desa Sunu, Kabupaten Timor Tengah Selatan itu akan melakukan safari politik di pulau yang dikenal dengan sebutan Pulau Kenari, Negeri Seribu Moko. Jenderal bintang satu yang akrab disapa SPK itu didampingi langsung oleh Ketua Tim pemenangan Paket SIAGA, Kristo Blasin, Bapilu DPW PKS NTT, Syamsul Samsudin Ali, pengurus DPW PKB NTT, Stanis Tefa dan Direktur Relawan Paket SIAGA, Yance Jengamal. Mereka telah melintasi langit Alor dan menikmati keindahan bongkahan surga di negeri matahari terbit itu dari angkasa. Walaupun sebelumnya mereka harus terguncang dengan muka pusat pasi saat pesawat yang ditumpangi membelah awan tebal di atas laut Alor.

Di luar bandara ribuan relawan, pendukung dan simpatisan langsung berteriak histris saat SPK, sapaan akrab Simon Petrus Kamlasi mengangkat tangan dan menyapa mereka. Dia disambut oleh para Petinggi Partai Koalisi yang mengusung dirinya bersama Adrianus Garu. Ada juga Ketua Relawan Kabupaten Alor, Santi Maro. Setelah dikalungi selendang, SPK lalu diarahkan menuju ke pintu keluar. Awak bandara, langsung megrakankan jalan VVIP kepada SPK supaya lebih cepat berada di luar bandara yang telah ditunggu oleh para relawan. Disiapkan dua orang berpakian adat lengkap dengan panah dan busur untuk mengawal Simon Petrus Kamlasi di mobil terbuka.

Belum sampai 10 menit arak-arakan keluar dari Bandara Mali, ratusan orang kemudian berdiri di jalan dan menghentikan mobil terbuka yang ditumpangi Simon Petrus Kamlasi. Mereka seperti memaksa agar SPK turun dan masuk dalam kintal sebuah gereja. Mereka datang memeluk dan mencium SPK dan mengalunginya selendang. Rupanya, gereja Filadelfia Mali adalah salah satu rumah ibadah yang dibantu keramik oleh SPK. Dia langsung diajak ke dalam gereja dan melihat pemasangan keramik dan plafon yang sedang dilakukan oleh para tukang. Disana dia didoakan untuk memimpin NTT. SPK juga berjanji akan datang beribah dan syukuran di gereja Filadelfia Mali.

Saat tiba di Pasar Lipa, hari sudah senja, Sirine mobil Ford Raider memantik perhatian para pedagang dan juga para tukang ojek. Situasi di depan pasar sedikit macet dan membuat laju kendaraan melambat. Simon Petrus Kamlasi yang berdiri di mobil terbuka langsung dikenal oleh beberapa orang dan sontak berteriak SIAGA. SPK lalu meminta sopir untuk menepi kemudian dia turun untuk menemui masyarakat yang sudah berkerumun di jalan. Mereka datang memeluk dan mencium SPK. SPK kemudian berjalan masuk ke dalam pasar dan membeli sirih piang, kue rambut, jagung titi dan makanan khas Alor lainnya. Semua belanjaan di bagi-bagi kepada tukang ojek dan juga mama-mama pedagang di pasar Lipa. Mereka benar-benar gembira karena baru Simon Petrus Kamlasi yang datang dan masuk ke dalam pasar Lipa untuk menyapa para pedagang. Para ibu-ibu bahkan berceloteh dan dengan nada marah mengungkapkan bahwa orang sendiri tidak pernah menampakkan batang hidung tapi orang lain datang dengan hati tulus tanpa sungkan dan tanpa jarak untuk bertemu rakyat.

SPK rupanya sudah ditunggu di Sawah Lama yang berada di Desa Lendola, Kecamatan Teluk Mutiara. Para mama-mama menyambut SPK dengan berjoget dan SPK turut berjoget besama mereka. Suasana gembira begitu terasa di penghujung sore itu. Disana dia disambut oleh jemaah di Masdjid An’Nur Sawah Lama dan Jemaat Gereja Syalom Sawah Lama. Warga disana benar-benar menjaga toleransi. SPK menyapa warga dan menyampaikan tujuannya ke Alor serta apa yang akan dilakukan oleh dirinya jika sudah menjadi Gubernur NTT, lima tahun ke depan. Dia memperkenalkan diri dan apa saja yang telah dia perbuat selama menjadi Anggota TNI kepada masyarakat. Dia memberi harapan bagi masyarakat tentang lapangan kerja dan potensi yang akan dikelola di Kabupaten Alor.

Dari Pasar Lama, Simon Petrus Kamlasi menuju ke Desa Adang Buom, Kecamatan Teluk Mutiara. Di Desa Adang Buom, Simon Petrus Kamlasi disambut secara adat sebagai anak sulung dari suku Adang Buom. Tokoh adat suku Adang Buom, Wellem Duka menyambut SPK dengan tutur adat dan memakaikan sarung sebagai tanda telah menjadi anak sulung di suku Adang Buom. Mereka memberi doa bagi SPK untuk memimpin NTT kedepan. Ditempat itu, berdiri juga sekertariat relawan SIAGA Kabupaten Alor. Mereka sudah bertekad akan bekerja dari pintu ke pintu dengan target bisa memberi 80 ribu suara bagi Simon Petrus Kamlasi dan Adrianus Garu pada saat pemilihan tanggal 27 November nanti. Disitu SPK memaparkan karya tangannya di beberapa desa yang ada di Alor, dimana pompa hidram sudah dinikmati oleh warga untuk kebutuhan air bersih dan kebutuhan pertanian serta peternakan. Berbagai keluhan disampaikan oleh masyarakat kepada SPK disertai harapan agar nanti ketika memimpin NTT, apa yang telah mereka keluhkan bisa dijawab dalam 5 tahun kepemimpinan Paket SIAGA.

Simon Petrus Kamlasi seperti tak diberi ruang untuk bernafas oleh masyarakat di Kabupaten Alor. Pasalnya, selepas dari Desa Adang Buom, SPK yang semestinya sudah harus beristrahat tapi rupanya di Hotel tempat dia menginap telah menanti para Ketua Partai Koalisi. Disana mereka berdiskusi tentang NTT lima tahun kedepan dan apa yang menjadi persoalan di Kabupaten Alor. Partai Koalisi sepakat untuk bersatu memenangkan Paket SIAGA untuk NTT sekalipun di Kabupaten Alor mereka berbeda pilihan karena mendukung calon yang berbeda-beda. SPK pun berpesan untuk tetap menjaga suasana damai selama proses Pilkada dan terus menyampaikan apa yang akan dikerjakan paket SIAGA nanti. Usai dengan partai koalisi SPK harus menjawab pertanyaan wartawan yang setia menanti hingga pukul 23:00 Wita. Sebelum masuk kamar untuk istrahat, rupanya ada relawan lain yang tidak tergabung dengan relawan SIAGA. Mereka berinisitaf sendiri dalam membentuk kelompok relawan untuk mendukung Paket SIAGA. Mereka bahkan datang untuk mengalungi kain adat ke leher Simon Petrus Kamlasi sebagai tanda cinta mereka kepada putra asal Pulau Timor itu.

Hari kedua di Alor tepatnya pada Rabu, 19 September 2024, suasana di restoran Hotel Simfony sudah ramai. Banyak tokoh Masyarakat yang sudah menanti SPK hanya sekedar untuk berjabatan tangan. Ada yang sudah kenal. Lebih banyak yang hanya ingin bertemu dan berkenalan setelah mereka melihat di Media Sosial bahwa SPK ada di Alor. Setelah itu SPK meluncur menuju Pantai Utara Alor (Pantura) tepatnya di Kacamtan Alor Barat laut. Sebelum tiba di Aimoli, SPK rupanya telah ditunggu oleh masyarakat adat Kamburang yang ada di Desa Lewalu, Kecamatan alor Barat Laut. Rupanya SPK telah memberi bantuan keramik untuk memperbaiki rumah adat milik suku Kamaburang di Desa Lewalu. Disana dia disambut dalam rumah adat dengan segelas air putih yang telah didoakan lalu SPK sendiri yang memasang keramik pertama di rumah adat milik suku Kamabura di Lewalu. Usai bertatap muka, SPK diajak menari lego-lego dan mama-mama menari hingga ke pintu mobil SPK yang sudah siap menuju Desa Aimoli.

Di desa Aimoli Simon Petrus Kamlasi bertemu dengan orang tua adat dari 12 suku dan masyarakat dari 10 Desa yakni Desa Oa Mate, Hula, Wahing, , Aimoli Barat, Aimoli, Ala’ang, Kokar, Alila, Alila Selatan dan Alila Induk yang berlangsung di lapangan bola Sey’eng, Desa Aimoli, Kecamatan Alor Barat laut. Rupanya di tempat itu ada jejak Gubernur Piet A Tallo yang dikenang warga karena pernah datang meletakkan batu pertama untuk Pembangunan gereja Sey’eng. Di halaman gereja itu SPK kemudian menanam pohon lengkeng. Dua anak TTS yang jejak kakinya ada di Aimoli. Harapan masyarakat begitu banyak disampaikan dan dijawab SPK secara taktis yang membuat masyarakat bersemangat karena SPK menjawab secara teknis setiap persoalan yang disampaikan rakyat.

Dari Aimoli, Simon Petrus Kamlasi bergerak ke bandara Mali untuk melanjutkan safari politik ke Atambua. Di kota perbatasan itu ribuan Masyarakat telah menanti. Namun dalam perjalanan, menuju bandara, ada lagi ratusan anak muda yang mengendarai motor dan berbaju Paket SIAGA. Mereka ruapanya relawan lain lagi yang membentuk kelompok sendiri untuk mendukung SPK. Sehingga selama di Alor, SPK bertemu dengan tiga kelompok relawan SIAGA yang punya kelompoknya masing-masing. Mereka mengikuti SPK hingga bandara Mali. Masuk ke Lobi Bandara lalu berdiskusi dengan SPK sambil menunggu boarding. Simpon petrus Kamlasi begitu luar biasa mendapatkan simpati di Pulau Alor. Disana dia tertawa dengan rakyat, meresapi setiap keluh kesah mereka dan juga menari bersama bersama rakyat dalam sukacita yang mereka luapkan dari hati. Doa mereka bertebaran menembus sekat langit hanya dengan satu pinta, Tuhan memembuka jalan untuk putra Timor itu memimpin NTT. (joey Rihi Ga)

Komentar Anda?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *