Damai di Sabu Raijua Yang Sirna Diujung Belati Sang Perusuh

  • Whatsapp

Kupang, seputar-ntt.com – Suasana di Kabupaten Sabu Raijua pada Selasa, 13 Desember 2016 tiba-tiba berubah. Daerah yang dikenal dengan cium Sabu sebagai tanda penghormatan dan perdamaian ini tiba-tiba histeris penuh emosi. Suasana advent dalam menyambut sang penebus dosa sirna seketika. Hijaunya rumput liar di musim hujan menjadi tidak indah. Pemicunya adalah aksi kejam yang dilakukan oleh Irwan, warga Depok, Jawa Barat yang telah secara keji menghunus belati dan melukai tujuh siswa sekolah dasar pada SDN I Sabu Barat.

Informasi yang berseliweran di media masa seperti bensin yang meledak, membakar hangus hati dan jiwa tanpa tersisa rasa waras yang dibarengi sirnanya semua logika. Hari ini Matahari di langit Sabu raijua seperti telah berhasil membakar seluruh jiwa para penghuninya. Padahal infromasi yang beredar tidak terverifikasi secara baik sehingga keakuratannya disangsikan. Semua sudah terlambat, Sabu Raijua sudah berdarah. Hukum mata diganti mata sudah terjadi di pulau warisan Hawu Miha itu.

Semua orang tentu marah ketika anak yang menjadi penerusnya di aniaya secara kejam yang mengancam nyawa. Tak ada seorangpun yang mampu mengekang emosi ketika anak yang baru sekolah dasar di tikam secara kejam hingga darah berhamburan diruang belajar. Tapi coba sejenak kita berteduh diri dalam kondisi tidak stabil itu lalu berpikir dengan tenang. Pantaskah tangan kita harus kotor penuh dosa dengan darah orang yang dengan sengaja membawa malapetaka di bumi Hawu Miha??

Seperti Nyanyian iblis yang kencang ditiup angin barat, demikianlah aroma kebencian dari warga Sabu Raijua yang tercium jelas lewat ciutan di media social facebook. Semua seperti satu suara, lenyapkan sang pelaku dan usir mereka yang satu aliran dan satu suku. Orang Sabu tiba-tiba masuk dalam jebakan isu Suku, Agama, Ras dan Antar golongan (SARA). Mereka yang menjadi pendatang dan telah berdiam di Sabu Raijua, tiba-tiba dianggap asing dan harus dilenyapkan.

Sang pelaku yang diamankan dalam Sel Polsek Sabu Barat harus meregang nyawa akibat amukan massa yang sudah diluar control. Minumnya personil keamanan di Kabupaten yang baru berusia 8 tahun ini membuat massa yang berjumlah ribuan leluasa berpesta kebencian. Kita seperti lupa menakar diri bahwa kita hanya manusia biasa yang lemah dibawa Emosi. Kita tidak lagi mencirikan daerah Kristen yang penuh ajarah kasih. Semua kalap dan negara seperti hilang di Sabu Raijua.

Nyawa manusia seperti tak berarti karna kebenaran sudah buram bahwa sejahat-jahatnya seseorang kita tidak berhak mencabut nyawanya. Teringat kisah pelacur dihadapan Yesus dimana massa yang beringas tak berani melontar batu dari gengangam mereka hanya dengan satu pernyataan Yses bahwa siapa yang tidak berdosa hendaklah dia yang lebih dulu melemparkan batu kepada perempuan tersebut.

Ajaran kasih yang diberikan oleh Yesus sebagai kepala gereka seperti dilupakan begitu saja, sehingga mereka yang berasal dari pulau Jawa dan beragama Islam menjadi sasaran pelampiasan emosi jiwa masyarakat yang sedang menanti datangnya Natal. Bagimana tidak sejumlah lapak jualan saudara dari Jawa yang selama ini berjualan di Pasar Hede maupun Pasar Nataga hancur lebur dirusak Massa. Entah siapa yang member komando semuanya menjadi beringas dan menjadi liar.

Teringat apa yang selalu dinyanyikan sang Rajawali, Jika kejahatan dibalas dengan kejahatan maka dunia ini akan penuh dengan penjahat dan jika dunia ini menuntut mata harus diganti mata maka dunia ini akan penuh dengan orang buta. Kita keturnan Hawu Miha harus memiliki hati seluas samudera yang tidak berkurang bila ditimba dan tidak penuh sekalipun diguyur.

Sabu Raijua telah berdarah, mari berdoa dan berteduh diri. Jangan biarkan iblis tetap menguasai kita sehingga kita makin leluasa di jalan yang lebar sembari lupa pada jalan yang sempit. Kita adalah Umat Kristen yang diajarkan kasih oleh Yesus Kristus. Kita harus menjadi pembeda bahwa dalam kesesakan kita tetap berpegang pada kasih sebab tak seorang pung yang sanggup memisahkan kita dari kasihNya yang abadi. Syalom..

Jika tulisan ini dianggap melukai keluarga dan korban maupun pihak tertentu maka ini hanyalah ulasan kata hati tanpa ada niat untuk menyakiti. Saya menulis ini dari sisi saya sebagai orang yang beriman kristiani, sebagai warga Negara yang hokum adalah panglima serta dari sisi saya sebagai manusia biasa yang tak diberi kuasa untuk mengakimi. salam (Joey Rihi Ga)

 

Komentar Anda?

Related posts