Ini Penelitian Tentang Manfaat Batang Tanaman Faloak di Pulau Timor

Kupang, seputar-ntt.com – HATI adalah organ paling besar dan terkompleks dalam tubuh dengan cakupan fungsi yang luas termasuk tempat penyimpanan nutrien, pengaturan homeostasis karbohidrat, fungsi sekresi dan ekskresi, sintesis protein, dan fungsi-fungsi metabolis vital yang khas untuk hati. Termasuk di dalamnya metabolisme hormon (insulin, glukagon, tiroksin, glukortikoid), metabolisme lipid (kolesterol, trigliserida, VLDL), metabolisme protein (degradasi asam amino, urea, dan protein-protein plasma) dan detoksifikasi zat asing (xenobiotika).

Penyebab-penyebab utama penyakit hati adalah obat atau hepatotoksin (termasuk alkohol), infeksi virus, dan reaksi imunogenik masih merupakan masalah kesehatan bagi komunitas global. Hepatitis viral (dikenal lima tipe virus: A, B, C, D, dan E) adalah salah satu tantangan kesehatan dunia disandingkan dengan penyakit-penyakit menular utama lainnya, termasuk HIV, tuberkulosis, dan malaria.

Di saat “trend” jumlah kematian akibat HIV, tuberkulosis, dan malaria periode 2000-2015 cenderung menurun, jumlah kematian akibat hepatitis viral malah sebaliknya cenderung naik. Bahkan, WHO memperkirakan secara kumulatif 20 juta orang akan meninggal akibat hepatitis viral dalam kurun 2015 sampai 2030 jika tidak ada respons memadai seluruh dunia melawan penyakit ini. Yang memprihatinkan secara global, tidak kurang dari 2,9 juta orang yang terinfeksi HIV juga terinfeksi virus hepatitis C dan 2,6 juta orang juga terinfeksi virus hepatitis B. Walaupun menyebabkan kira-kira 1,4 juta kematian setiap tahunnya akibat infeksi akut maupun kanker hati dan cirrhosis, WHO mengakui hepatitis sudah lama diabaikan sebagai prioritas kesehatan dan pembangunan secara global sebelum akhirnya “mendapat tempat” akhir-akhir ini.

Hepatitis, peradangan hati yang disebabkan oleh virus, justru mendapat perhatian serius dalam pemetaan penyakit menular di Indonesia karena terjadi peningkatan prevalensi hepatitis dua kali lipat di semua umur dari tahun 2007-2013. Di tingkat nasional, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menempati posisi pertama dari tiga provinsi dengan prevalensi hepatitis tertinggi pada tahun 2007 dan 2013 bersama Sulawesi Tengah dan Papua Barat.

Yang mengejutkan, angka prevalensi hepatitis di Nusa Tenggara Timur meningkat dua kali lipat di tahun 2013 (4,3 juta) apabila dibandingkan dengan data tahun 2007 (1,9 juta) (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI 2014, p. 3). Angka ini dapat memberi petunjuk awal kepada kita bahwa hepatitis adalah salah satu tantangan kesehatan terkini bagi provinsi NTT. Lebih jauh, angka ini bukan saja menggambarkan tingkat morbiditas tetapi dapat juga mereflesikan betapa serius dan kompleksnya penyakit ini dari aspek diagnosis, pengobatan (treatment), dan juga pencegahannya (prevention).

Di banyak tempat di pulau Timor secara lisan telah dilaporkan khasiat (efektivitas) air rebusan tanaman obat tradisional ini yang diminum secara rutin selama 1-6 bulan mampu menyembuhkan penyakit hepatitis. Namun, belum banyak informasi ilmiah yang mendukung klaim ini. Situasi ini memperkuat kenyataan secara umum bahwa penggunaan dan pemanfaatan tanaman obat tradisional untuk mengatasi masalah kesehatan cenderung mendahului evaluasi ilmiah yang sistematis baik terhadap keamanannya (studi toksisitas) maupun klaim khasiatnya (studi efektivitas).

Penelitian bersifat initial screening tanpa pengujian yang lengkap dari sisi hepatotoksin yang digunakan, paramater biokimia yang diperiksa, dan jangka waktu pengujian telah sering dikerjakan untuk meneliti khasiat Faloak sebagai hepatoprotektor. Penelitian yang sedikit lebih kompleks secara in vitro menggunakan kultur sel hati (hepatocytes) manusia sebagai usaha untuk memahami mekanisme kerja fraksi air kulit batang tanaman Faloak terhadap penghambatan replikasi RNA virus hepatitis juga penting untuk dilakukan. Namun, hambatan umum uji in vitro menggunakan kultur sel hati adalah derajat keterwakilan semua fungsi sel hati akan dipertanyakan. Ini dapat dimengerti mengingat ada penurunan sejumlah fungsi sel hati akibat siklus proses pembekuan dan penggunaan (freeze and thaw process) kultur hepatocytes termasuk perubahan ekspresi gen dari sel hati selama 24 jam pertama dalam medium biak.

Dilaporkan juga bahwa golongan senyawa yang terdapat dalam kulit batang Faloak adalah golongan flavonoid, antrakinon, saponin, kardenolida, dan tanin. Screening fitokima ini penting untuk memperkirakan senyawa utama dalam tanaman Faloak. Telah ada pula telaah toksikologi yang lengkap (toksisitas akut dan subkronis oral 90 hari) terkait dosis aman penggunaan air rebusan kulit batang Faloak pada tikus galur Wistar yang dilakukan oleh Badan Litbang Provinsi NTT. Menariknya, telaah toksikologi lengkap ini justru merekomendasikan melakukan uji untuk menegaskan efektivitas rebusan kulit batang Faloak secara lengkap menyembuhkan sakit hepatitis karena virus.

Ada dua kenyataan mengapa penting melakukan pengujian penegasaan secara lengkap efektivitas rebusan kulit batang Faloak. Pertama, organ hati begitu kompleks maka segala gangguan dan penyakit yang berkaitan dengan hati pun sama kompleksnya (multifactorial). Sekurang-kurangnya, harus dapat dipastikan terlebih dahulu hepatitis sebagai sebuah kondisi patologis disebabkan oleh mekanisme secara fisiologis, genetik atau seluler. Akibatnya, untuk mendapatkan sistem pengujian daya sembuh air rebusan kulit batang faloak terhadap salah satu penyakit hati bukanlah hal yang mudah. Salah satu pengujian dilakukan dengan in vivo models of disease. Cara ini ditempuh dengan merangsang kerusakan hati dalam hewan percobaan yang sehat dengan hepatotoksin tertentu (karbon tetraklorida, parasetamol, galaktosamin) yang meniru pola sakit hati oleh virus dan memperkirakan manfaat perlakuan sebagaimana terukur dari tes fungsi hati lengkap atau dengan mengambil sebagian hati dan diukur kecepatan regenerasinya atau gambaran histopatologinya. Kedua, klaim efektivitas yang dapat dibuktikan secara ilmiah secara bersama-sama dengan klaim keamanan akan membuka peluang pemanfaatan faloak ke dalam bentuk ekonomis lain. Bentuk ekonomis lain yang dimaksud di sini adalah “mengangkat” statusstatus faloak dari Obat Tradisional (bahan/ramuan yang secara turun temurun/empiris digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman) menjadi Obat Herbal Terstandar (bahan/ramuan yang telah dibuktikan khasiat/efektivitas dan keamanan/toksisitas secara ilmiah) sehingga membuka berbagai kemungkinan pemanfaatan faloak yang menguntungkan secara ekonomis.

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian penegasan efek hepatoprotektif air rebusan kulit batang faloak terhadap ketiga hepatotoksin “standar” dengan salah satu metode uji in vivo untuk mendapatkan data dan bukti ilmiah dosis efektif air rebusan kulit batang Faloak (Sterculia quadrifida R.Br.). Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Pemerintah Provinsi NTT melihat penting untuk melakukan pengujian ini untuk memberi keyakinan bagi masyarakat yang mengkonsumsi air rebusan kulit batang Faloak untuk keperluan pengobatan tradisional. (*advertorial/balitbangdantt)

baca juga hasil penelan BAlitbangda NTT : https://www.seputar-ntt.com/analisis-koordinasi-perangkat-daerah-lingkup-pemprov-ntt-dalam-pengembangan-pariwisata/

Komentar Anda?

Related posts