IKG Digunakan Untuk Evaluasi dan Rancang Kebijakan Pembangunan

  • Whatsapp

Kupang, seputar-ntt.com – Indeks Ketimpangan Gender (IKG) dapat digunakan untuk mengevaluasi capaian, dan merancang kebijakan pembangunan, terkait pengarusutamaan gender

Hal ini disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTT, Matamira Bangngu Kale dalam jumpa pers virtual, Senin (5/5/2025).

“IKG ini, merupakan ukuran yang menunjukan tingkat tingkat ketimpangan antara laki-laki dan perempuan, dalam 3 dimensi,” jelas Matamira.

Tiga dimensi tersebut, kata dia, yaitu dimensi kesehatan reproduksi dimensi pemberdayaan dan dimensi pasar tenaga kerja. Dalam Dimensi ada lima indikator.

“Seperti Dimensi Kesehatan Reproduksi, memiliki dua indikator yakni proporsi perempuan yang melahirkan hidup tidak difasilitas Kesehatan, dan proporsi perempuan 15-49 tahun yang saat melahirkan hidup pertama berusia kurang dari 20 Tahun,” kata Matamira.

Untuk Dimensi Pemberdayaan, ungkap Matamira, memiliki dua indikator, yakni persentase penduduk dengan pendidikan minimal SMA, dan persentase anggota legislatif perempuan

“Sementara dimensi terakhir yaitu Dimensi Pasar Tenaga Kerja, hanya satu indikator yakni tingkat partisipasi angkatan kerja,” tambah Matamira.

Tahun 2024, menurut Matamira, IKG NTT Dimensi Kesehatan Reproduksi pada indikator proporsi perempuan yang melahirkan hidup tidak difasilitas kesehatan sebesar 0,125, artinya dari 1000 perempuan pernah kawin umur 15 – 49 tahun, yang pernah melahirkan anak Lahir hidup dalam 2 tahun terakhir, 125 diantaranya melahirkan tidak di fasilitas kesehatan

“Kemudian untuk indikator proporsi perempuan yang melahirkan hidup pertama, berusia kurang dari 20 tahun di NTT pada tahun 2024 sebesar 0,189, ini artinya dari 1000 perempuan pengemis umur 15-49 tahun yang pernah melahirkan anak lahir hidup, 189 diantaranya melainkan anak lahir untuk pertama pada usia di bawah 20 tahun,” urainya,

Pada Dimensi Pemberdayaan, tambah Matamira, persentase penduduk laki-laki di NTT pada tahun 2024 dengan pendidikan minimal SMA itu terbesar 32,31%, Sedangkan untuk perempuan lebih rendah yaitu sebesar 29, 75%

“Hal ini berarti bahwa dari 100 laki-laki umur 25 tahun keatas, 32-33 diantaranya berpendidikan minimal SMA atau sederajat, dan untuk wanita dari 100 perempuan umur 25 tahun keatas, 29-30 diantaranya berpendidikan minimal SMA atau sederajat. Kemudian persentase anggota legislatif yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 76,92%, sedangkan anggota legislatif perempuan 23,08 persen,” urai dia.

Dimensi yang terakhir, tambah Matamira, yaitu faktor tenaga kerja tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki di NTT sebesar 84,70 persen dan perempuan sebesar 70,40 persen.

“Hal ini berarti dari 100 penduduk laki-laki usia kerja, 84-85 diantaranya merupakan laki-laki yang bekerja, maupun pengangguran, yang sedang mencari pekerjaan atau sementara tidak bekerja,” kata Matamira.

Serta dari 100 penduduk perempuan usia kerja, tegasnya, 70 – 71 diantaranya merupakan perempuan yang bekerja, maupun menganggur dan sedang mencari pekerjaan atau sementara tidak bekerja. (joey)

Komentar Anda?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *