Kupang, seputar-ntt.com – Paskah baru berlalu, tapi kisah cinta tanpa syarat dan pengorbanan tanpa pamrih itu masih terngiang di telinga setiap anak manusia. Embun masih menetes di ujung rerumputan saat langkah kecil Margarita Lusi menaiki tangga pesawat di Bandara Eltari Kupang, pada Selasa, 22 April 2022. Guru dari selatan indonesia itu akan berangkat ke Jakarta. Dia hendak menemui Ketua Yayasan Yushinta Ningsih Sejahtera (YNS), Yushinta Sarief Nenobahan.
Rupanya kisah pilu tentang nasib Margarita Lusi yang dipensiunkan dini oleh Pemprov NTT dan diberi imbalan 10 juta rupiah untuk tak lagi menuntuk haknya, telah menggetarkan hati permpuan Timor yang telah sukses di Ibu Kota itu. Ucie, sapaan akrab Yushinta Nenobahan mengatur semua keberangkatan Margarita Lusi pulang pergi Rote – Jakarta. Dia ingin berbagi kasih dari berkat yang dititipkan Tuhan baginya.
Sebagai anak yang lahir dari rahim seorang guru, Ucie merasa resah dan tidak tenang ketika ada guru yang diperlakukan tidak adil oleh sebauah kekuasaan. Semestinya, pemimpin harus mengayomi dan melindungi, bukan membungkam dan menciderai hak orang kecil. Itulah kenapa, ketika berita tentang nasib Margarita Lusi sampai ke telinga Yushinta nenobahan, dia lalu membuka hati dan tangannya untuk memeluk seorang pahlawan tanpa tanda jasa yang sedang tak berdaya di ujung nasib.
Margarita Lusi tidak menyangka jika ada orang yang demikian perhatian dan memberi diri untuk menopangnya dalam waktu bimbang dan rapuh. Dia telah ikhlas menerima apa yang telah menjadi takdirnya. Luka yang ditorehkan penguasa, dia bungkus dalam tangis dan doa malamnya. Bagi Margarita Lusi, menjahit luka sudah menjadi nasib orang kecil di negeri bernama Flobamora.
“Ibu tanya kepada saya, apakah persoalan yang saya hadapi mau diteruskan supaya mencari jalan menuju kementerian pendidikan tapi saya bilang tidak usah ibu. Saya telah menerima apa yang terjadi hari ini. Saya mau menjaga marwah pendidikan di NTT. Biar saya yang terluka tapi nama NTT jangan ikut berdarah. Doa saya agar kasus serupa tidak terjadi lagi pada orang lain dan biarlah para pemimpin kita diberi hati yang luas untuk memiliki rasa peduli pada nasib orang kecil,” ujar Margarita Lusi.
Di Jakarta, Margarita Lusi tidak kemana-mana. Dia hanya bercerita tentang kisahnya kepada Yushinta Nenobahan. Dini hari dia sudah harus pulang. Dia mengungkapkan, saat hendak pulang, dia dititipi berkas sebesar 25 juta rupiah oleh Ketua YNS. Uang itu akan membantu melunasi cicilannya di Bank. Hatinya tertegun dan lidahnya kelu. Air mata mengalir deras dari pelupuk. Dia tak tahu harus berucap kata apa, sebab perempuan yang tak terlihat seperti bukan perempuan Timor itu mendekapnya erat dengan kasih yang tulus. Dia membangdingkan saat menerima uang 10 juta dari penguasa untuk diam dan menerima uang 25 juta dari seorang anak perempuan yang diberi dalam hangatnya sebuah pelukan kasih.
“Ini bukan soal nominal, tapi ini soal rasa cinta yang demikian tulus. Bagi saya, jumlah ini terlalu besar. Saya tidak kenal Ibu Ucie. Dia seperti malaikat yang dikirim Tuhan untuk menopang saya. Banyak orang mampu dan punya uang tapi sedikit yang punya hati untuk memberi dan menolong. Pemimpin kita terlihat baik tapi miskin rasa empati,” pungkas Margarita Lusi.
Yushinta Nenobahan mengaku apa yang dia berikan kepada Margarita Lusi datang dari suara hatinya yang dalam. Bukan hanya untuk makan puji. Dia ingin memberi pesan kepada para pemangku kepentingan agar memiliki hati yang peka dan menjadi pemimpin yang punya nurani. Kisah Margarita Lusi hanyalah satu dari sekian banyak kisah getir yang dirasakan rakyat saat bersentuhan dengan ego para pemimpin.
“Orang tua saya guru dan ketika saya melihat ada seorang guru yang diperlakukan demikian maka saya merasa tidak tenang. Hati kecil saya memberontak. Yang kedua saya sebagai murid dan ketika saya melihat ada guru yang terzolimi maka sudah semestinya murid itu menjadi garda terdepan untuk menolong. Apa yang saya lakukan bukan untuk menyerang Pemerintah atau Dinas yang bersangkutan tapi saya terpanggil sebagai seorang murid untuk menolong seorang guru yang sedang kesulitan. Ini adalah kesempatan saya untuk menolong seorang guru. Kami dari YNS akan membantu cicilan ibu Margarita selama satu tahun,” Ujar Ucie.
Dia berpesan kepada para guru agar jika mengalami persoalan, pihaknya membuka ruang untuk diskusi dan mencari solusi. “Kita buka kantor YNS di Kupang. Kita bukan mau menyaingi pemerintah tapi kami maras terpanggil untuk hadir dalam persoalan yang dihadapi masyarakat termnasuk para pendidik dimanapun berada di NTT. Ingat saat seorang murid tidak bisa membaca dan menulis, ada guru yang membimbingnya untuk menjadi manusia yang mampu dan berdaya guna. Buat semua murid di NTT, jika saat ini engkau sudah sukses, jangan lupa pada siapa yang telah mendidikmu, jangan lupa pada pahlawan tanpa tanda jasa itu,” pungkas Ucie
Di tengah hiruk pikuk Ibu Kota, Margarita Lusi harus kembali ke Kupang. Meninggalkan orang yang baru memberinya pertolongan. Pertemuan yang singkat tapi penuh cinta. Dalam hatinya dia mendaraskan doa agar orang baik yang dikirim Tuhan baginya diberi Berkat yang luar biasa. (jrg)