Harga Anjlok, Petani Rumput Laut di Rote Ndao Menjerit

  • Whatsapp

Rote, seputar-ntt.com – Anjloknya harga rumput laut saat ini membuat masyarakat petani rumput laut di Kabupaten Rote Ndao menjerit. Pasalnya harga rumput laut kering ditingkat petani awalnya Rp.20.000 kilogram, kini dihargai dengan Rp.7.000 perkilogram. Kondisi ini membuat para petani lesu dalam membudidaya rumput laut.

Sala satu petani rumput laut di Desa Nembrala, Kecamatan Rote Barat, Yane Balu mengatakan, harga rumput laut ditentukan sendiri oleh pengusaha dari Surabaya. Hal ini membuat petani rumput laut tidak berdaya dan tidak memiliki bergaining yang kuat untuk mempertahankan harga jual.

“Kami tidak bisa berbuat banyak, karena yang tentukan harga, pengusaha dari Surabaya. Kami harap Pemerintah bisa melihat kesulitan yang kami alami,” kata Yane di Pantai nembrala, Jumat, (16/10/2015).

Yane mengatakan sejumlah petani memilih menahan rumput laut dengan tidak menjualnya kepada pedagang pengumpul. Mereka memilih menunggu sampai harga rumput laut kembali normal. Namun petani lainnya memilih menjual rumput laut yang sudah dikeringkan tersebut karena membutuhkan uang. Apalagi warga setempat tidak memiliki pekerjaan lain selain rumput laut.

Kekeringan panjang yang melanda daerah itu membuat kebun warga tidak diolah sehingga satu-satunya sumber pendapatan berasal dari usaha rumput laut. Menurut Ana, petani yang nekat menjual rumput laut dengan harga murah mengakibatkan pendapatan mereka anjlok. “Petani yang memilih menahan rumput laut juga punya masalah yang sama yaitu tidak punya pendapatan,” kata Dia.

Petani lainnya Ana Keli Bastian, perempuan yang berusia 90 tahun, masih turun ke laut untuk memanen rumput laut. Ana mengatakan pendapatan dari usaha rumput laut sangat besar, namun setelah harga anjlok, ia kehilangan pendapatan.
“Saya kumpulkan saja rumput laut lalu dikeringkan menunggu sampai harga normal baru dijual,” ujarnya.

Ia bercerita petani di pesisir selatan Pulau Rote tersebut mengalami beberapa kali musibah terhadap rumput laut. Musibah pertama yakni pencemaran Laut Timor yang disebabkan tumpaham minyak dari Ladang Montara yang dikelola PTTEP Australasia pada 2009. Musibah itu mengakibatkan usaha rumput gagal total sampai 2010.

Ketika itu rumput laut gagal tidak hanya terjadi di Nemberala tetapi juga di daerah lain di Nusa Tenggara Timur seperti di Pulau Timor dan Sumba. Awal 2011, usaha rumput laut kembali menggeliat. Namun akhir 2011, harga kembali anjlok dari Rp22.000 per kg menjadi Rp8.000 per kg. (joe)

Komentar Anda?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *