Dana Anggur Merah Di Desa Palakahembi Bermasalah

  • Whatsapp

Waingapu, seputarntt.com – Keberhasilan program anggur merah di pelosok lain Di NTT, ternyata tidak berlaku di Desa Palakahembi, Kecamatan Pandawai, kabupaten Sumba Timur. pasal nya di desa palakahembi dana anggur merah, tidak di kucurkan kepada masyarakat yang berhak menerima.

Salah satu tokoh masyarakat desa palakahembi, Arnoldus Jawamara, seputarntt.com mengatakan uang anggur merah diduga diselewengkan oleh Fasilitator dana Demam.

“Pemerintah desa kasih kepercayaan kepada PKM untuk mengatur. Kita sudah kasih uang Rp.25ribu, untuk urus adminitrasi supaya prosesnya cepat. Tapi setelah uangnya cair mereka tidak urus lagi untuk diteruskan Kepada masyarakat,”, Kata Arnoldus,di waingapu, Senin (27/10/2013).

Arnoldus mengatakan, macetnya dana Demam sudah lama dikeluhkan oleh masyarakat penerima yang sudah terbentuk selama ini. masyarakat sudah melakukan protes, tapi pemerintah desa seolah lepas tangan dengan persoalan ini.

Dia merincikan, ada lima kelompok yang belum cair dan baru satu kelompok penerima yang sudah menerima dana Demam berupa ternak babi. Namun ternak tersebut mati setelah diserahkan kepada kelompok. setiap orang dalam kelompok mendapat dana anggur merah Rp.2,5 juta. Tapi dana tersebut langsung ditenderkan oleh pendamping kepada pihak ke tiga tanpa persetujuan kelompok.

“Setahu kami pak gubernur memberikan bantuan kepada masyarakat di desa dengan konsep pemberdayaan tapi kenapa di desa kami pendamping anggur merah mengambil keputusan untuk melibatkan pihak ke tiga untuk membelanjakan babi durok di kupang. dengan uang Rp.2,5 juta anggota kelompok mendapat dua ekor babi dan akhirnya mati,” sesal Arnoldus.

Arnoldus berharap agar pemerintah propinsi NTT dapat memperhatikan masalah macetnya dana Demam di tingkat desa. Sebab jika tidak diawasi maka program demam akan sia-sia dan tidak dinikmati oleh masyarakat desa palakahembi karena tidak becusnya pendamping dalam memfasilitasi masyarakat

Hal senada juga dikemukan salah satu anggota kelompok, Andreas Miti Mbuka. Dia mengaku, dirinya hanya di antar dua ekor anak babi oleh ketua kelompok, padahal tidak ada kesepakatan dalam kelompok untuk dipakai belanja babi durok.

“Mereka antar saja itu anak babi, tapi seminggu kemudian anak babi tersebut,” ujarnya.

Kepala Bapeda NTT, Wayan Darmawa, saat dikonfrimasi terkait kasus ini, berjanji akan segera melakukan koordinasi dengan pendamping anggur merah desa yang bermasalah.(joe)

Komentar Anda?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *