Jejak Jeriko di Tengah Pandemi

  • Whatsapp
Wali Kota Kupang, Jefri Riwu Kore

Kupang, seputar-ntt.com – Sebagai Ibu Kota Provinsi NTT, Kota Kupang adalah daerah dengan tingkat kesibukan yang paling tinggi dibanding dengan wilayah lain di NTT. Tidak hanya sebagai pusat pemerintahan tapi juga menjadi pusat bisnis untuk wilayah NTT pada umumnya. Sebagai Ibu Kota Provinsi, Kota Kupang paling sering menjadi topik pemberitaan di media. Tidak terlepas juga dengan apa saja yang dilakukan oleh Wali Kota sebagai pemimpin Kota yang berjuluk Kota kasih tersebut. Di saat Pendemi menyerang dunia, Kota Kupang termasuk wilayah yang juga terpapar dan terdampak oleh virus yang berasal dari Kota Wuhan tersebut.

Sebagai Kota yang intesitas pergerakan masyarakatnya cukup tingga maka, ketika ketika Protokol penanganan Covid-19 diterapkan, Kota Kupang terlihat tidak seramai biasanya. Kota Kupang terlihat lebih longgar sebab para ASN baik di Provinsi muapun di Kota melakukan instruksi Pemerintah Pusat dengan bekerja dari rumah atau Work From Home (WFH). Anak-anak sekolah dan mahasiswa juga belajar dari rumah. Angkutan kota yang biasanya ramai oleh pelajar dan mahasiwa terlihat sepi. Kota Kupang yang sedang ramai-ramainya lantaran beberapa ruang publik sudah disulap menjadi tempat untuk kongkow tiba-tiba harus sepi. Bundaran Tirosa, Taman Ina Bo’i, Taman Son Bai, Taman Nostalgia adalah tempat yang sedang ramai-ramainya dikunjungi warga kota kala malam hari terlebih di akhir pekan. Tempat-tempat ini harus iklas untuk sunyi dan sepi dari pengunjung.

Lalu disaat pendemi terjadi, apa saja yang dilakukan oleh Wali Kota Kupang, Jefri Riwu Kore? Orang nomer satu di Kota Kupang tersebut tidak berdiam diri. Dia terus melakukan aktifitas seperti biasa. Ya, memimpin pemerintahan di saat pandemic sekaligus memastikan warganya terlayani dengan baik tentu dengan doa supaya tidak banyak warga yang terpapar oleh virus yang menjadi momok bagi dunia tersebut. Jefri Riwu Kore tak pernah menghentikan langkahnya untuk melayani warga kota sekalipun kerap kali dinilai sebagai pencitraan politik oleh segelintir orang atau lawan politik. Saat warga dilarang untuk berkerumun di tempat umum, Jefri Riwu Kore turut berteriak di jalanan untuk membubarkan masyarakat yang masih saja keras kepala terhadap himbaun pemerintah untuk tinggal di rumah saja. Dia tak peduli kata orang yang memandang sinis terhadap apa yang dia lakukan. Bahkan untuk membagi maskers saja Wali Kota didampingi sang istri tak takut untuk turun ke demi warga kota. Mungkin ini hal kecil bagi orang lain tapi bagi Jefri Riwu Kore, sebagai pemimpin Kota dia ingin memastikan Keselamatan Rakyat diatas segalanya. Bagi Jefri, warganya terlindungi dan sedapat mungkin bisa terhindar dari wabah Covid-19.

Untuk membagikan sembako, Jefri juga turut keliling kota tentu selalu didampingi oleh sang istri yang juga ketua Tim Penggerak PKK yang dipercaya masyarakat NTT sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat atau DPD asal NTT. Banyak orang yang menilai bahwa pergerakan walikota yang akrab disapa Jeriko ini berbau politik. Tapi sekali lagi, Jefri tak pernah peduli. Dia mau bersentuhan langsung dengan masyarakat. Mendengar apa masalah yang mereka hadapi di kala sulit seperti sekarang. Nyatanya banyak yang tidak terdata untuk mendapatkan bantuan sehingga Pemerintah Kota harus membuat Website khusus untuk urusan bantuan sosial. Ini dilakukan karna keluhan masyarakat yang disampaikan secara langsung kepada jefri sebagai Wali Kota dan dia mengeksekusi itu lewat kebijakan-kebijakan.

Satu yang selalu dilakukan oleh Wali Kota adalah dia tidak pernah tersinggung dengan kritik tajam orang dan dia selalu berusaha untuk mencari solusi terbaik bagi warga kota. Dia memastikan ketersediaan fasilitas kesehatan di RSUD SK Lerik sebagai rumahk sakit Kota, dia juga berkeliling untuk menempatkan tempat cuci tangan di tempat-tempat strategis. Tak ada hari tanpa aktifitas sekalipun ASN Kota sedang bekerja dari rumah. Saat ada Pasien Covid-19 yang meninggal di Kota Kupang, Jefri Riwu Kore memimpin langsung Gugus Tugas untuk melakukan penyemprotan di rumah almarhum. Jefri langsung turun lapangan sekalipun sangat beresiko. Dia mau memastikan semua keluarga dari pasien yang meninggal harus memperoleh pelayanan yang standard dan kebutuhan mereka harus terpenuhi. Demikian juga dengan warga sekitar, sambil tim melakukan penelusuran lebih jauh terhadap kontak pasien.

Di beberapa kejadian ketika Wali Kota mendengar atau membaca lewat media  bahwa warganya ada yang mengalami kesulitan, Jeriko sudah langsung bertandang kesana. Sebut saja, saat dia membaca tentang kisah Oma Siti Abdulah, janda Lansia di Kelurahan Penfui yang tinggal di rumah sangat tidak layak. Jeriko langsung kesana. Setelah tiba di lokasi, ternyata bukan hanya rumah Oma Siti Abdula yang harus dibedah, ada juga seorang duda lansia bernama Opa Benyamin Yasin, yang tinggal di rumah tidak layak huni dan harus di bedah. Sebagai seorang  Wali Kota, Jefri langsung memerintahkan stafnya untuk segera mengeksekusi apa yang dia perintahkan yakni membedah rumah warga yang dia temui. Begitu juga saat dengar kisah seorang janda Lansia benama Oma Ane Djara di kelurahan Fontein yang sakit dan tidur di rumah yang tidak layak huni, Jeriko bersama sang istri juga menyambangi secara langsung untuk memberi bantuan. Bahkan Walikota meminta supaya Oma yang sakit itu tinggal sementara di rumah jabatan sambil rumahnya dibedah oleh Pemkot Kupang. Jefri bahkan kepada media mengakui bahwa masih banyak warga kota yang hidup dalam kesulitan namun dia terbatas karna tidak memiliki data maupun informasi yang akurat.

Salah satu Pejabat di NTT yang aktif di Media Sosial (Medsos) adalah Jefri Riwu Kore. Dia sadar bahwa lewat media sosial dia bisa memantau dan mendengar setiap keluhan warga sekalipun di jagad dunia maya, orang mengumpat dengan kasar sudah menjadi hal biasa. Bagi Jefri itu bukan tantangan. Contoh kecil misalnya, saat para petugas kebersihan kota mengeluh lewat media sosial bahwa mereka bekerja tidak punya APD langsung dijawab oleh Wali Kota dengan menemui para petugas kebersihan dan membagikan APD kepada mereka. Padahal sudah banyak orang mengumpat Walikota karena hal itu. Bahkan ada pihak yang melontarkan krtitik pedas lewat pemberitaan.

Apa yang dilakukan oleh Jefri Riwu Kore tersebut bukan tanpa kritikan pedas. Kritikan yang paling sering adalah dari DPRD Kota Kupang sebagai penyambung aspirasi rakyat kota sekalipun kritikan yang tajam tersebut sering bernuansa politik yang terang benderang. Mereka menuding bahwa apa yang dilakukan oleh Wali Kota dengan menyalurkan Bantuan di saat Pandemi hanya pencitraan semata. Biar demikian Jeriko tak pernah menghentikan langkahnya. Sebab dia tak mau rakyatnya mengalami kesulitan hanya karna dirinya berhenti bergerak memberi pertolongan hanya karena kritikan dan sudut pandang bahkan pendapat yang berbeda. Sekalipun sering dihadap-hadapkan oleh media lewat pemberitaan tapi Jeriko tak pernah terpancing apalagi melayani kritikan yang ada. Bagi Jefri Riwu Kore, Seorang Pemimpin harus memiliki hati seluas samudera yang tak akan meluap bila diguyur dan tak akan berkurang bila ditimba. Jefri Riwu Kore sudah berkomitmen untuk terus bergerak melayani warga yang dia cintai di Kota Kasih ini. (joey rihi ga)

Komentar Anda?

Related posts